Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Nilai korelasi antara bobot tongkol kotor dan bobot tongkol bersih memiliki korelasi negatif dengan jumlah tongkol per tanaman dan jumlah tongkol afkir. Dengan demikian semakin besar bobot tongkol kotor dan bersih maka semakin sedikit jumlah tongkol per tanaman dan jumlah tongkol afkir jagung semi. Berdasarkan uji t-Dunnett menunjukkan bahwa genotipe Kiran 3.67 tongkol memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih banyak dibanding varietas hibrida BISI-2 dan dari hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa genotipe Antasena 2.47 tongkol dan Kiran 3.67 tongkol nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal 2.26 tongkol. Genotipe Genjah Kodok dan Phil DMR Comp. 2 3.33 tongkol sangat nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan kelompok genotipe hasil pemuliaan 2.02 tongkol. Genotipe Genjah Kodok memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibanding tiga kelompok genotipe lainnya sehingga umur berbunga dan umur panen pun lebih genjah. Genotipe ini memiliki persentase tongkol kelas A lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya sebesar 10.59. Jumlah tongkol afkir pada genotipe-genotipe yang diuji cukup tinggi bahkan ada yang mencapai 100 sehingga perlu dilakukan seleksi untuk meningkatkan kualitas jagung semi. Dari hasil penelitian ini genotipe Genjah Kodok, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2 berpotensi untuk dikembangkan sebagai jagung semi.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok genotipe lokal Campaloga, Genjah Kodok, Ketip Kuning dan introduksi EW DMR Pool C6S2, Kiran, Phil DMR Comp. 2 yang mungkin dapat menghasilkan tongkol dengan kuantitas dan kualitas lebih baik untuk dikembangkan sebagai jagung semi. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. dan Y. E. Widyastuti. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal. Allard, R. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons. New York. 485 p. Armanto, T. R. 1982. Pengaruh Pengambilan Tongkol Sekunder Terhadap Produksi Jagung Hibrid dan Jagung Bersari Bebas Zea mays L.. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 45 hal. Tidak Dipublikasikan. Arnelia. β00γ. Sayur “baby”, si cantik kaya gizi. http:www2.kompas.com. [17 Mei 2008]. Baharsjah, S. dan A. Suryana. 1980. Situasi Jagung di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta. Brisco, G. 2000. CODEX standard for baby corn. http:cxs.babycorn.com [17 November 2008]. BPPT. 2005. Baby corn. http:www.iptek.net.id. [17 Mei 2008]. Fadhil, M. 2004. Evaluasi Potensi Jagung Varietas Lokal sebagai Jagung Semi Baby Corn. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 28 hal. Tidak dipublikasikan. Ganefianti, D.W, Yulian dan A.N. Suprapti. 2006. Korelasi dan sidik lintas antara pertumbuhan, komponen hasil dan hasil dengan gugur buah pada tanaman cabai. Jurnal Akta Agrosia 9 1 : 1 - 6. Gomez, K. A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan Endang Syamsudin dan Justika Sjarifudin Baharsjah. Edisi kedua. UI Press. Jakarta. 698 hal. Graef, J. 1995. World market and fresh canned baby corn. http:www.rap.com. [17 November 2008]. Hidajat, O.O dan T. Puspitarati. 1985. Analisis koefisien lintasan dari komponen hasil kacang hitam Vigna mungo L.. Jurnal Penelitian Pertanian 5 2 : 81 – 85. Indriati, I. 1999. Evaluasi Penampilan Enam Populasi Jagung Semi Pada Seleksi Daur Ulang Siklus Pertama. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 48 hal. Tidak dipublikasikan . Jonharnas. 1995. Penampilan 13 genotipe ubi jalar di Sumanik, Sumatera Barat. Zuriat 10 2: 66 – 72. Koauychai, P., V. Sereeprasert, W.Soonsuwan and T. Eksomtramang. 2001. Path analysis of baby corn yield. Songklanakarin Journal of Science and Technology 23 2 : 215-223. Koswara, J. dan M. Argasasmita. 1980. Pemuliaan Jagung Lanjutan. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor. 57 hal. Koswara, J. 1985. Diktat Jagung. Jurusan Budidaya Pertanian. Faperta IPB. Bogor. Makmur, A.1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 78 hal. Mattjik, A. H. dan I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 276 hal. Moedjiono dan M. J. Mejaya. 1994. Variabilitas genetik beberapa karakter plasma nutfah jagung koleksi Balittas Malang. Zuriat 5 2: 27-32. Palungkun, R. dan A. Budiarti. 1992. Sweet Corn, Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. Perwitasari, A. 2001. Uji Daya Gabung Umum Galur-galur Jagung Manis yang Berasal dari Populasi SD-2. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 23 hal. Tidak dipublikasikan. Poeting, R. S. 1994. The maize shoot. P. 11-16. In M. Feeling and V. Walbot Eds.. The Maize Hand Book. Springer-Verlag. New York. Risliawati, A. 2007. Karakterisasi dan Analisis Hubungan Kekerabatan 27 Aksesi Pala Myristica spp. Koleksi Balittri. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 64 hal. Tidak dipublikasikan. Rochmah, L. I. 1999. Evaluasi dan Seleksi Delapan Genotipe Jagung ke Arah Pembentukan Jagung Semi Baby Corn Bertongkol Banyak. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 68 hal. Tidak dipublikasikan. Rubatzky, V. E. dan Mas Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Edisi kedua. ITB Press. Bandung. 313 hal. Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 449 hal. Singh, J. 1987. Field Manual Maize Breeding Procedures. Indian Agric. Research. New Delhi. 209 p. Singh, R. K. and B. D. Chaudary. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers. New Delhi. p. 70-79. Sirait, M. 1996. Evaluasi Penampilan Karakter Beberapa Genotipe Jagung Lokal, Introduksi, dan Hasil Pemuliaan serta Potensinya untuk Dikembangkan Sebagai Jagung Semi Baby Corn. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan . Soemadi, W dan A. Mutholib. 2000. Sayuran Baby. Penebar Swadaya. Jakarta. Soeseno, S. 1997 . Kol mini dan bebi buncis. http:www.indomedia.com. [17 Mei 2008]. Stanfield, W. D. 1983. Theory and Problems of Genetics. 2 nd Edition. Schaum’s Outline Series. McGraw-Hill. New York. 392p. Subandi, A. Sudjana, M. M. Dahlan, A. Rifin,dan P. Supangat, 1982. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 14 hal. Sutjahjo, S. H., Hadiatmi dan Meynilivia. 2005. Evaluasi dan seleksi 24 genotipe jagung lokal dan introduksi yang ditanam sebagai jagung semi. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 7 1: 35-43. Titatarn, S. V. D. Anchaleesangkas, S. Sompang, M. Muanghoi, V. Sritaves and A. Bangrukit. 1992. Screening for baby corn variety resistant to downey mildew in baby corn production arcas in Thailand. Proceedings of The 11 th National Vegetable Workshop. P 1-7. Tiwari, V. K. and S. S. Verma. 1999. Correlation and path coefficient analysis in baby corn Zea mays L.. http:d.wanfangdata.com.cn. [19 Desember 2009]. University of Kentucky. 2006. Baby corn. http:www.uky.edu. [2 Desember 2008]. Wakhyono. 2003. Pendugaan Parameter Genetik Karakter Kuantitatif Beberapa Genotipe Jagung untuk Dikembangkan sebagai Jagung Semi. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 38 hal. Tidak dipublikasikan . Warid, M., N. Rostini dan S. Moeljopawiro. 1999. Resistensi Tanaman Jagung terhadap Penyakit Bulai. Zuriat 13 2: 113 – 120. Yodpetch, C. and O. K. Bautista. 1983. Young cob corn : suitable varieties, nutritive value and optimum stage of maturity. Phil. Agr. 66:232-244. Zhao. W. Q. 1991. Maize cultivar Ji Te 3. Crop Genetics Resources 1:48. Lampiran 1. Genotipe-genotipe Jagung Lokal, Hasil Pemuliaan, dan Introduksi yang Digunakan Sebagai Bahan Penelitian Genotipe No. Registrasi Keterangan Lokal Campaloga 2009 Nusa Tenggara Barat Genjah Kodok 3316 Sulawesi Selatan Ketip Kuning 2117 Jawa Tengah Lokal Oesao 3033 Nusa Tenggara Timur Lokal Srimanganti 3201 Nusa Tenggara Barat Hasil Pemuliaan Antasena 2613 Varietas Unggul Arjuna P18 Varietas Unggul Bayu 2612 Varietas Unggul BC 10 MS 15 Hasil Seleksi Nakula 2609 Varietas Unggul Sadewa Varietas Unggul Wisanggeni Varietas Unggul Introduksi EW DMR Pool C6S2 3325 CIMMYT EY Pool C4S2 3326 CIMMYT Kiran 3476 CIMMYT Phil DMR Comp. 2 3423 Philipina Phil DMR 6 3406 Philipina Pembanding BISI 2 Lampiran 2. Data Iklim Bulanan Wilayah Darmaga, Bogor Bulan Mei-Juli 2009 Bulan Curah Hujan mm Temperatur Rata-rata o C Kelembaban Rata-rata Mei 570.60 26.10 85.00 Juni 338.00 26.10 83.00 Juli 131.10 25.80 77.00 Lampiran 3. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 36.58 18.29 0.09 tn 0.9127 Genotipe 17 14908.29 876.96 4.39 0.0001 Galat 34 6788.95 199.68 Umum 53 21733.83 KK = 6.20 Lampiran 4. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 3.82 1.91 1.84 tn 0.1748 Genotipe 17 184.20 10.84 10.43 0.0001 Galat 34 35.33 1.04 Umum 53 223.35 KK = 6.18 Lampiran 5. Sidik Ragam Karakter Jumlah Buku per Tanaman Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 0.15 0.07 0.31 tn 0.7360 Genotipe 17 294.83 17.34 71.88 0.0001 Galat 34 8.20 0.24 Umum 53 303.19 KK = 3.83 Lampiran 6. Sidik Ragam Karakter Umur Berbunga bunga jantan Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 4.11 2.06 2.57 tn 0.0915 Genotipe 17 1492.17 87.77 109.63 0.0001 Galat 34 27.22 0.80 Umum 53 1523.50 KK = 1.79 Lampiran 7. Sidik Ragam Karakter Umur Panen Rata-rata Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 5.49 2.74 1.34 tn 0.2752 Genotipe 17 414.31 24.37 11.90 0.0001 Galat 34 69.61 2.05 Umum 53 489.41 KK = 3.55 Lampiran 8. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol per Tanaman Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 0.29 0.14 2.38 tn 0.1074 Genotipe 17 16.33 0.96 15.92 0.0001 Galat 34 2.05 0.06 Umum 53 18.67 KK = 10.43 Lampiran 9. Sidik Ragam Karakter Bobot Tongkol Kotor Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 141.09 70.55 1.97 tn 0.1554 Genotipe 17 6599.02 388.18 10.83 0.0001 Galat 34 1219.11 35.86 Umum 53 7959.22 KK = 13.45 Lampiran 10. Sidik Ragam Karakter Bobot Tongkol Bersih Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 10.51 5.25 2.46 tn 0.1007 Genotipe 17 460.23 27.07 12.66 0.0001 Galat 34 72.68 2.14 Umum 53 543.42 KK = 16.77 Lampiran 11. Sidik Ragam Karakter Diameter Tongkol Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 1.68 0.84 1.53 tn 0.2301 Genotipe 17 83.80 4.93 9.02 0.0001 Galat 34 18.58 0.55 Umum 53 104.07 KK = 5.86 Lampiran 12. Sidik Ragam Karakter Panjang Tongkol Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 1.54 0.77 1.91 tn 0.1635 Genotipe 17 202.89 11.94 29.55 0.0001 Galat 34 13.73 0.40 Umum 53 218.17 KK = 7.82 Lampiran 13. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Layak Pasar w Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 0.01 0.004 0.66 tn 0.5235 Genotipe 17 0.29 0.01 2.49 0.0115 Galat 34 0.24 0.007 Umum 53 0.54 KK = 10.37 Keterangan : w = transformasi √x+o.5 Lampiran 14. Sidik Ragam Karakter Jumlah Tongkol Afkir Sumber Keragaman db JK KT F hitung Pr F Ulangan 2 0.45 0.22 3.84 0.0314 Genotipe 17 11.73 0.69 11.88 0.0001 Galat 34 1.97 0.06 Umum 53 14.15 KK = 10.94 Deskripsi Varietas Hibrida BISI 2 Tahun dilepas : 1995 Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan FS9 merupakan tropical inbred yang dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd. Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA. Umur : 50 keluar rambut : + 56 hari Panen : Lebih dari 103 hari Batang : Tinggi dan tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : Lebih dari 232 cm Daun : Panjang, lebar, dan terkulai Warna daun : Hijau cerah Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik Kerebahan : Tahan Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Setengah mutiara semi flint Warna biji : Kuning oranye Jumlah baristongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : Lebih dari 265 g Rata-rata hasil : 8,9 tonha pipilan kering Potensi hasil : 13 tonha pipilan kering Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl SK Mentri No : 589KptsT ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG Zea mays L. SEBAGAI JAGUNG SEMI Baby Corn Oleh Widya Rachmat Sepriliyana A24052578 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cukup baik dikembangkan adalah jagung semi baby corn, yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Tidak hanya jagung yang masih mudanya saja yang dapat dimanfaatkan, bagian dari hijauannya juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena teksturnya halus dan masih muda sehingga mudah dicerna oleh hewan ternak yang memakannya. Jagung semi secara pemeliharaan lebih sulit dibandingkan dengan jagung biasa, namun dibalik kesulitan ini memiliki beberapa keuntungan antara lain : permintaan pasar terhadap baby corn meningkat sehingga meningkatkan pendapatan petani dan panen hasil dari jagung semi tidak memerlukan waktu yang lama Palungkun dan Budiarti, 1992. Menurut Soeseno 1997 jagung semi atau jagung putri, berasal dari jagung hibrida biasa, tetapi setiap bunga jantannya yang muncul langsung dibuang emaskulasi. Akibatnya, pembentukan tongkol jagung dapat lebih cepat. Beberapa negara pengekspor baby corn antara lain Thailand, Sri Lanka, Taiwan, China, Zimbabwe, Zambia, Indonesia, Afrika Selatan, Nikaragua, Costa Rica, Guatemala, dan Honduras. Thailand merupakan salah satu negara yang mengekspor baby corn terbesar dalam statistik perdagangan resmi. Pada tahun 1993, Thailand mengekspor baby corn ke-22 negara Graef, 1995. Sebagian besar baby corn yang dijual di Amerika diproses dan diimpor dari Asia, terutama Thailand University of Kentucky, 2006. Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi adalah penggunaan varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar. Kendala lainnya yaitu penerapan komponen teknologi produksi yang belum dilakukan sesuai anjuran berupa ketidaksesuaian dalam teknik budidaya yang dilakukan serta proses pasca panen yang tepat. Jumlah tongkol yang biasa dihasilkan jagung umumnya sekitar 1-2 buah. Varietas jagung hibrida yang banyak digunakan sebagai baby corn antara lain Hibrida C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Adisarwanto dan Widyastuti, 2002. Menurut Wakhyono 2003, persentase tongkol dengan panjang lebih dari 9.5 cm dan afkir tinggi sehingga perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe untuk meningkatkan kualitas tongkol. Diharapkan beberapa varietas jagung yang ada dapat menghasilkan jagung semi dengan kuantitas dan kualitas lebih baik. Kuantitas jagung semi dengan menghasilkan tongkol banyak dan kualitas jagung semi seperti rasa manis, tidak berserat, alur biji lurus, berwarna kekuningan, dan seragam.

1.2 Tujuan

Memperoleh informasi potensi beberapa varietas jagung yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi jagung semi baby corn dan menganalisis pengaruh langsung maupun tidak langsung komponen hasil terhadap hasil jagung semi .

1.3 Hipotesis

1. Terdapat varietas jagung yang menghasilkan jagung semi dengan kuantitas dan kualitas lebih baik dibanding varietas hibrida BISI-2. 2. Terdapat karakter komponen hasil yang memiliki pengaruh langsung dengan jumlah tongkol per tanaman.