Perumusan Masalah Pengembangan Indikator Kinerja Kunci (IKK) perikanan tuna terpadu di Sulawesi Utara

5 program, atau kegiatan berhasilgagal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam pertemuan tahunan Indian Ocean Tuna Commission IOTC ke-13 yang dilaksanakan di Bali pada 30 Maret 2009, Indonesia memiliki momentum untuk memperoleh hal-hal yang positif, yaitu: 1 Aspek nasional, mendukung kebijakan nasional bagi upaya konservasi dan pengelolaan perikanan termasuk upaya pemanfaatan dan pengawasan shared fish stocks, 2 Aspek internasional, memperkuat posisi Indonesia dalam forum organisasi perikanan regional dan internasional, bagi kegiatan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan, 3 Aspek teknis ekonomi, memberikan peluang pemanfaatan sumberdaya shared fish stocks di laut lepas oleh Indonesa, 4 Aspek lingkungan, kelangsungan sumberdaya tuna di Indonesia yang terancam oleh tingginya permintaan tuna di pasar dunia, pertumbuhan jumlah armada tuna yang tinggi serta maraknya illegal fishing. Disamping itu, penerapan manajemen perikanan yang baik, juga merupakan wujud dari implementasi komitmen Pemerintah Indonesia terhadap isu mengenai pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab sebagaimana tertuang dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries FAO 1995. Dalam pelaksanaannya diperlukan indikator kinerja yang sama dalam konsep, definisi dan proses untuk diimplementasikan. Akan tetapi terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan pedoman perikanan bertanggung jawab, yaitu: kesulitan pemerintah dalam pembinaan usaha karena tidak adanya indikator kinerja yang jelas dan terukur. Data BPS tahun 2008, ternyata dinamisasi perusahaan perikanan di Bitung yang bergerak di bidang penangkapan menurun sebesar 66,9 dari tahun 2000 sebanyak 143 perusahaan menjadi 33 perusahaan di tahun 2007. Hal ini menjadi suatu tantangan bahwa bilamana para investor dapat memanfaatkan indikator yang jelas dan terukur, diharapkan para pembuat keputusan dari perusahaan ini dapat melakukan antisipasi terhadap permasalahan yang sedang berlangsung. Kebutuhan internal perusahaan adalah untuk mendapatkan profit sebesar- besarnya, di sisi lain kebutuhan para pembuat kebijakan adalah untuk 6 meningkatkan pendapatan negara, peningkatan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan suatu indikator kinerja industri perikanan tuna untuk dapat menyeimbangkan kebutuhan makro dan internal ini dengan memperhatikan aspek sosial, yaitu corporate-social-responsibility CSR, sehingga dalam penyusunan IKK industri harus mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Seiring dengan berjalannya waktu, kepedulian akan lingkungan berkembang pesat. Konsep green sustainability dan green environment diperhitungkan dalam pengambilan keputusan dan produksi. Untuk menjawab kebutuhan ini, maka diperlukan suatu IKK yang memperhatikan lingkungan green IKK. Di sektor perikanan sampai saat ini belum tersedia suatu indikator kinerja untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian kinerja perikanan. Apalagi indikator kinerja perikanan yang memperhitungkan lingkungan lokal maupun lingkungan global. Aspek lingkungan lokal yang harus diperhitungkan dalam perumusan IKK perikanan adalah overfishing, total allowable catch TAC dan potensi sumberdaya ikan, sedangkan untuk lingkungan global perlu memperhitungkan standardisasi import negara-negara penerima, contohnya catch certification , catch documentation scheme dan health certification Gambar 1. 7 Gambar 1 Kerangka perumusan masalah Untuk pemecahan masalah tersebut, maka perlu dilakukan pengkajian guna menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1 Apa indikator kinerja yang dapat diterima atau disepakati oleh para stakeholders perikanan tuna terpadu? 2 Bagaimana prioritas indikator kinerja berdasarkan penilaian pakar dan praktisi perikanan? 3 Bagaimana kinerja perusahaan-perusahaan perikanan tuna di daerah Sulawesi Utara berdasarkan indikator kinerja yang diformulasikan? 4 Bagaimana formula IKK pembangunan perikanan tuna yang berkelanjutan di Sulawesi Utara? IKK industri Kebutuhan stakeholder Sosial CSR IKK mempertimbangkan aspek: Sosial Ekonomi Lingkungan Green IKK Global Environment : Green Sustainable IKK Perikanan Kebutuhan pembuat kebijakan tenaga kerja, pendapatan negara, devisa Kebutuhan internal perusahaan profit Catch Certification Health Certification Catch Documentation Overfishing TAC Potensi 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian