22 Kelebihan kandungan air pada tumpukan kompos akan menghambat sirkulasi
oksigen melalui rongga, sedangkan tumpukan kompos terlalu kering dapat mengakibatkan kematian
mikroorganisme pendegradasi.
Kedua kondisi
tersebut membatasi
perkembangbiakan mikroorganisme sehingga proses pengomposan akan berjalan lambat CPIS 1992.
Penguraian senyawa organik sangat tergantung pada faktor kadar air. Limit terendah dari aktivitas bakteri adalah sekitar 12-15 , walaupun sebenarnya kadar air lebih
kecil dari 40 merupakan batas dari kecepatan penguraian optimum. Idealnya kadar air antara 50-60 . Jika kadar air campuran lebih besar dari 60 maka integritas struktural
yang baik juga tidak akan tercapai. Selama proses pengomposan sebagian air akan teruapkan sehingga perlu dilakukan pengaturan dengan penyemprotan agar kondisi air pada
kondisi optimum tetap terjaga selama proses pengomposan Richard 1996. Menurut Golueke 1977 kadar air bahan kompos yang ideal untuk berbagai jenis
bahan organik berbeda-beda tergantung jenisnya. Kadar air pengomposan beberapa jenis bahan organik disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Kadar air pengomposan beberapa jenis bahan organik
Jenis Bahan Kadar Air
Jerami 50-60
Kayu 75-90
Kertas 55-65
Limbah basah 50-75
Sampah kota 55-65
Pupuk kandang 55-65
Sumber : Golueke 1977
6. Suhu
Menurut Isroi 2008 panas dihasilkan dari aktivitas mikroba dan ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu akan
semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Suhu yang berkisar
antara 30 - 60
o
C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60
o
C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba termofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen
tanaman dan benih-benih gulma. Indrasti 2007 menambahkan bahwa suhu sebaiknya diatur dan dikendalikan untuk mengurangi kandungan mikroorganisme patogen, mengatur
kondisi proses sesuai untuk aktivitas mikroba, mengurangi waktu proses produksi. Panas secara mudah dapat dikendalikan dan memilki peranan penting dalam proses pengomposan.
Panas dihasilkan oleh mikroorganisme saat proses pencernaan bahan organik. Pada saat kecepatan dekomposisi bahan organik di awal fase semakin cepat, maka panas yang
ditimbulkan meningkat semakin cepat. Seiring dengan kecepatan dekomposisi yang mulai konstan, suhu berkurang perlahan-lahan. Di akhir proses pengomposan, bahan organik
yang dicerna sudah habis sehingga terjadi penurunan suhu.
23 Indriani 1999 menyatakan bahwa jika suhu terlalu tinggi mengakibatkan
mikroorganisme akan mati, sedangkan bila suhu relatif rendah mikroorganisme bekerja atau dalam keadaan dorman. Aktivitas mikroorganisme pada proses pengomposan tersebut juga
menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal. Tchobanoglous et al. 1993 menambahkan bahwa mikroorganisme yang ada dalam sistem pengomposan terbagi
ke dalam tiga bagian berdasarkan temperaturnya yaitu cryophiles or psychrophiles 0-25
o
C mesophiles 25-45
o
C dan thermopiles 45
o
C. Mikroorganisme dalam melakukan proses dekomposisi menghasilkan panas. Proses
dekomposisi kompos pada umumnya mencapai suhu antara 32-60
o
C. Di bawah 32
o
C, proses berlangsung lambat dan di atas 60
o
C, mikroorganisme tidak dapat bertahan. Suhu pada gundukan kompos tergantung pada panas yang hilang pada aerasi proses pendinginan.
Pada kondisi lingkungan yang basah atau lembab, gundukan kompos dapat lebih besar untuk minimalkan kehilangan panas. Ketika pengomposan kehilangan banyak nitrogen
pada lingkungan kering atau panas, gundukan kompos diperkecil dan pembalikan diperlukan untuk menyediakan oksigen. Kondisi optimum pengomposan dari pencapaian
suhu antara 55-65
o
C Richard 1996. Menurut Indrasti 2007 pada suatu sistem pengomposan, massa kompos
mengalami perubahan fisik, kimia, maupun biologi. Perubahan tersebut salah satunya menyebabkan perubahan dan perbedaan suhu terhadap waktu. Pada sistem pengomposan
dengan tumpukan tetap teraerasi, terdapat perbedaan suhu antara massa yang di bagian dasar dan bagian permukaan. Suhu yang diperlukan pada masing-masing tahapan proses
pengomposan berbeda-beda. Sebagai contohnya, pada proses sanitasi suhu yang tinggi membuat proses berjalan efektif, sedangkan pada proses stabilisasi suhu yang tinggi justru
menghambat proses. Rentang suhu yang dibutuhkan pada masing-masing tahapan proses terlihat seperti berikut :
Suhu 55
o
C : dapat memaksimumkan proses sanitasi Suhu 45-55
o
C : dapat memaksimumkan proses biodegradasi Suhu 35-40
o
C : dapat memaksimumkan keragaman mikroba yang ada
7. Nilai pH Derajat Keasaman