Gambar 3. Penampilan Tongkol Jagung Semi Afkir dari Beberapa Genotipe Jagung
4.3.5 Pengkelasan Tongkol Jagung Semi
Pengkelasan ukuran tongkol berdasarkan pada ukuran diameter dan panjang tongkol yang ditetapkan oleh CODEX untuk baby corn jagung semi.
Ukuran diameter tongkol ini tidak kurang dari 1 cm dan tidak lebih dari 2 cm untuk panjang tongkol dibagi menjadi tiga kelas.
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa persentase tongkol kelas A tertinggi yaitu genotipe Genjah Kodok sebesar
10.59. Tongkol kelas B dan C yang tertinggi yaitu genotipe Wisanggeni 5.36 dan BISI-2 15.38. Genotipe Genjah Kodok dapat dipanen lebih awal
33.52 HST dan menghasilkan jumlah tongkol layak pasar lebih banyak
dibandingkan kelompok genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi, dan varietas hibrida BISI-2. Jumlah tongkol afkir tertinggi yaitu genotipe Bayu, Nakula, dan
EY Pool C4S2, sebagian besar dikarenakan genotipe ini memiliki baris bakal biji bengkok atau melingkar tidak lurus.
Tabel 23. Pengkelasan Tongkol Jagung Semi yang Dihasilkan Genotipe
Lokal, Hasil Pemuliaan, Introduksi, dan BISI-2
Hasil pengkelasan ukuran tongkol dari persentase kelas A paling tinggi yaitu genotipe Genjah Kodok sebesar 10.59. Pada penelitian Wakhyono 2003
persentase kelas A tertinggi yaitu 39.10 dengan pengkelasan berdasarkan kriteria PT Dieng Jaya dengan diameter tongkol tidak kurang dari 1.8 cm dan
panjang tongkol kelas A ≤ 7.5 cm.
Genotipe Jumlah
Tongkol per Tanaman
Kelas A
B C
Afkir
Lokal
-------------------------------------------------- Campaloga
28 4.76
95.24 Genjah Kodok
31 10.59
89.41 Ketip Kuning
25 3.13
3.13 93.75
Lokal Oesao 21
1.96 98.04
Lokal Srimanganti 24
1.32 2.78
1.32 94.74
Hasil Pemuliaan
Antasena 28
1.49 98.51
Arjuna P18 25
1.64 1.64
4.92 91.80
Bayu 24
100.00 BC 10 MS 15
21 3.13
1.56 95.31
Nakula 20
100.00 Sadewa
20 4.17
4.17 91.67
Wisanggeni 22
1.79 5.36
1.79 91.07
Introduksi
EW DMR Pool C6S2 26
1.59 98.41
EY Pool C4S2 18
100.00 Kiran
38 9.09
90.91 Phil DMR Comp. 2
34 4.30
1.08 94.62
Phil DMR 6 23
1.69 3.39
1.69 93.22
Pembanding
BISI 2 33
1.28 15.38
83.33
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Nilai korelasi antara bobot tongkol kotor dan bobot tongkol bersih memiliki korelasi negatif dengan jumlah tongkol per tanaman dan jumlah tongkol
afkir. Dengan demikian semakin besar bobot tongkol kotor dan bersih maka semakin sedikit jumlah tongkol per tanaman dan jumlah tongkol afkir jagung
semi. Berdasarkan uji t-Dunnett menunjukkan bahwa genotipe Kiran 3.67 tongkol memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih banyak
dibanding varietas hibrida BISI-2 dan dari hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa genotipe Antasena 2.47 tongkol dan Kiran 3.67 tongkol
nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal 2.26 tongkol. Genotipe Genjah Kodok dan Phil DMR
Comp. 2 3.33 tongkol sangat nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan kelompok genotipe hasil pemuliaan 2.02 tongkol.
Genotipe Genjah Kodok memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibanding tiga kelompok genotipe lainnya sehingga umur berbunga dan umur panen pun
lebih genjah. Genotipe ini memiliki persentase tongkol kelas A lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya sebesar 10.59. Jumlah tongkol afkir pada
genotipe-genotipe yang diuji cukup tinggi bahkan ada yang mencapai 100 sehingga perlu dilakukan seleksi untuk meningkatkan kualitas jagung semi. Dari
hasil penelitian ini genotipe Genjah Kodok, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2 berpotensi untuk dikembangkan sebagai jagung semi.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok genotipe lokal Campaloga, Genjah Kodok, Ketip Kuning dan introduksi EW DMR Pool C6S2,
Kiran, Phil DMR Comp. 2 yang mungkin dapat menghasilkan tongkol dengan kuantitas dan kualitas lebih baik untuk dikembangkan sebagai jagung semi.