Indeks Nilai Penting INP

d. Frekuensi Relatif FR e. Dominansi D f. Dominansi Relatif DR

4.4.1.2 Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman jenis dapat digunakan sebagai parameter untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen- komponennya. Indeks keanekaragaman yang paling banyak digunakan dalam ekologi komunitas adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Ludwig Reynold 1988. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: dimana, H’ = indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener; S = jumlah jenis; n i = jumlah individu jenis ke-i; dan N = jumlah total individu seluruh jenis. Jika nilai H’ 2 maka nilai H’ tergolong rendah, jika nilai H’ = 2–3 maka tergolong sedang dan jika nilai H’ 3 maka tergolong tinggi Magurran 1988.

4.4.1.3 Indeks Kekayaan Jenis

Untuk mengetahui indeks kekayaan jenis dapat digunakan rumus Margallef sebagai berikut: dimana, R 1 = indeks kekayaan jenis Margallef; S = jumlah jenis; dan N = jumlah total individu seluruh jenis. Berdasarkan Magurran 1988, kekayaan jenis suatu komunitas dianggap rendah apabila nilai R 1 -nya 3,5. Apabila nilai R 1 = 3,5 – 5,0 maka hal tersebut menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang. Jika nilai R 1 5,0 maka kekayaan jenis dalam komunitas tersebut dianggap tinggi.

4.4.1.4 Indeks Kemerataan Jenis

Rumus untuk menghitung indeks kemerataan jenis yang secara umum paling banyak digunakan adalah Ludwig Reynold 1988: dimana, E = indeks kemerataan jenis; H’ = indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener; dan S = jumlah jenis. Berdasarkan Magurran 1988, besaran E 0,3 menunjukkan kemerataan jenis yang rendah. Apabila besaran E = 0,3 – 0,6 maka besaran tersebut menunjukkan kemerataan jenis yang tergolong sedang. Besaran E dapat dikatakan menunjukkan kemerataan jenis yang tinggi jika nilai E 0,6.

4.4.1.5 Koefisien Kesamaan Komunitas

Indeks kesamaan atau index of similarity IS diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, beberapa unit sampling, atau beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Besar kecilnya IS dapat menggambarkan tingkat kesamaan komposisi jenis dan struktur dari dua tegakan, unit sampling, atau komunitas yang dibandingkan. Rumus untuk menghitung IS adalah sebagai berikut: dimana, IS = koefisien kesamaan komunitas index of similarity; W = jumlah dari nilai penting yang sama atau terendah ≤ dari suatu jenis yang terdapat dalam dua tegakan komunitas yang dibandingkan;

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

0 4 31