4.3.1.2 Diameter Batang
Lampiran 4 menunjukkan bahwa genotipe untuk peubah diameter batang berbeda sangat nyata sehingga peubah ini berbeda untuk masing-masing
genotipenya. Terlihat pada Tabel 7 bahwa diameter batang varietas hibrida BISI- 2 lebih besar dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil pemuliaan, dan introduksi
dengan nilai 21.28 mm. Hasil penelitian Wakhyono 2003 diameter batang genotipe Campaloga 14.00 mm dan Sadewa 18.00 mm lebih kecil
dibandingkan dengan BISI-3 20.00 mm. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 7 diperoleh 16 genotipe yang memiliki diameter batang nyata lebih kecil
dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu Campaloga, Genjah Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15,
Nakula, Sadewa, Wisanggeni, EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2, Kiran, Phil DMR Comp. 2 dan Phil DMR 6.
Tabel 9. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang Beberapa Genotipe Jagung
Kontras a vs b F-hitung
PrF Introduksi vs Lokal Oesao
13.83
+
0.0007 Kiran vs Phil DMR 6
7.18
+
0.0113 Bayu vs Wisanggeni
0.32
tn-
0.5733 Genjah Kodok vs Lokal Srimanganti
7.99
+
0.0078
Keterangan : : berbeda nyata pada taraf 5,
: berbeda nyata pada taraf 1,
tn
: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal,
-
: b kurang dibanding a,
+
: b lebih dibanding a,
=
: b sama dengan a.
Berdasarkan uji kontras ortogonal Tabel 9 terlihat bahwa genotipe Wisanggeni memiliki diameter batang lebih kecil dibandingkan dengan genotipe
Bayu. Genotipe Lokal Oesao dan Lokal Srimanganti diameter batangnya sangat nyata lebih besar dibanding masing-masing dengan kelompok genotipe introduksi
dan genotipe Genjah Kodok. Genotipe Phil DMR 6 sendiri nyata lebih besar diameter batangnya dibandingkan dengan Kiran.
4.3.1.3 Jumlah Buku per Tanaman
Berdasarkan tabel sidik ragam Lampiran 5 terlihat bahwa jumlah buku per tanaman berbeda sangat nyata berarti masing-masing genotipe memiliki
perbedaan dalam jumlah buku per tanamannya. Varietas hibrida BISI-2 memiliki jumlah buku per tanaman terbanyak dari genotipe lokal, hasil pemuliaan, dan
introduksi. Berturut-turut adalah jumlah buku per tanaman genotipe lokal, hasil pemuliaan, dan introduksi sebanyak 13.69, 12.23, dan 15.53 buku. Berdasarkan
hasil uji t-Dunnett pada Tabel 7 diperoleh 14 genotipe yang memiliki jumlah buku per tanaman nyata lebih sedikit dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu :
Campaloga, Genjah Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Wisanggeni, EY Pool C4S2, Kiran,
Phil DMR Comp. 2 dan Phil DMR 6.
Tabel 10. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Buku per Tanaman Beberapa Genotipe Jagung
Kontras a vs b F-hitung
PrF Lokal vs Kiran
11.94
-
0.0015 Pemuliaan vs Genjah Kodok
34.88
-
0.0001 Introduksi vs Genjah Kodok
14.59
-
0.0005 Campaloga vs Genjah Kodok
22.44
-
0.0001
Keterangan : : berbeda nyata pada taraf 5,
: berbeda nyata pada taraf 1,
tn
: tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal,
-
: b kurang dibanding a,
+
: b lebih dibanding a,
=
: b sama dengan a.
Berdasarkan uji kontras ortogonal Tabel 10 terlihat bahwa genotipe Kiran sangat nyata memiliki jumlah buku lebih sedikit dibandingkan dengan
genotipe kelompok lokal. Genjah Kodok sendiri sangat nyata jumlah bukunya lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok genotipe hasil pemuliaan, kelompok
genotipe introduksi dan genotipe Campaloga.