hasil pemuliaan. Panjang tongkol yang dimiliki genotipe Phil DMR Comp. 2 dan Wisanggeni masing-masing sangat nyata lebih pendek dibandingkan dengan EW
DMR Pool C6S2 dan Bayu.
4.3.4.3 Jumlah Tongkol Layak Pasar
Berdasarkan Lampiran 13 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh nyata sehingga jumlah tongkol layak pasar pada genotipe lokal, hasil pemuliaan,
introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Varietas hibrida BISI-2 memiliki jumlah tongkol layak lebih banyak dibandingkan dengan
genotipe lokal, genotipe hasil pemuliaan dan introduksi jagung semi yang diuji.
Tabel 21. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak Pasar Beberapa Genotipe Jagung
Kontras a vs b F-hitung
PrF Lokal vs Arjuna P18
8.12
+
0.0074 Pemuliaan vs Genjah Kodok
5.58
+
0.0240 Introduksi vs Arjuna P18
7.27
+
0.0108
Keterangan : : berbeda nyata pada taraf 5,
: berbeda nyata pada taraf 1,
tn
: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal,
-
: b kurang dibanding a,
+
: b lebih dibanding a,
=
: b sama dengan a.
Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 18 belum ada varietas jagung yang dapat menghasilkan tongkol sebanyak BISI-2. Berdasarkan uji kontras
ortogonal Tabel 21 terlihat bahwa genotipe Arjuna P18 sangat nyata memiliki jumlah tongkol layak pasar lebih banyak dibandingkan kelompok genotipe lokal.
Genotipe Genjah Kodok dan Arjuna P18 masing-masing nyata memiliki jumlah tongkol layak pasar lebih banyak dibandingkan dengan kelompok genotipe hasil
pemuliaan dan introduksi. Penampilan tongkol layak pasar beberapa genotipe terlihat pada Gambar 2 dimana penentuan standarnya berdasarkan pengkelasan
CODEX.
Gambar 2. Penampilan Tongkol Jagung Semi Layak Pasar dari Beberapa Genotipe Jagung
4.3.4.4 Jumlah Tongkol Afkir
Berdasarkan Lampiran 14 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh nyata sehingga jumlah tongkol afkir pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi
dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Phil DMR Comp 2 memiliki jumlah tongkol afkir lebih banyak dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil
pemuliaan dan introduksi yang diuji sedangkan Antasena memiliki jumlah tongkol afkir lebih sedikit.
Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 18 diperoleh 6 genotipe memiliki jumlah tongkol afkir yang nyata lebih sedikit dengan varietas hibrida
BISI-2 yaitu Lokal Oesao, Nakula, Sadewa, Wisanggeni, EY Pool C4S2 dan Phil DMR 6. Genotipe Kiran memiliki jumlah tongkol afkir yang nyata lebih banyak
dibandingkan varietas hibrida BISI-2. Hasil penelitian Sirait 1996 menyatakan bahwa genotipe hasil pemuliaan menghaslkan rata-rata dua tongkol per tanaman
dimana tongkol yang dipetik paling akhir memiliki penampilan afkir sehingga menyebabkan kurang dari dua tongkol jagung semi berpenampilan baik.
Tabel 22. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Peubah Jumlah Tongkol Afkir Kontras a vs b
F-hitung PrF
Lokal vs Sadewa 13.18
-
0.0009 Lokal vs Kiran
7.60
+
0.0093 Pemuliaan vs Genjah Kodok
24.95
+
0.0001 Pemuliaan vs Lokal Oesao
16.80
-
0.0002 Pemuliaan vs EY Pool C4S2
10.25
-
0.0030 Pemuliaan vs Phil DMR Comp. 2
15.01
+
0.0005 Introduksi vs Genjah Kodok
4.98
+
0.0324 Introduksi vs Sadewa
10.48
-
0.0027 Kiran vs Phil DMR Comp. 2
7.35
-
0.0104 Lokal Oesae vs Lokal Srimanganti
9.30
+
0.0044 Nakula vs Sadewa
0.26
tn+
0.6145 EY Pool C4S2 vs Phil DMR 6
1.41
tn+
0.2438
Keterangan : : berbeda nyata pada taraf 5,
: berbeda nyata pada taraf 1,
tn
: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal,
-
: b kurang dibanding a,
+
: b lebih dibanding a,
=
: b sama dengan a.
Berdasarkan uji kontras ortogonal Tabel 22 terlihat bahwa genotipe Sadewa sangat nyata memiliki jumlah tongkol afkir lebih sedikit dibandingkan
dengan kelompok genotipe lokal dan introduksi. Genotipe Lokal Oesao dan EY
Pool C4S2 sangat nyata memiliki jumlah tongkol afkir lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok genotipe hasil pemuliaan. Jumlah tongkol afkir yang dimiliki
genotipe Phil DMR Comp. 2 nyata lebih sedikit dibandingkan dengan genotipe Kiran. Penampilan tongkol afkir ditunjukkan pada Gambar 3 mulai dari ukuran
diameter tongkol yang besar, panjang tongkol melebihi standar, bentuk tongkol yang tidak teratur atau tidak rata, alur bakal biji yang bengkok sampai tongkol
yang terkena hama.
Gambar 3. Penampilan Tongkol Jagung Semi Afkir dari Beberapa Genotipe Jagung
4.3.5 Pengkelasan Tongkol Jagung Semi