6 berdampak lanjut pada gangguan lingkungan dan membutuhkan lahan yang lebih luas dalam
penampungannya. Pemanfaatan bagasse di PG Jatitujuh tahun 2010 sesuai data pada Tabel 4.
Tabel 4. Pemanfaatan bagasse periode 2010
Bulan Jumlah
Ampas Ku Sebagai
Bahan Bakar
Boiler Ku Persediaan
Ku Jumlah
Ampas Keluar Ku
Sisa Persediaan
Ku
Januari -
- 55838
- 55838
Februari -
- 55838
- 55838
Maret -
- 55838
1040 54798
April -
- 54798
- 54798
Mei 167314
189154 -21480
- 32958
Juni 448523
377263 71260
- 71260
Total sampai Juni 1040
104218
Sumber : Laporan Praktek lapangan tentang Manajemen Lingkungan Industri di PG Jatitujuh 2010
2. Karaktersitik Sludge
Hasil identifikasi di IPAL PG Jatitujuh tahun 2010 menghasilkan sludge dari sisa penanganan air limbah dan berupa lumpur-lumpur flok, sisa endapan lumpur dari clarifier, dan
endapan lumpur aktif di biological treatment yang biasanya ditampung dan dikeringkan di sludge drying bed. Limbah berupa sludge mengandung berbagai jenis mikroorganisme dan
senyawa organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sludge merupakan hasil samping dari proses pengolahan limbah sistem lumpur aktif.
Produksi sludge setiap hari pada umumnya 10-50 dari beban COD air limbah yang diolah Supriyatno 1993. Sebelum dimanfaatkan, sludge harus diolah terlebih dahulu agar diperoleh
hasil yang memuaskan diantaranya dengan proses penggumpalan melalui penampungan lumpur hasil pengendapan kemudian hasil penyaringan dibuang. Sludge dapat dibentuk
menjadi suatu produk yang disebut dengan wet spray dengan kandungan kadar kering 2 . Kadar air di dalam sludge dapat juga ditekan dengan filter press atau belt press sehingga
menghasilkan produk dengan kadar air 40 . Pemanfaatan sludge dapat ditambahkan dengan zat penstabil seperti CaO dengan dosis sebesar
5 dari berat kering L’Hermite 1988. Menurut Metcalf dan Eddy 1991 sludge akan selalu diproduksi sebagai hasil dari
pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme pengurai selama proses berlangsung. Secara biologis, mikroorganisme tersebut terdiri dari kelompok procaryotic dan kelompok eukaryotic.
Komposisi dasar sel terdiri atas sekitar 90 organik dan 10 anorganik. Fraksi kimiawi tersebut secara kimiawi dapat dirumuskan sebagai C
5
H
7
O
2
N atau perumusan yang lebih kompleks sebagai C
60
H
87
O
23
N
12
P, sehingga kandungan C sebesar 53 dan CN empiris 4.3. Basis fraksi kandungan bahan anorganik yang 10 terdiri atas beberapa senyawa dan
komposisi seperti pada Tabel 5.
7 Tabel 5. Komposisi 10 fraksi anorganik sludge
Komponen Persentase
P
2
O
5
50 SO
3
15 Na
2
O 11
CaO 9
MgO 8
K
2
O 6
Fe
2
O
3
1
Sumber : Metcalf dan Eddy 1991
Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang pengomposan berbahan sludge dan serbuk gergaji oleh Arifuddin 2001 menyatakan bahwa karakteristik sludge di lapangan sangat
bervariasi tergantung jenis industri, tambahan bahan kimia selama proses pengolahan, dan sistem dewatering dari sludge. Umumnya komposisi solid content dalam dewatered sludge
sekitar 20-40 , kandungan air 60-80 , dan VSS volatile suspended solid sekitar 60-90 , sedangkan kandungan CN dengan basis biodegradible C sekitar 6-15 .
Berdasarkan analisa pendahulu terhadap lumpur buangan sludge di Pabrik Gula Jatitujuh sebagai perbandingan memiliki beberapa karakteristik dan komponen yang berbeda
sesuai komposisi sesuai Tabel 6. Tabel 6. Komposisi lumpur buangan sludge di PG Jatitujuh
Komponen Satuan
Konsentrasi
Bahan Organik 17.04
Nitrogen 0.33
Karbon 9.36
Nilai CN -
28.36 Phospor P
2
O
5
0.01 Kalium K
2
O 0.31
Kalsium CaO 11.16
Alumunium 4.03
Besi Fe 4.12
Magnesium 0.33
Mangan 0.04
Kadar Air 15.08
Ph -
7.83
Sumber : Hasil analisa Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB Div.Teknologi dan Manajemen Lingkungan No. 012TIN11 2011
8
B. TEKNOLOGI PENGOMPOSAN