Keasaman pH PERUBAHAN SELAMA CO-COMPOSTING

44

4. Kadar Air

Kadar air merupakan faktor penting yang harus dijaga dalam proses co-composting. Standar kadar air dari kompos berkisar antara 40-65 menunjukkan kondisi yang mendukung berbagai macam mikroorganisme hidup dan berkembang untuk mendegradasi bahan organik dan meningkatkan kualitas kompos. Djaja 2008 menambahkan bahwa kandungan air dalam proses pengomposan sangat berperan penting untuk menunjang proses metabolik dan sebaiknya bahan baku kompos mengandung 40-65. Jika kadar air dibawah 40 akan mengakibatkan aktivitas mikroba menjadi lambat, sedangkan jika lebih dari 65 akan mengakibatkan udara terdorong ke luar dan terjadi keadaan anaerobik. Kondisi kadar air bahan co-composting dalam reaktor masing-masing berbeda sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Adapun hasil olah data analisa terhadap kadar air dari reaktor percobaan disajikan dalam bentuk grafik dan menunjukkan perlakuan aerasi pasif seperti pada Gambar 16b. Grafik hasil analisa kadar air bahan co-composting dengan aerasi pasif menunjukkan bahwa secara umum masing-masing perlakuan formulasi 0, 25, dan 50 sludge relatif memiliki kadar air yang masih dalam rentang standar yaitu berkisar 40-65. Namun ada sedikit pencilan pada formulasi 0 sludge menunjukkan peningkatan pada minggu ke-0 dan ke-4 hingga mencapai 70 kadar air. Perlakuan aerasi pasif ini dijadikan sebagai pembanding dengan perlakuan aerasi aktif agar dapat menunjukkan perbedaan pengaruh kedua perlakuan tersebut. Hasil analisa kadar air terhadap co-composting dengan aerasi aktif dapat dilihat pada Gambar 16a. Dari grafik di atas menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan formulasi memiliki trend kadar air yang berbeda. Terlihat pada formulasi 0 sludge terjadi peningkatan kadar air pada minggu ke-2 hingga mencapai sekitar 78 kemudian menurun pada minggu ke-5 dengan kadar air 65 . Hal tersebut menunjukkan adanya kelembaban yang berlebihan yang berakibat pada proses fermentasi dan udara terdorong keluar anaerobik. Berbeda dengan 0 sludge, pada 25 sludge cenderung lebih stabil pada kisaran kadar air 55-65. Hal ini menunjukkan bahan kompos masih dalam kondisi standar dan mendukung aktivitas mikroorganisme di dalamnya. Pada formulasi 50 sludge menggambarkan adanya penurunan kadar air pada minggu ke-2 hingga 42 dan meningkat pada minggu ke-5 mencapai 55. Namun demikian, masih dalam rentang kadar air standar bahan kompos. Setelah dilakukan perbandingan berdasarkan trend terhadap tiga taraf formulasi menunjukkan perlakuan 25 sludge memiliki kestabilan yang paling baik dibandingkan perlakuan formulasi lainnya pada co-composting aerasi aktif. Disamping itu, perbandingan perlakuan aerasi pasif dan aktif dilihat dari kedua grafik di atas menunjukkan bahwa belum adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan secara aerasi pasif maupun aerasi terhadap kelembaban atau kadar air bahan co-composting.

5. Keasaman pH

Keasaman suatu bahan co-composting merupakan faktor yang berperan penting dalam proses pengomposan. Pengukuran bahan co-composting dilakukan setiap minggu untuk mengontrol kondisi derajat keasamaan bahan dari proses degradasi dan perombakan oleh mikroorganisme. Pada proses pengomposan terjadi berbagai perubahan baik secara fisik ataupun secara kimiawi, salah satunya perubahan keasaman bahan organik. Harada et al. 1993 menambahkan bahwa nilai pH yang cenderung menurun pada awal pengomposan menunjukkan terbentuknya asam-asam organik yang merupakan asam-asam lemah asam laktat, asam butirat, asam propanat, asam asetat, dan asam lemah lainnya. Peningkatan nilai pH pada saat proses pengomposan disebabkan oleh perubahan asam-asam organik menjadi CO 2 dan sambungan 45 kation-kation basa hasil mineralisasi bahan organik. Selain itu, kondisi proses pengomposan pada keadaan basa disebabkan perubahan nitrogen dan asam lemah menjadi asam amoniak. Dari hasil pengukuran pH setiap minggu pada semua bahan menunjukkan adanya perbedaan dari masing- masing perlakuan. Hal ini tergambar pada grafik nilai pH pada Gambar 19. Grafik nilai pH co-composting dengan aerasi aktif di atas Gambar 19a menunjukkan perbedaan nilai pH antar perlakuan formulasi, terlihat pada formulasi 0 sludge mengalami penurunan nilai pH yang cukup signifikan hingga mencapai 4.4. Hal ini terjadi disebabkan kandungan bahan kompos murni 100 bagasse yang masih banyak mengandung gula, sehingga terjadi fermentasi. Selain itu, juga disebabkan adanya reaksi pelepasan asam secara temporer atau lokal dan terbentuknya asam-asam organik dalam bahan co-composting. Berbeda dengan formulasi 0 sludge, formulasi 25 sludge menunjukkan kestabilan yang cukup seimbang dan masih dalam rentang nilai pH standar bahan kompos sekitar 6-7. Nilai pH terbaik pada grafik di atas ditunjukkan oleh formulasi 50 sludge yang lebih stabil dibandingkan formulasi lainnya dan berkisar pada pH 7. Hal ini disebabkan adanya kombinasi yang seimbang antar bahan baku, karakteristik bagasse yang cenderung memiliki keasamaan yang tinggi diimbangi oleh sludge. Sebagai perbandingan pengaruh teknik aerasi terhadap nilai pH bahan co-composting disajikan juga grafik nilai pH dengan perlakuan aerasi pasif pada Gambar 19b. Nilai pH dari bahan co-composting dengan aerasi pasif tidak jauh berbeda dengan perlakuan aerasi aktif. Formulasi 0 sludge cenderung semakin asam, 25 sludge sedikit menurun, dan 50 sludge cenderung lebih stabil dan memiliki nilai pH yang paling ideal sebagai kompos. Secara umum dilihat dari perbandingan kedua grafik di atas, terbukti belum adanya pengaruh yang signifikan antara perlakuan teknik aerasi secara pasif maupun secara aktif. Hal ini disebabkan beberapa aspek yang menjadi indikasi pada sub bab pembahasan sebelumnya.

6. Pengamatan Fisik Terhadap Porositas Bahan dan Ukuran Partikel