Masyarakat Pesisir Nelayan Tinjauan Pustaka

2. PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama- sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir Satria 2004. Masyarakat pesisir meliputi nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, bahkan pedagang ikan. Dalam perspektif stratifikasi sosial ekonomi, masyarakat pesisir bukanlah masyarakat yang homogen. Masyarakat pesisir terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial beragam Kusnadi 2009 1 . Suatu data mengenai kondisi umum masyarakat pesisir di Indonesia disajikan dalam Tabel 1. Terlihat bahwa penduduk masyarakat pesisir berjumlah 16,42 juta pada tahun 2002 dan sekitar sepertiga 32,14 persen hidup dalam kemiskinan. Tabel 1. Kondisi Umum Masyarakat Pesisir di Indonesia, 2002 2 Kondisi Masyarakat Pesisir Jumlah 1 Desa Pesisir 8,090 desa 2 Masyarakat Pesisir - Nelayan - Pembudidaya Ikan - Masyarakat Pesisir lainnya 16,420,000 jiwa 4,015,320 jiwa 2,671,400 jiwa 9,733,280 jiwa 3 Persentase yang hidup di bawah garis kemiskinan 32,14 5,254,400 jiwa Sumber: DKP 2007 dalam Satria 2009 1 Dikutip dari buku Keberdayaan Nelayan Dinamika Ekonomi Pesisir, Kusnadi 2009 hlm 38 2 Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 yang sekarang menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam buku Pesisir dan Laut, Arif Satria 2009. hlm. 25

2.1.2 Nelayan

Terdapat berbagai definisi nelayan antara lain yang dikemukakan oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009, Satria 2009, dan Kusnadi 2009. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar lima gross ton GT. Definisi nelayan menurut Satria 2009 3 adalah merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik. Di Indonesia, nelayan masih banyak yang belum berdaya secara ekonomi dan politik. Organisasi ekonomi nelayan belum solid, sementara nelayan masih terkukung pada ikatan-ikatan tradisional dengan para tauke atau tengkulak. Belum ada institusi yang mampu menjamin kehidupan nelayan selain institusi patron- klien itu. Sementara itu, Kusnadi 2009 menyatakan bahwa masyarakat nelayan adalah kesatuan sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata pencahariannya menangkap ikan di laut, yang pola-pola perilakunya diikat oleh sistem nilai budaya yang berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas ketentuan sosial, struktur sosial yang sama. Nelayan adalah orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut Satria 2002. Secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya perikanan. Mereka menjadi komponen utama dalam masyarakat Kusnadi 2009 4 . Terlihat dari definisi tersebut berbeda-beda dan tampak terkait dengan tujuan penggunaannya. 3 Dikutip dari buku Ekologi Politik Nelayan, Arif Satria 2009. Hlm 120 4 Dikutip dari buku Keberdayaan Nelayan Dinamika Ekonomi Pesisir, Kusnadi 2009 hlm 27 Menurut Hermanto 1986 dalam Widiastuti 1999, nelayan dibedakan statusnya dalam usaha penangkapan ikan. Status nelayan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Juragan darat, yaitu orang yang mempunyai perahu dan alat penangkapan ikan tetapi dia tidak ikut dalam operasi penangkapan di laut. Juragan darat menanggung seluruh biaya operasi penangkapan. 2 Juragan laut, yaitu orang yang tidak memiliki perahu dan alat penangkapan dan ikut dalam operasi penangkapan. Mereka menerima bagi hasil sebagai nelayan dan bagi hasil sebagai pemilik unit penangkapan. 3 Juragan darat-laut, yaitu orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan ikut dalam operasi penangkapan. 4 Buruh atau pandega, yaitu orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan hanya berfungsi sebagai anak buah kapal. Buruh atau pandega umumnya menerima bagi hasil tangkapan dan jarang diberi upah harian. Mereka ini akan menerima uang makan jika mereka berhasil menangkap ikan. 5 Anggota kelompok, yaitu bentuk usaha secara kelompok. Ini merupakan suatu sistem kelembagaan baru dalam usaha penangkapan. Perahu yang diusahakan adalah perahu hasil pembelian dari modal yang dikumpulkan oleh tiap-tiap anggota kelompok. Pemimpin kelompok umumnya berfungsi sebagai juragan laut, sedangkan anggota kelompok berfungsi sebagai anak buah kapal.

2.1.3 Struktur Sosial Masyarakat Nelayan