Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan

Sebagian besar responden menggunakan alat tangkap milik orang lain ketika melaut. Hal ini karena banyaknya responden yang berstatus sebagai ABK. Nelayan ABK memang biasanya tidak memiliki alat tangkap, sehingga mereka bergabung dengan nelayan yang memiliki alat tangkap ketika melaut. Tabel 8. Persentase Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Alat Tangkap. Status Kepemilikan Alat Tangkap n orang n Milik sendiri 12 30,0 Milik orang lain 28 70,0 Jumlah 40 100,0 Peran sebagai pemilik kapal atau modal melaut biasanya tidak hanya dilakoni oleh satu orang saja. Dalam masyarakat pesisir sangat mudah ditemui hubungan kerja sama yang disebut sebagai hubungan patron-klien. Hubungan patron-klien adalah hubungan yang sering terjadi dalam upaya pemenuhan modal untuk melaut. Pihak yang berperan sebagai patron biasa disebut sebagai langgan atau tengkulak. Seorang tengkulak memberikan dana yang dimilikinya kepada juragan untuk modal, modal ini dapat berjumlah penuh maupun hanya sebagiannya saja. Besarnya modal yang akan diberikan oleh tengkulak disesuaikan dengan kebutuhan dari pihak peminjam. Hubungan patron-klien antara tengkulak dan nelayan ini akan dibahas lebih lanjut pada subbab berikutnya.

5.1.3 Tingkat Pendapatan

Pendapatan seorang nelayan sangat bergantung kepada faktor alam, sehingga besarnya tidak dapat ditetapkan. Pada penelitian ini digunakan jumlah pendapatan yang paling sering didapatkan responden dalam sebulan. Untuk mengkategorikan pendapatan responden menjadi kategori rendah, sedang dan tinggi maka digunakan batasan yang diperoleh berdasarkan pendapatan rata-rata dari semua responden. Tabel 9. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan. Tingkat Pendapatan n orang n Rendah x Rp 755.000,00 29 72,5 Sedang Rp 755.000,00 ≤ x ≤ Rp 1.111.000,00 10 25,0 Tinggi x Rp 1.111.000,00 1 2,5 Jumlah 40 100,0 Setelah dikategorikan, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Responden yang berpendapatan rendah adalah nelayan yang berstatus sebagai ABK. Pendapatan responden yang berstatus sebagai ABK memang lebih rendah dari responden yang berstatus sebagai nakhoda dan juragan. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi adalah nelayan juragan.

5.1.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan nelayan di Desa Surya Bahari dapat dikategorikan masih rendah. Pendidikan memang belum begitu dianggap penting oleh nelayan di Surya Bahari. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak ditemukannya anak nelayan yang putus sekolah, mereka sudah ikut melaut sedari SD. Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikannya, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hanya mencapai tingkat sekolah dasar. Responden yang memiliki pendidikan cukup tinggi yaitu tingkat SMA merupakan pencilan. Tabel 10. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tingkat Pendidikan n orang n Tidak Sekolah 6 15,0 SD 33 82,5 SD 1 2,5 Jumlah 40 100,0 Rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat nelayan di Desa Surya Bahari disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran untuk bersekolah. Banyak dari nelayan yang telah memulai pekerjaannya sedari usia sekolah dasar. Dari hasil pengamatan di lapangan, dana pendidikan bukan faktor satu-satunya dari kurangnya kesadaran para nelayan akan pendidikan. Faktor lainnya adalah adanya anggapan bahwa bersekolah hanya akan membuang-buang waktu saja, sehingga mereka memilih untuk bekerja sebagai nelayan karena dapat menghasilkan uang meskipun tidak banyak. Status sebagai juragan dan berpenghasilan di atas rata-rata, tidak menjamin bahwa seorang nelayan akan memiliki kesadaran yang tinggi kepada pendidikan, seperti yang dikatakan oleh responden berikut: “Penghasilan bersih saya minimal satu juta, sekali ngelaut, tapi kalau lagi bagus ya bisa sampai enam juta... saya punya empat orang anak, yang paling tua sekolahnya cuma sampai SD, ya sekarang paling kerjaannya bantu- bantu aja di rumah.” Bapak DJ, 37 tahun, nelayan gardan

5.1.5 Pengalaman