Tinggi Tanaman Diameter Batang

4.3.1.1 Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam peubah tinggi tanaman menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata Lampiran 3, berarti terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman antar genotipe jagung semi. Perbedaan ini sesuai dengan genotipe masing-masing, terlihat pada Tabel 7 tinggi tanaman untuk genotipe lokal, genotipe hasil pemuliaan dan introduksi lebih rendah dibandingkan dengan varietas hibrida BISI-2. Rata-rata tinggi tanaman genotipe lokal antara 190.68 - 230.75 cm, genotipe hasil pemuliaan antara 218.16 - 245.01 cm, genotipe introduksi antara 197.27 - 242.36 cm, dan varietas hibrida BISI-2 sebesar 258.57 cm. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 7 diperoleh 6 genotipe yang memiliki tinggi tanaman nyata lebih rendah dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu : Campaloga, Genjah Kodok, Lokal Srimanganti, BC 10 MS 15, Kiran, dan Phil DMR Comp. 2. Hasil penelitian Wakhyono 2003 menunjukkan bahwa tinggi tanaman genotipe Campaloga, Genjah Kodok, Ketip Kuning, Arjuna P18, Nakula, Sadewa, Kiran sangat nyata lebih rendah dibanding Bisi-3. Tabel 8. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Jagung Kontras a vs b F-hitung PrF Pemuliaan vs Kiran 7.36 - 0.0104 Pemuliaan vs Genjah Kodok 7.58 - 0.0094 Keterangan : : berbeda nyata pada taraf 5, : berbeda nyata pada taraf 1, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, - : b kurang dibanding a, + : b lebih dibanding a, = : b sama dengan a. Berdasarkan uji kontras ortogonal Tabel 8 terlihat bahwa genotipe yang memiliki tinggi tanaman nyata lebih rendah dibanding rata-rata tinggi tanaman kelompok genotipe pemuliaan 222.16 cm yaitu Kiran 197.27 cm dan sangat nyata lebih rendah yaitu Genjah Kodok 190.68 cm. Hasil penelitian Indriati 1999 menyatakan bahwa semakin tinggi tanaman maka fase vegetatifnya akan semakin lama sehingga umur panennya semakin lama pula.

4.3.1.2 Diameter Batang

Lampiran 4 menunjukkan bahwa genotipe untuk peubah diameter batang berbeda sangat nyata sehingga peubah ini berbeda untuk masing-masing genotipenya. Terlihat pada Tabel 7 bahwa diameter batang varietas hibrida BISI- 2 lebih besar dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil pemuliaan, dan introduksi dengan nilai 21.28 mm. Hasil penelitian Wakhyono 2003 diameter batang genotipe Campaloga 14.00 mm dan Sadewa 18.00 mm lebih kecil dibandingkan dengan BISI-3 20.00 mm. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 7 diperoleh 16 genotipe yang memiliki diameter batang nyata lebih kecil dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu Campaloga, Genjah Kodok, Ketip Kuning, Lokal Oesao, Lokal Srimanganti, Arjuna P18, Bayu, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa, Wisanggeni, EW DMR Pool C6S2, EY Pool C4S2, Kiran, Phil DMR Comp. 2 dan Phil DMR 6. Tabel 9. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Batang Beberapa Genotipe Jagung Kontras a vs b F-hitung PrF Introduksi vs Lokal Oesao 13.83 + 0.0007 Kiran vs Phil DMR 6 7.18 + 0.0113 Bayu vs Wisanggeni 0.32 tn- 0.5733 Genjah Kodok vs Lokal Srimanganti 7.99 + 0.0078 Keterangan : : berbeda nyata pada taraf 5, : berbeda nyata pada taraf 1, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, - : b kurang dibanding a, + : b lebih dibanding a, = : b sama dengan a. Berdasarkan uji kontras ortogonal Tabel 9 terlihat bahwa genotipe Wisanggeni memiliki diameter batang lebih kecil dibandingkan dengan genotipe Bayu. Genotipe Lokal Oesao dan Lokal Srimanganti diameter batangnya sangat nyata lebih besar dibanding masing-masing dengan kelompok genotipe introduksi dan genotipe Genjah Kodok. Genotipe Phil DMR 6 sendiri nyata lebih besar diameter batangnya dibandingkan dengan Kiran.

4.3.1.3 Jumlah Buku per Tanaman