pemasaran hasil tangkapan nelayan terletak pada ketergantungan finansial kepada langgan.
5.5 Analisis Pengaruh Ikatan Patron-Klien Terhadap Perilaku Nelayan
dalam Pemasaran Hasil Tangkapan Hasil penelitian menunjukkan 72,7 persen dari nelayan yang memiliki
tingkat ketergantungan tinggi dan kondisi institusi TPI tinggi akan memasarkan hasil tangkapannya kepada langgan. Sisanya 27,27 persen akan memasarkan
kepada langgan dan TPI, dengan catatan apabila nelayan memiliki hutang kepada langgan maka akan memasarkannya kepada langgan. Akan tetapi, jika nelayan
tidak memiliki hutang kepada langgan maka nelayan bebas memasarkan ikannya melalui proses lelang di TPI. Artinya 100 persen nelayan akan memasarkan hasil
tangkapan ikannya kepada langgan apabila memiliki tingkat ketergantungan finansial yang tinggi.
Meskipun nelayan memiliki persepsi tinggi mengenai kondisi institusi TPI tetapi nelayan juga memiliki tingkat ketergantungan finansial yang tinggi, maka
nelayan akan memasarkan hasil tangkapan ikannnya kepada langgan. Tingkat ketergantungan finansial ini merupakan bagian dari ikatan patron-klien dalam
aktivitas pemasaran. Ikatan patron-klien akan lebih kuat pengaruhnya pada perilaku nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan dibandingkan dengan
kondisi institusi TPI itu sendiri. Tingkat ketergantungan finansial merupakan indikator dari ikatan patron-
klien dalam aspek pemasaran. Pernyataan tersebut telah terbukti melalui survai yang dilakukan terhadap nelayan. Ikatan patron-klien yang terjadi dalam
kehidupan nelayan berpengaruh terhadap perilaku nelayan tersebut dalam memasarkan hasil tangkapan ikannya. Pengaruh ikatan patron-klien terhadap
perilaku nelayan dalam pemasaran hasil tangkapan adalah nelayan memasarkan hasil tangkapan ikannya kepada langgan meskipun harga jual di langgan jauh
lebih rendah dibanding di TPI. Contohnya harga ikan kuwe pada bulan maret 2011 di TPI yaitu Rp.27.000,-kg. Sedangkan apabila dipasarkan kepada langgan
ikan kuwe hanya dibeli dengan harga Rp.21.000,-kg. Akibatnya adalah nelayan
semakin miskin, tidak berdaya, dan terikat kepada langgan karena faktor hutang nelayan kepada langgan bersifat persisten atau berkelanjutan.
Faktor hutang diatas dapat dikatakan modified social capital yaitu menjerat nelayan agar memasarkan hasil tangkapan kepada langgan. Ikatan
patron-klien ini terjadi secara alamiah karena secara otomatis nelayan miskin yang tidak memiliki modal melaut akan mencari langgan yang dapat memberikan
modal melaut dan pinjaman untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kemudian, nelayan harus menjual tangkapannya kepada langgan selama angsuran hutangnya
belum lunas. Ikatan patron-klien yang terjadi dalam aktivitas pemasaran ini berdampak kepada jumlah nelayan yang menjadi anggota tetap TPI. Namun, hal
tersebut pengaruhnya sangat kecil terhadap kegiatan TPI. Institusi TPI masih tetap berjalan dengan baik. Bahkan palele yang membeli pada proses lelang berasal dari
berbagai kalangan seperti pedagang dan turis lokal yang sedang berkunjung.
5.6 Ikhtisar