apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi Davis Jhonson 1987.
Pertumbuhan tinggi pohon dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan yang sangat sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh.
Setidaknya terdapat 3 tiga faktor lingkungan dan 1 satu faktor genetik yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, yaitu kandungan nutrien
mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon Davis Jhonson
1987. Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi
berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan rata-rata yang dimulai dari
pengukuran awal Gardner et al. 1991
2.4 Kondisi Ekologis Shorea parvifolia Dyer
Suku Dipterocarpaceae meliputi tiga anak-suku dengan 16 marga dan lebih dari 500 jenis yang hingga kini telah dikenal. Marga yang termasuk anak-suku
Dipterocarpaceae adalah Shorea, Parashorea, Dipterocarpus asal nama suku Dipterocarpaceae, Anisoptera, Vatica, Pentacme, Balanocarpus, Dryobalanops,
Hopea, Upuna, Cotylelobium Sutisna 2001. Pohon S. parvifolia Miq. dapat mencapai tinggi 60 meter dengan tinggi
bebas cabang mencapai 35 meter dan diameter sampai 175 cm Sutarno Riswan 1997. Batangnya mempunyai kulit luar yang berwarna abu-abu atau coklat,
sedikit beralur tidak dalam, mengelupas agak besar-besar dan tebal. Penampangnya berwarna coklat muda sampai merah, bagian dalamnya kuning
muda, kayu gubal berwarna kuning muda sampai kemerah-merahan, kayu teras berwarna coklat muda sampai merah Heyne 1987. Menurut Wijaya 2006 rata-
rata riap diameter tanaman S. parvifolia sampai umur 7 tahun adalah 1,76 cm.
2.5 Kelerengan
Lereng dapat didefnisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh permukaan dengan horisontal, dan menunjukkan habungan dari permukaan tempat tumbuh
terhadap horisontal Soetrisno 1998. Efek penting dari lereng adalah terhadap
pengaliran air di atas permukaan tanah dan drainase, dan melalui faktor-faktor kandungan air tanah. Efek penting lainnya adalah melalui pengeringan terhadap
temperatur dan air dari permukaan tanah. Lereng merubah intensitas pengeringan dengan cara merubah sudut jatuh sinar matahari.
Menurut Soetrisno 1998, kedalaman tanah dan kandungan air berubah secara langsung dengan besarnya lereng. Besar kecilnya lereng dan pengaruhnya
terhadap keadaan tanah adalah sebagai berikut. Lereng-lereng kecil, kedalaman tanahnya sedang, suplai air biasanya banyak. Produksi dapat tinggi asalkan iklim
baik. Lereng-lereng sedang, kedalaman tanah sedang, suplai air sedang. Tegakan- tegakan rapat dan produksi tinggi kalau iklim baik. Lereng-lereng curam, tanah
biasanya dangkal, pohon-pohon tertentu tumbuh disini, terutama yang dangkal perakarannya. Lereng-lereng amat curam, tanahnya tipis dengan batu-batuan
tersebar dipermukaan. Biasanya ditumbuhi pohon-pohon dan kecil. Selanjutnya menurut Soetrisno 1998, arah lereng juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan pohon, karena arah lereng menentukan banyaknya sinar matahari yang diterima. Lereng yang mengarah ke kutub jauh lebih lembab dan
lebih sejuk daripada yang mengarah ke khatulistiwaequator. Lereng yang menghadap ke timur kena pengaruh matahari pagi, dan lebih terlindung dari
pengaruh angin barat daya dan angin barat selama bagian siang hari yang terpanas. Lereng yang menghadap ke Timur bagus untuk pertumbuhan pohon dan
seringkali ditandai dengan oleh tegakan-tegakan yang rapat dan yang baik pertumbuhannya. Begitu juga dengan lereng-lereng yang menghadap ke utara
terlindung dari efek matahari selama siang hari dan juga terlindung dari efek angindan biasanya pertumbuhan pohon juga baik di sini. Lereng-lereng yang
menghadap ke selatan keadaannya panas dan relatif kering seperti halnya dengan lereng-lereng yang menghadap ke barat. Keadaan kering di sini menyebabkan api
lebih cepat merusak, sehingga pertumbuhan pohon umumnya terganggu.
2.6 Sifat Fisik dan Kimia Tanah