11 Gambar 4. Aerated compost bins
c Pengomposan dengan Teknologi Tinggi
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk mempercepat proses pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi
pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis. Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi yaitu rotary drum composters, box atau tunnel composting system,
dan mechanical compost bins.
C. PROSES PENGOMPOSAN
1. Prinsip Dasar Proses Dekomposisi Bahan Organik
Kompos adalah hasil dekomposisi biologi dari bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba bakteria, actinomycetes dan fungi
dalam kondisi lingkungan aerobik atau anaerobik Crawford 2003. Menurut Haug 1980 dekomposisi adalah proses penguraian bahan organik yang berasal dari binatang dan tanaman
secara fisik maupun kimia yang dilakukan oleh berbagai macam mikroorganisme menjadi zat hara nutrisi untuk tanaman. Soepardi 1983 menambahkan bahwa proses dekomposisi bahan
organik sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Suhu lingkungan dan kelembaban dapat merangsang kegiatan metabolisme sehingga mempercepat laju mineralisasi perombakan bahan
organik menjadi CO
2
, air, dan nutrien. Djaja 2008 menyatakan bahwa prinsip dasar dari pengomposan adalah pencampuran
bahan organik kering yang kaya karbohidrat dengan bahan organik basah yang banyak mengandung Nitrogen N. Bahan baku kompos juga harus memiliki karakteristik yang khas
agar dapat dibuat kompos. Pada umumnya bahan baku yang mengandung karbon kering sangat baik untuk dijadikan kompos. Namun, bahan baku tersebut harus dicampur dengan
bahan lain yang memiliki kualitas berbeda. Higa 1990 menambahkan bahwa berbagai substansi terbentuk saat proses dekomposisi yang akhirnya dipecahkan oleh mikroorganisme.
Proses dekomposisi berlangsung secara berkelanjutan sampai bahan organik yang kompleks berangsur-angsur diubah menjadi elemen yang sederhana atau senyawa anorganik dan terjadi
mineralisasi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian, meningkatkan kesuburan tanah, dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah dengan
12 meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah
untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba tersebut membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya dari pada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia,
misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak Isroi 2007. Menurut Herdiyantoro 2010 dekomposisi atau pengomposan pada prinsipnya adalah
proses biologi untuk menguraikan bahan organik menjadi humus oleh mikroorganisme menggunakan komponen residu sisa tanaman sebagai substrat untuk memperoleh energi yang
dibentuk melalui oksigen senyawa organik dengan produk utama CO
2
lepas ke alam dan karbon untuk sintesis sel baru.
Menurut Murbandono 1983 dan Indriani 1999 menyatakan bahwa dalam proses pengomposan terjadi proses perubahan yaitu :
a Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi CO
2
dan air b Protein, melalui amida-amida dan asam-asam amino menjadi amoniak, CO
2,
dan air c Peningkatan beberapa unsur hara di dalam tubuh mikroorganisme terutama nitrogen
N disamping P, K, dan unsur lainnya yang terlepas kembali ketika mikroorganisme tersebut mati
d Penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanah.
2. Mekanisme Proses Pengomposan