Dalam  penelitian  ini  untuk  menentukan  tingkat  kekayaan  jenis  pada  areal pengamatan  digunakan  Indeks  Kekayaan  Margallef  R1.  Dari  hasil  penelitian
pada LOA dua tahun, nilai indeks kekayaan jenis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7   Indeks kekayaan jenis pada hutan primer, LOA TPTII 1 tahun dan LOA
TPTII 2 tahun pada berbagai kelerengan
Kondisi Hutan Kelerengan
Tingkatan Vegetasi Semai
Pancang Tiang
Pohon LOA TPTII 1 tahun
–15 9,38
9,17 9,49
9,75 15
–25 5,22
5,64 7,38
7,62 25
–45 8,77
9,81 9,88
10,73 Rata-rata
7,79 8.20
8,92 9,36
LOA TPTII 2 tahun –15
9,13 8,93
9,49 9,75
15 –25
5,08 5,48
7,38 7,62
25 –45
8,59 9,54
9,88 10,73
Rata-rata 7,60
7,98 8,92
9,36 LOA  =  hutan  bekas  tebangan,  TPTII  =  tebang  pilih  tanam  Indonesia  intensif,    =  data  Kirana
2008
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  terdapat  dalam  Tabel  7,  dapat  diketahui bahwa  nilai  indeks  kekayaan  Margallef  R1  pada  kondisi  LOA  TPTII  1  tahun
pada  semua  kelas  lereng  nilai  indeksnya  berada  di  atas  5,00  dimana  kekayaan jenis dalam komunitas tersebut tergolong tinggi.
Begitu  juga  pada  LOA  TPTII  2  dua  tahun.  Dari  Tabel  7  dapat  terlihat bahwa pada LOA TPTII 2 dua bahwa kekayaan jenis dalam komunitas tersebut
tergolong  tinggi  karena  nilai  indeks  kekayaan  Margallef  R1  pada  semua  kelas lereng berada di atas 5,00 dan relatif sama terhadap LOA TPTII 1 tahun.
5.1.5   Indeks Kemerataan Jenis
Kemerataan  jenis  merupakan  parameter  lainnya  yang  juga  mempengaruhi tingkat  keanekaragaman  jenis  suatu  komunitas.  Nilainya  dapat  diperoleh  dengan
menghitung  indeks  kemerataan  E.  Indeks  kemerataan  adalah  indeks  yang menunjukkan tingkat penyebaran jenis pada suatu areal pengamatan. Apabila nilai
indeks  semakin  besar  maka  dapat  dikatakan  bahwa  komposisi  jenis  semakin merata tidak didominasi oleh satu jenis saja.
Menurut  Magurran  1988,  besaran  nilai  E    0,3  menunjukkan  kemerataan jenis  rendah.  Apabila  nilai  E  berkisar  antara  0,3  sampai  dengan  0,6  maka
kemerataan jenis tergolong rendah. Sedangkan jika nilai E  0,6 maka kemerataan
jenis dalam komunitas tersebut dapat dikatakan tinggi.  Dari  hasil penelitian pada LOA dua tahun, nilai indeks kemerataan jenis pada tiap-tiap tingkat pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8   Indeks  kemerataan  jenis  pada  hutan  primer,  LOA  TPTII  1  tahun  dan
LOA TPTII 2 tahun pada berbagai kelerengan
Kondisi Hutan Kelerengan
Tingkatan Vegetasi Semai
Pancang Tiang
Pohon LOA TPTII 1 tahun
–15 0,83
0,86 0,84
0,88 15
–25 0,71
0,78 0,84
0,90 25
–45 0,88
0,90 0,87
0,91 Rata-rata
0,80 0,84
0,85 0,89
LOA TPTII 2 tahun –15
0,82 0,85
0,84 0,88
15 –25
0,71 0,77
0,84 0,90
25 –45
0,92 0,89
0,87 0,91
Rata-rata 0,82
0,84 0,85
0,89 LOA  =  hutan  bekas  tebangan,  TPTII  =  tebang  pilih  tanam  Indonesia  intensif,    =  data  Kirana
2008
Dari  Tabel  8  dapat  terlihat  bahwa  indeks  kemerataan  jenis  E  baik  pada LOA  TPTII  1  satu  tahun,  maupun  LOA  TPTII  2  dua  tahun  memiliki  nilai
diatas 0,60. Indeks kemerataan tertinggi pada  LOA TPTII 1 satu tahun terdapat pada  tingkat  vegetasi  pohon  di  kelerengan  curam  dengan  nilai  sebesar  0,91.
Namun pada LOA TPTII 2 dua tahun terjadi penurunan nilai indeks kemerataan untuk  tingkat  semai  dan  pancang  di  tiap-tiap  kelerengan.  Tingginya  nilai  indeks
kemerataan  jenis  ini  mengindikasikan bahwa komposisi  jenis pada  LOA TPTII 1 satu tahun  dan  LOA  TPTII  2  dua tahun  tersebar  merata.  Artinya,  pada  kedua
kondisi  hutan  ini  tidak  hanya  di  dominasi  oleh  satu  jenis,  namun  tersebar  pada banyak jenis.
5.1.6 Indeks Kesamaan Komunitas