5.3 Hubungan Patron-Klien pada Responden
Hubungan patron-klien merupakan hubungan yang sudah tidak asing lagi untuk para nelayan, begitupun dengan nelayan yang bertempat tinggal di sekitar
TPI Cituis. Hubungan patron-klien yang terjadi antara nelayan dengan tengkulak dapat dengan mudah ditemukan. Sebuah hubungan patron-klien dapat terbentuk
ketika nelayan membutuhkan sejumlah dana untuk modal melaut. Tengkulak biasanya dapat dengan mudah dapat memberikan pinjaman kepada nelayan tanpa
memerlukan jaminan. Kepercayaan adalah landasan utama yang digunakan nelayan dan tengkulak dalam menjalankan hubungan ini.
Setelah uang didapatkan oleh nelayan dari tengkulak maka secara otomatis terjalin sebuah ikatan antara nelayan dan tengkulak. Ikatan ini selanjutnya
membentuk beberapa pola interaksi antara nelayan dengan tengkulak. Pada pola interaksi ini terdapat aturan tidak tertulis yang harus ditaati kedua belah pihak.
Beberapa bentuk dari pola interaksi yang terjadi antara nelayan dan tengkulak, antara lain:
1. Nelayan harus menyerahkan hasil tangkapannya kepada tengkulak. Hasil tangkapan ini kemudian akan diikutsertakan ke dalam kegiatan lelang oleh
tengkulak yang bersangkutan. Komisi sebesar 2,5-5 persen akan langsung dipotong oleh tengkulak dari hasil pelelangan tersebut.
2. Nelayan harus menjual beberapa jenis ikan tertentu kepada tengkulak. Jenis ikan yang biasanya diharuskan dijual kepada tengkulak adalah cumi dan corak.
3. Nelayan harus menjual seluruh hasil tangkapannya kepada tengkulak. Pada pola ini tengkulak berperan sebagai pembeli. Tengkulak biasanya lebih kuat
dalam posisi menentukan harga. Tabel 13. Persentase Responden Berdasarkan Penyaluran Hasil Tangkap.
Penyaluran Hasil Tangkap n orang
n TPI
5 12,5
Tengkulak 20
50,0 TPI dan Tengkulak
15 37,5
Jumlah 40
100,0 Ikatan yang terjalin antara nelayan dan tengkulak ini akan terus
berlangsung tanpa adanya batas waktu. Jika nelayan ingin memutuskan ikatan tersebut maka ia harus melunasi hutangnya kepada tengkulak. Uniknya, banyak
nelayan yang memilih untuk meneruskan hubungannya dengan tengkulak. Hubungan antara tengkulak dan nelayan sangatlah dekat secara ekonomi maupun
sosial. Pada kehidupan sosial, nelayan dan tengkulak biasanya sudah mengenal satu sama lain, tidak jarang jika nelayan dan tengkulaknya masih memiliki
hubungan darah. Hal tersebut membuat hubungan antara nelayan dan tengkulak terkesan akrab dan penuh rasa kekeluargaan. Rasa kekeluargaan ini menjadi salah
satu alasan bagi nelayan untuk enggan memutuskan ikatan dengan tengkulaknya.
BAB VI REPRESENTASI SOSIAL TENTANG TPI CITUIS
Representasi sosial tentang TPI Cituis pada nelayan terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1 representasi sosial tentang TPI, dan 2 representasi sosial
tentang tengkulak. Representasi sosial pada responden terbagi ke dalam beberapa tipologi. Tipologi ini ditentukan dengan mengacu kepada hasil asosiasi kata yang
dilakukan oleh responden. Responden memberikan beberapa kata yang dianggap dapat mewakili TPI Cituis untuk mengetahui representasi sosial mereka tentang
TPI Cituis, responden diminta melakukan hal yang sama untuk mengetahui representasi sosial mereka tentang tengkulak. Abric 1976 dikutip oleh Deaux
dan Philogene 2001 menyatakan bahwa representasi sosial terdiri dari beberapa elemen yakni informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap tentang suatu obyek.
Elemen-elemen ini terorganisasi dan terstruktur kemudian membentuk suatu sistem sosial-kognitif seseorang. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai
elemen-elemen representasi sosial pada tiap tipologi.
6.1 Tipologi Representasi Sosial tentang TPI Cituis
Penetapan tipe representasi sosial tentang TPI yang dominan adalah dengan cara melihat jumlah responden yang ada pada setiap tipe representasi, tipe
dengan jumlah responden terbanyak menjadi tipe dominan dari representasi sosial yang dimiliki oleh nelayan di desa Surya Bahari. Hasil dari asosiasi kata
menunjukkan bahwa responden banyak menyebutkan kata „lelang‟ dan „pasar‟ sebagai kata yang dianggap dapat mewakili TPI Cituis. Pada saat penelitian
responden mengalami kesulitan ketika diminta untuk menyebutkan lima kata untuk mewakili TPI Cituis. Sebanyak 31 responden hanya menyebutkan satu kata
yaitu „lelang‟, sedangkat 9 responden lainnya menyebutkan dua kata yaitu „lelang‟ dan „pasar‟. Dengan demikian terbentuklah dua tipologi representasi sosial
tentang TPI Cituis, tipologi I terdiri atas responden yang memaknai TPI Cituis sebagai tempat terjadinya kegiatan lelang, sedangkan tipologi II terdiri atas
responden yang memaknai TPI Cituis sebagai pasar selain dimaknai sebagai tempat lelang. Responden pada tipologi II memiliki pemaknaan tentang TPI Cituis
yang lebih banyak.