3.4.3 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak ± 7 cm dari lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 200 kgha Urea, 400 kgha
SP-18 dan 100 kgha KCl. Pupuk Urea diberikan setengah dosis rekomendasi pada saat tanam dan sisanya diberikan 21 HST Hari Setelah Tanam. Pupuk SP-
18 dan KCl diberikan satu dosis rekomendasi pada saat tanam saja.
3.4.4 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan
tanaman meliputi
pengendalian gulma
penyiangan, pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 3 MST Minggu
Setelah Tanam, kegiatan penyiangan dilakukan kembali sekitar 6 MST karena gulma yang tumbuh menghambat pertumbuhan tanaman jagung serta menyulitkan
pemanenan. Pengendalian penyakit menggunakan fungisida berupa Saromyl yang diaplikasikan pada benih sebelum ditanam dengan tujuan mencegah penyakit
bulai. Pengendalian hama menggunakan insektisida Furadan 3G untuk mengendalikan hama lalat bibit serta untuk pengendalian ulat serta belalang
digunakan Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 ml per 1 liter air. Pengendalian hama dengan Furadan diaplikasikan saat tanam yang
diberikan bersamaan dengan benih dan diaplikasikan pada ujung daun tanaman jagung saat berumur 2 - 4 MST untuk pengendalian ulat grayak. Penjarangan
yaitu membuang satu tanaman jagung sehingga hanya satu tanaman jagung saja yang tersisa setiap lubang tanamnya. Bertujuan mengurangi persaingan
pertumbuhan tanaman dalam populasi. Kegiatan pemeliharaan dalam penelitian ini hanya meliputi pengendalian
hama dan penyakit, pengendalian gulma, dan pembumbunan. Penyulaman tanaman yang mati tidak dilakukan karena dikhawatirkan tanaman jagung semi
tidak seragam pertumbuhannya mengingat umurnya yang pendek.
3.4.5 Pemanenan
Kegiatan pemanenan pada umumnya dilakukan setelah tanaman berumur 54 HST di bagian tongkol sudah keluar rambut 2 - 3 cm dan warna kelobot hijau-
tua, yang dilakukan setiap dua hari sekali. Penelitian ini menggunakan 17 genotipe yang berbeda dan varietas hibrida BISI-2 sebagai pembanding
sehingga panen dilakukan sesuai umur panen tiap genotipe. Menurut Fadhil 2004 berdasarkan penelitian yang dilakukannya, genotipe jagung lokal memiliki
umur panen yang pendek yaitu Ketip Kuning 57.5 HST, Genjah Kodok 58.5HST, Lokal Srimanganti 61.0 HST dan Lokal Oesao 62.6 HST
dibandingkan dengan genotipe jagung hasil pemuliaan, Sadewa 62.7 HST.
3.4.6 Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan terhadap 10 tanaman contoh yang kompetitif yang diambil secara acak per genotipe. Peubah yang diamati antara lain :
1. Tinggi tanaman Diukur setelah tanaman keluar tassel bunga jantan, mulai dari
permukaan tanah pada ruas terakhir dimana terdapat akar hingga ujung daun tertinggi yang ditegakkan dan dilakukan satu minggu sekali.
2. Diameter batang Pengukuran ini bersamaan dengan tinggi tanaman, yang diukur pada ruas
terbesar sekitar 5 cm dari ruas terakhir dimana terdapat akar dan dilakukan satu minggu sekali.
3. Jumlah buku per tanaman Perhitungan dari buku terbawah setiap tanaman contoh dan dilakukan satu
minggu sekali. 4. Umur berbunga bunga jantan
Umur saat pertama penanaman sampai 50 dari populasi tanaman keluar malai.
5. Umur panen Nilai rata-rata umur petik tiap tongkol yang dihasilkan tanaman contoh.