yang tinggi terlihat pada hampir semua peubah sehingga secara umum peubah yang diamati tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh nilai h
2 bs
masing-masing peubah yang lebih dari 50. Kriteria
nilai heritabilitas tinggi berkisar 50 - 100 Stanfield, 1991. Nilai heritabilitas yang tinggi Tabel 4 pada penelitian jagung semi ini antara 77.20 - 99.10.
Nilai heritabilitas yang tinggi dari beberapa peubah pada 18 genotipe jagung semi didukung oleh nilai ragam genetik yang luas. Terhadap populasi dengan nilai
heritabilitas tinggi, memungkinkan dilakukan seleksi. Menurut Jonharnas 1995 seleksi pada karakter yang memiliki heritabilitas tinggi akan berlangsung efektif
karena pengaruh lingkungan kecil dan faktor genetik lebih dominan dalam penampilan genotipe tanaman.
4.2.2 Keeratan Hubungan Antar Peubah
Dalam pencapaian tujuan seleksi terhadap peubah tanaman, perlu diketahui korelasi antar peubah. Saat seleksi berlangsung terkadang ada peubah
tidak dikehendaki yang ikut terseleksi dimana peubah ini dapat menguntungkan atau merugikan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya dengan pasti digunakan
korelasi dengan melihat nilai keeratan hubungan antar peubah. Menurut Mattjik dan Sumertajaya 2006 koefisien korelasi dinotasikan dengan r pada kisaran nilai
- 1 ≤ r ≤ 1, r mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara
kedua peubah dan nilai r mendekati nol menunjukkan hubungan kedua peubah tersebut tidak linier atau tidak ada hubungan antar peubah. Nilai r ini didukung
juga oleh peluang nyata atau tidak nyata untuk menentukan keeratan hubungan antar dua peubah yang diamati.
Keeratan hubungan antar peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5. Tinggi tanaman memiliki keeratan yang tinggi dengan jumlah buku per tanaman
r : 0.7688, p : 0.0001 namun memiliki nilai rendah dan berkorelasi negatif dengan jumlah tongkol afkir r : -0.4265, p : 0.0013. Dengan demikian, semakin
banyak jumlah buku maka tanaman akan semakin tinggi dan fase vegetatif pun berlangsung lama yang dapat memperpanjang umur berbunga fase generatif dan
umur panen.
Umur berbunga berkorelasi positif dan mendekati satu r : 0.9503, p : 0.0001 dengan panen awal. Dengan demikian, semakin genjah umur berbunga
maka akan semakin genjah pula umur panen jagung semi. Bobot tongkol kotor
memiliki keeratan yang mendekati satu dengan bobot tongkol bersih r : 0.8339, p : 0.0001 sedangkan bobot tongkol bersih sendiri juga memiliki nilai korelasi
yang mendekati satu dengan jumlah tongkol layak pasar r : 0.9957, p : 0.0001. Jumlah tongkol per tanaman dengan jumlah tongkol afkir memiliki nilai korelasi
positif dan tingkat keeratan hubungannya terlihat sangat erat karena nilai korelasinya mendekati satu r : 0.9612, p : 0.0001.
Yodpetch dan Bautista 1983 menyatakan bahwa kriteria jagung semi yang baik seharusnya memiliki umur berbunga yang genjah, hasil per hektar
tinggi, jumlah tongkol per tanaman yang banyak, tinggi tanaman yang rendah, kualitas yang baik, dan indeks panen tinggi. Jumlah tongkol per tanaman
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil jagung semi karena terkait dengan jumlah tongkol layak pasar dan jumlah tongkol afkir.
Dengan demikian dapat diperkirakan beberapa kriteria seleksi jagung semi yaitu tinggi tanaman
rendah, umur berbunga genjah, umur panen genjah, jumlah tongkol per tanaman banyak dan jumlah tongkol layak pasar banyak.
Peubah-peubah inilah yang dapat digunakan dalam memilih atau menyeleksi populasi genotipe jagung semi.
Berdasarkan kriteria tersebut, Genjah Kodok memenuhi kriteria tinggi tanaman rendah, umur berbunga dan umur panen genjah. Kiran memenuhi kriteria jumlah
tongkol per tanaman banyak dan Phil DMR Comp. 2 memenuhi kriteria jumlah tongkol layak pasar banyak.
Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Peubah Tanaman Jagung
TT DB
BU UB
UPR PAW
PAK JT
BTK BTB
JTL JTA
DT DB
0.5661 0.0001
BU 0.7688
0.4752 0.0001
0.0003 UB
0.6387 0.5694
0.8451 0.0001
0.0001 0.0001
UPR 0.4655
0.5617 0.7344
0.6501 0.0004
0.0001 0.0001
0.0001 PAW
0.6502 0.4509
0.8546 0.9503
0.5891 0.0001
0.0006 0.0001
0.0001 0.0001
PAK 0.4496
0.4804 0.7478
0.7487 0.8445
0.7330 0.0006
0.0002 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 JT
-0.4355 -0.0897
-0.5373 -0.6877
-0.0283 -0.7964
-0.3251 0.0010
0.0519 0.0001
0.0001 0.8389
0.0001 0.0165
BTK 0.4664
0.5663 0.5437
0.6511 0.4073
0.6595 0.5322
-0.5008 0.0004
0.0001 0.0001
0.0001 0.0022
0.0001 0.0001
0.0001 BTB
0.5360 0.5485
0.6813 0.7676
0.5472 0.8181
0.6487 -0.5801
0.8339 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
JTL 0.5605
0.5467 0.7159
0.8005 0.5537
0.8521 0.6584
-0.6235 0.8250
0.9957
0.0001 0.0001
0.0010 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
JTA -0.4265
-0.1034 -0.5323
-0.6517 -0.0261
-0.7677 -0.3197
0.9612
-0.4685 -0.5516
-0.5941 0.0013
0.4567 0.0001
0.0001 0.8513
0.0001 0.0184
0.0001 0.0004
0.0001 0.0001
DT 0.3227
0.3680 0.5152
0.4967 0.3520
0.5689 0.4324
-0.4302 0.7419
0.7966 0.7899
-0.3710 0.0173
0.0061 0.0001
0.0001 0.0090
0.0001 0.0011
0.0012 0.0001
0.0001 0.0001
0.0057 PT
0.6269 0.6957
0.7763 0.8616
0.6573 0.8463
0.7305 -0.5537
0.7183 0.8820
0.8955 -0.5497
0.5730 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
0.0001 0.0001
Keterangan : TT : Tinggi tanaman, DB : Diameter Batang, BU : Jumlah Buku per Tanaman, UB : Umur Berbunga, UPR : Umur Panen Rata-rata, PAW : Panen Awal, PAK : Panen Akhir, JT : Jumlah Tongkol per Tanaman, BTK : Bobot Tongkol Kotor, BTB : Bobot Tongkol Bersih, PT : Panjang Tongkol, DT : Diameter Tongkol, JTL : Jumlah
Tongkol Layak, JTA : Jumlah Tongkol Afkir, jika p ≤ 0.01 maka berkorelasi nyata pada taraf 1, jika p ≤ 0.05 dan p 0.01 maka berkorelasi nyata pada taraf 5.
2.3 Analisis Lintas