acuminatissima,  bangkirai  S.  leavifolia,  rengas  Gluta  renghas,  kapur Dryobalanops  beccarii,  geronggang  Cratoxylon  spp.,  dan  sebagainya.
Sedangkan untuk jenis satwa yang ada di kawasan IUPHHK PT. Erna Djuliawati antara lain orang utan Pongo pygmaeus, beruang madu Helarcatos malayanus,
lutung  Presbitus  cristata,  trenggiling  Manis  javanica,  babi  hutan  Sus barbatus, kijang Mantiacus muntjak, biawak Varanus spp., ular sawa Phyton
sp., dsb PT. Erna Djuliawati 2007.
BAB IV METODOLOGI
4.1   Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan  penelitian  ini  dilaksanakan  mulai  bulan  April  sampai  bulan  Juni tahun  2009,  pada  areal  hutan  produksi  perusahaan  pemegang  Izin  Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam IUPHHK-HA PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah.
4.2  Bahan dan Alat
Objek  penelitian  ini  adalah  keadaan  hutan  sebelum  dilakukan  penebangan atau  hutan  primer,  areal  bekas  tebangan  TPTII  dengan  umur  tanam  t+1  dan  t+2
dengan permudaan Shorea sp. Diukur pada tiga kelerengan di tiap petaknya yaitu kelerengan datar 0
–15, sedang 15–25, dan curam  25. Alat  yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah petak kerja, phiband
atau  pita  diameter,  haga  hypsometer,  walking  stick,  kompas  brunton,  patok,  tali rafia  atau  tambang,  cat,  golok,  millimeter  blok,  tally  sheet,  caliper,  seng,  ring
tanah, dan alat tulis.
4.3    Metode Pengambilan Data 4.3.1   Analisis Vegetasi
Analisa  vegetasi  dilakukan  pada  keadaan  hutan  primer,  jalur  antara  hutan bekas  tebangan  TPTII  dua  tahun  HBT  TPTII  t+2.  Lokasi  penelitian
menggunakan  plot  pengamatan  permanen  berukuran  100  x  100  m  berdasarkan tiga  kelerengan  yang  berbeda,  yaitu  kelerengan  datar,  sedang  dan  curam.  Pada
masing-masing kelerengan tersebut dibuat tiga plot pengamatan permanen. Dalam plot pengamatan dibuat petak contoh dan sub-petak contoh dengan ukuran sebagai
berikut : 1.
Tingkat pohon dengan ukuran petak 17 x 20 m untuk HBT TPTII 2.
Tingkat tiang dengan ukuran petak 10 x 10 m 3.
Tingkat pancang dengan ukuran petak 5 x 5 m 4.
Tingkat semai dengan ukuran petak 2 x 2 m
Jalur antara lebar 17 m
20 m
17cm 100
m
100 m Jalur tanam lebar 3 m
Untuk  mengetahui  struktur  tegakan  dilakukan  analisa  vegetasi  dengan  cara nested  sampling,  yaitu  petak  besar  mengandung  petak-petak  yang  lebih  kecil
Soerianegara dan Indrawan, 1998.  Metode  pengambilan  data  dilakukan  untuk kegiatan  analisa  vegetasi  dapat  dilihat  pada  Gambar  1.  Data  yang  diperlukan
untuk analisa vegetasi ini adalah nama jenis, jumlah, diameter untuk tingkat tiang dan  pohon.  Sedangkan  untuk  tingkat  pancang  dan  semai  adalah  nama  jenis  dan
jumlahnya saja.
AB C   D
Gambar 1   Bagan  petak  pengamatan  analisis  vegetasi  A=  sub  petak  intensif untuk  tingkat  semai  2m  x  2m,  B=  sub  petak  intensif  untuk  tingkat
pancang 5m x 5m, C= sub petak intensif untuk tingkat tiang 10m x 10m, D= sub petak intensif untuk tingkat pohon sebelum penebangan
ukuran  sub  petak    20m  x  20  m  dan  setelah  penebangan  ukuran  sub petak  17m x 20m
4.3.2   Pengambilan dan Pengukuran Contoh Tanah
Pegukuran  dilakukan  dengan  menggunakan  metode  tanah  tidak  terusik dengan menggunakan ring tanah. Pengambilan contoh tanah untuk penentuan sifat
fisika tanah  ini dilakukan di plot  pengamatan pada kelerengan datar, sedang, dan curam. Adapun sifat fisika tanah yang diamati antara lain tekstur tanah, berat isi,
dan kadar air contoh tanah. 20
m