Indeks Nilai Penting INP Indeks Keanekaragaman Jenis Indeks Kekayaan Jenis

tabung, maka pada setiap titik pengambilan dibor sedalam 20 cm, contoh tanah individu tersebut 10 –15 contoh dicampur dan diaduk dalam satu tempat ember atau hamparan plastik, kemudian diambil kira-kira 1 kg, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik ini merupakan contoh tanah komposit. Kemudian diberi label yang berisi keterangan: tanggal dan kode pengambilan nama pengambil, nomor contoh tanah, lokasi desakecamatankabupaten, dan kedalaman contoh tanah. Pengambilan contoh tanah komposit ini secara sistematik zig-zag sebanyak tiga titik. Berat contoh tanah yang diambil adalah 1 kg dari setiap petak pengamatan.

4.4 Analisis Data

4.4.1 Analisis Vegetasi

4.4.1.1 Indeks Nilai Penting INP

Indeks Nilai Penting INP ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas Mueller- Dombois Ellenberg 1974. INP merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif KR, Frekuensi Relatif FR, dan Dominansi Relatif DR Soerianegara Indrawan 1998. Dimana: a. Kerapatan K b. Kerapatan Relatif KR c. Frekuensi F d. Frekuensi Relatif FR e. Dominansi D f. Dominansi Relatif DR

4.4.1.2 Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman jenis dapat digunakan sebagai parameter untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen- komponennya. Indeks keanekaragaman yang paling banyak digunakan dalam ekologi komunitas adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Ludwig Reynold 1988. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: dimana, H’ = indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener; S = jumlah jenis; n i = jumlah individu jenis ke-i; dan N = jumlah total individu seluruh jenis. Jika nilai H’ 2 maka nilai H’ tergolong rendah, jika nilai H’ = 2–3 maka tergolong sedang dan jika nilai H’ 3 maka tergolong tinggi Magurran 1988.

4.4.1.3 Indeks Kekayaan Jenis

Untuk mengetahui indeks kekayaan jenis dapat digunakan rumus Margallef sebagai berikut: dimana, R 1 = indeks kekayaan jenis Margallef; S = jumlah jenis; dan N = jumlah total individu seluruh jenis. Berdasarkan Magurran 1988, kekayaan jenis suatu komunitas dianggap rendah apabila nilai R 1 -nya 3,5. Apabila nilai R 1 = 3,5 – 5,0 maka hal tersebut menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang. Jika nilai R 1 5,0 maka kekayaan jenis dalam komunitas tersebut dianggap tinggi.

4.4.1.4 Indeks Kemerataan Jenis

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

0 4 31