33 dengan kain kasa dan diberi lubang-lubang udara agar aliran bisa masuk, serta kain kasa
berfungsi untuk menahan agar serpihan bahan-bahan tidak masuk dan menyumbat lubang udara. Lubang pengambilan sampel terdiri atas tiga posisi yang berbeda yaitu lubang sampel
atas, bawah, dan tengah. Lubang sampel ini juga digunakan untuk tempat pengukuran suhu bahan yang ada dalam reaktor. Agar bahan kompos tidak keluar dari reaktor, lubang sampel
disumbat menggunakan plastik busa yang disesuaikan dengan ukuran lubang sampel. Setiap reaktor ditutup rapat dengan penutup ulir reaktor. Hal tersebut dilakukan agar kondisi reaktor
tetap terjaga dan terkontrol dari faktor eksternal yang tidak diinginkan.
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan dua faktorial dan dua kali ulangan. Dua faktorial tersebut mencakup
perlakuan aerasi dan perlakuan formulasi komposisi bahan berupa bagasse dengan sludge. Dari faktor aerasi ini memiliki dua taraf yang terdiri atas perlakuan aerasi aktif dan aerasi pasif,
sedangkan faktor formulasi terdiri atas tiga perlakuan dengan tiga komposisi sludge dengan bagasse yang masing-masing berbeda, yaitu 0, 25, dan 50 sludge. Selang kepercayaan 95
. Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut Sudjana 1994:
Y
ijk
= µ + A
i
+ B
j
+ AB
ij
+
ɛ
kij
Keterangan :
Y
ijk
= Variabel yang diukur pengaruh bersama taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B yang terdapat dalam ulangan
µ
= rata-rata umum atau sebenarnya
A
i
= Efek pengelompokan faktor A Perlakuan aerasi ke-i i = 1, 2
B
j
= Efek pengelompokan faktor B Perlakuan formulasi bahan ke-j j = 1, 2, 3
AB
ij
= Pengaruh interaksi perlakuan A pada taraf ke-i dan perlakuan B pada taraf ke-j
ɛ
kij
= Galat error dari unit eksperimen ke-i dalam kombinasi perlakuan ij
Hipotesis awal: a Pengaruh Aerasi
H : A
1
= A
2
= 0, aerasi tidak berpengaruh terhadap nilai CN H
1
: Minimal ada satu i dimana A
i
≠ 0 b Pengaruh formulasi Sludge
H : B
1
= B
2
= B
3
= 0, formulasi sludge tidak berpengaruh terhadap nilai CN H
1
: Minimal ada satu j dimana A
j
≠ 0 c Pengaruh Interaksi Antar Perlakuan Aerasi dan Konsentrasi Sludge
H : AB
11
= AB
12
= AB
13
= AB
21
= AB
22
= AB
23
= AB
31
= AB
32
= AB
33
= 0, interaksi antar aerasi dan formulasi sludge tidak berpengaruh terhadap nilai CN
H
1
: Minimal ada satu ij dimana AB
ij
≠ 0
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK DAN FORMULASI BAHAN BAKU
1. Karakteristik Bahan Baku
Karakterisasi bahan baku merupakan salah satu langkah awal dalam mengidentifikasi kandungan dan komposisi yang ada dalam bahan pembuat co-composting. Proses karakterisasi
dilakukan terhadap sampel limbah padat industri gula yang dapat mewakili limbah padat yang dihasilkan dari produksi gula. Analisa pendahuluan untuk mendapatkan karakteristik limbah padat
industri gula dilakukan terhadap dua bahan utama yaitu bagasse dan sludge. Limbah berupa sludge dan bagasse limbah padat organik dapat dikombinasikan menjadi bahan co-composting
karena memiliki karakteristik yang saling melengkapi. Menurut Drescher et al. 2006 bagasse memiliki karakteristik kekambaan bulking agent yang cukup tinggi, sehingga mempermudah
sirkulasi dan aliran udara yang masuk ke dalam bahan pengompos. Selain itu, sludge juga memiliki kadar air dan kadar nitrogen yang cukup tinggi untuk mendukung proses degradasi bahan
organik. Analisa dan pengujian karakteristik bahan baku dilakukan untuk mendapatkan gambaran
secara spesifik bagasse dan sludge. Pengujian karakteristik bahan baku mencakup beberapa aspek penting sebagai parameter dalam pengomposan, seperti nilai kandungan karbon organik, kadar air,
kadar nitrogen, dan nilai CN. Parameter-parameter tersebut akan mendukung dan mempermudah dalam proses formulasi bahan dan proses pengomposan selanjutnya. Hasil analisa terhadap bahan
baku co-composting menunjukkan bahwa beberapa nilai parameter uji yang terkandung dalam bahan yaitu bagasse dan sludge memiliki potensi yang cukup baik untuk dijadikan bahan
pengomposan jika dikombinasikan. Data kandungan nilai karbon pada bagasse menunjukkan kandungan yang jauh di atas batas minimum, sedangkan pada sludge masih di bawah nilai
minimum. Nilai CN pada sludge sudah mendekati rentang nilai mutu kompos yang baik, sedangkan pada bagasse memiliki nilai CN yang sangat jauh di atas batas maksimum. Begitu pun
dengan kadar nitrogen kedua bahan masih di bawah minimum jika dibandingkan dengan standar kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan menurut Rynk 1992.
Berdasarkan data analisa beberapa parameter bahan pengomposan, kedua bahan berpotensi untuk dilakukan kombinasi dalam sebuah proses co-composting agar saling melengkapi dan
menghasilkan proses pengomposan yang baik. Selain itu, untuk mengetahui efisiensi proses pengomposan dilakukan pengamatan terhadap nilai CN dengan memberi perlakuan yang sudah
dikontrol yaitu berupa perlakuan aerasi dan formulasi pada kedua bahan baku tersebut. Penggunaan bahan baku yang telah dikomposisikan dalam proses co-composting ini
menggunakan sampel yang sudah tersimpan cukup lama setelah masa giling di tempat pembuangan akhir limbah bagasse house dan IPAL. Sebagai perbandingan terhadap karakteristik
bahan baku yang digunakan tersebut, dilakukan analisa terhadap bahan baku yang masih segar diambil tanggal 21 Mei 2011. Data analisa tersebut digunakan untuk mendapatkan perbandingan
penurunan karakteristik bahan baku yang digunakan. Hasil analisa karakterisasi terhadap bahan baku co-composting dan hasil analisa bahan segar ditunjukkan oleh Tabel 14.