Indeks Kesamaan Komunitas Struktur dan Komposisi Tegakan .1 Struktur Tegakan

jenis dalam komunitas tersebut dapat dikatakan tinggi. Dari hasil penelitian pada LOA dua tahun, nilai indeks kemerataan jenis pada tiap-tiap tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Indeks kemerataan jenis pada hutan primer, LOA TPTII 1 tahun dan LOA TPTII 2 tahun pada berbagai kelerengan Kondisi Hutan Kelerengan Tingkatan Vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon LOA TPTII 1 tahun –15 0,83 0,86 0,84 0,88 15 –25 0,71 0,78 0,84 0,90 25 –45 0,88 0,90 0,87 0,91 Rata-rata 0,80 0,84 0,85 0,89 LOA TPTII 2 tahun –15 0,82 0,85 0,84 0,88 15 –25 0,71 0,77 0,84 0,90 25 –45 0,92 0,89 0,87 0,91 Rata-rata 0,82 0,84 0,85 0,89 LOA = hutan bekas tebangan, TPTII = tebang pilih tanam Indonesia intensif, = data Kirana 2008 Dari Tabel 8 dapat terlihat bahwa indeks kemerataan jenis E baik pada LOA TPTII 1 satu tahun, maupun LOA TPTII 2 dua tahun memiliki nilai diatas 0,60. Indeks kemerataan tertinggi pada LOA TPTII 1 satu tahun terdapat pada tingkat vegetasi pohon di kelerengan curam dengan nilai sebesar 0,91. Namun pada LOA TPTII 2 dua tahun terjadi penurunan nilai indeks kemerataan untuk tingkat semai dan pancang di tiap-tiap kelerengan. Tingginya nilai indeks kemerataan jenis ini mengindikasikan bahwa komposisi jenis pada LOA TPTII 1 satu tahun dan LOA TPTII 2 dua tahun tersebar merata. Artinya, pada kedua kondisi hutan ini tidak hanya di dominasi oleh satu jenis, namun tersebar pada banyak jenis.

5.1.6 Indeks Kesamaan Komunitas

Untuk mengetahui tingkat kesamaan suatu komunitas dapat dicari dengan menghitung nilai Indeks Kesamaan Komunitas Index of Similarity. Indeks Kesamaan Komunitas digunakan untuk mengetahui kesamaan relatif komposisi jenis dari dua tegakan yang dibandingkan pada masing-masing tingkat pertumbuhan. Besarnya nilai indeks kesamaan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Indeks kesamaan komunitas IS antara hutan primer, LOA TPTII 1 satu tahun, dan LOA TPTII 2 dua tahun Kelerengan Komunitas Hutan Tingkatan Vegetasi Semai Pancang Tiang Pohon –15 Primer vs TPTII 1 Tahun 34,46 33,55 52,90 41,44 Primer vs TPTII 2 Tahun 34,97 33,90 52,90 41,48 TPTII 1 Tahun vs 2 Tahun 98,00 98,34 99,93 99,82 15 –25 Primer vs TPTII 1 Tahun 35,07 42,73 53,87 35,54 Primer vs TPTII 2 Tahun 35,20 42,97 55,30 36,15 TPTII 1 Tahun vs 2 Tahun 99,17 98,76 97,42 98,32 25 –45 Primer vs TPTII 1 Tahun 40,58 46,72 57,49 49,85 Primer vs TPTII 2 Tahun 41,65 46,90 58,03 49,96 TPTII 1 Tahun vs 2 Tahun 93,15 99,13 86,93 99,58 LOA = hutan bekas tebangan, TPTII = tebang pilih tanam Indonesia intensif Komunitas yang dibandingkan pada penelitian ini adalah hutan primer, LOA TPTII 1 satu tahun, dan LOA TPTII 2 dua tahun. Ketiga komunitas ini dibandingkan berdasarkan tingkat vegetasi pada tiap kelerengannya. Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai kesamaan komunitas pada kondisi hutan primer, LOA TPTII 1 satu tahun, dan LOA TPTII 2 dua tahun memiliki nilai yang bervariasi pada tiap tingkatan vegetasi dan kelerengannya. Pada komunitas pertama yang dibandingkan, yaitu hutan primer dengan LOA TPTII 1 satu tahun, dapat dilihat bahwa nilai indeks kesamaan IS tertinggi terdapat pada tingkat tiang di kelerengan curam dengan nilai IS sebesar 57,49. Sedangkan nilai IS terendah terdapat pada tingkat pancang di kelerengan datar dengan nilai IS sebesar 33,55. Pada komunitas kedua yang dibandingkan, yaitu hutan primer dengan LOA TPTII 2 dua tahun, dapat dilihat perbedaan nilai IS yang ditunjukkan. Jika dibandingkan dengan komunitas pertama, pada komunitas kedua ini terjadi peningkatan nilai IS. Nilai IS tertinggi yang terdapat di komunitas kedua ini adalah sebesar 49,96 yang dapat ditemukan pada tingkat tiang di kelerengan curam. Sedangkan nilai IS terendah ditemukan pada tingkat pancang di kelerengan datar dengan nilai sebesar 33,9. Sedangkan untuk komunitas ketiga yang dibandingkan, yaitu LOA TPTII 1 satu tahun dengan LOA TPTII 2 dua tahun, dapat dilihat nilai IS tergolong tinggi karena dua komunitas ini hanya berbeda satu tahun. Nilai IS tertinggi yang terdapat di komunitas ketiga ini adalah sebesar 99,93 yang dapat ditemukan pada tingkat tiang di kelerengan datar. Sedangkan nilai IS terendah terdapat pada tingkat pancang di kelerengan curam dengan nilai hanya sebesar 86,93. Nilai Indeks Kesamaan IS berkisar antara 0 – 100. Nilai 0 menunjukkan bahwa tidak ada kesamaan antar jenis yang terdapat pada kedua komunitas yang dibandingkan. Sedangkan nilai 100 menunjukkan bahwa dua komunitas yang dibandingkan adalah sama. Menurut Soerianegara dan Indrawan 1998 dua komunitas dianggap sama apabila nilai IS-nya mendekati 100.

5.2 Riap Tanaman Shorea parvifolia pada Jalur Tanam

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

0 4 31