25
utama dalam upaya untuk mencapai RONA 12. Untuk mencapai tujuan ini, maka harus dibangun kerja sama antar departemen. Untuk itu semua departemen
dijelaskan tujuan dan membuat setiap orang akuntabel satu dengan yang lain. Selama berbulan-bulan dan setelah dilakukan banyak diskusi dan banyak
presentase oleh kepala departemen, maka IKK mulai meningkat pada tiap-tiap scorecard
pimpinan departemen. Sistem Sadar Makna Kriteria Aktivitas SSMKA adalah alat tangguh
dalam lingkungan kerja multi aspek yang berfokus pada penonjolan keunggulan dan penguasaan pengertian kristeria. Indikator kinerja kuncinya adalah sadar akan
kekhususan informasi teknologi dan pedagogi konteks serta model mental pengguna Laffey et al. 2009.
Siswa dan mahasiswa yang memanfaatkan system pembelajaran jarak jauh menggunakan media komunikasi telah disurvei sejumlah tigaratus tujuhpuluh
tujuh orang dan dianalisis niat berbagi informasinya terhadap sesama peserta system pembelajaran. Hasilnya menyatakan bahwa indikator kinerja kunci
hubungan antar sesama murid tidak begitu terbuka. Hubungan antara guru dengan para murid lebih terbuka sehingga dapat membentuk kesadaran para murid dalam
indikator perasaan, rasa keinginan tahu, teknik berpikir, dan rasa sosial sebagai insan. Ini akan meningkatkan interaksi antara murid dengan gurunya dalam proses
pembelajaran jarak jauh Heo 2009.
2.2 Pembangunan Berkelanjutan
Sesuai pengertian pembangunan berkelanjutan sustainable development, keberlanjutan perikanan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas perikanan
yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Dikaitkan dengan pemahaman
Holling 2001, untuk tujuan memupuk kemampuan adaptif dan menciptakan kesempatan, maka keberlanjutan dapat pula diartikan sebagai kapasitas untuk
menimbulkan, menguji dan memelihara kemampuan adaptif meskipun terbatas pada kapasitas sumberdaya ikan dan pemanfaatannya, aktivitas tersebut telah
sejak lama mendasari teori dan praktek perikanan, sebagaimana ditunjukkan dalam konsep maximum sustainable yield MSY. Aktivitas berkelanjutan ini
26
pulalah yang mengemuka dalam arahan pengelolaan perikanan artikel 7 sesuai code of conduct for responsible fisheries
CCRF FAO 1995. Pembangunan dibangun berdasarkan tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan. Titik dari ketiga pilar ini membentuk pembangunan yang berkelanjutan, seperti yang dikemukakan oleh Dreo 2007 yang dijelaskan
melalui skema pada Gambar 7.
Gambar 7 Skema pembangunan berkelanjutan Dréo 2007 Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu tiga pilar tersebut,
Deklarasi Universal Keberagaman Budaya oleh UNESCO pada tahun 2001 lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa
...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam. Dengan demikian pembangunan tidak hanya dipahami sebagai
pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual. Dalam pandangan ini, keragaman
budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan
berkelanjutan, dimana pembangunan hijau lebih mengutamakan keberlanjutan
27
lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi
keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan tekhnologi
pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumberdaya keuangan yang terbatas.
Selanjutnya Charles 2001 menyatakan keberlanjutan selain terdiri dari aspek ekologi dan sosial ekonomi juga ada aspek masyarakat dan kelembagaan dengan
rincian sebagai berikut: 1 Ecological sustainability keberlanjutan ekologi. Dalam pandangan
ini memelihara keberlanjutan stokbiomass sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari
ekosistem menjadi konsern utama. 2 Socioeconomic sustainability keberlanjutan sosio-ekonomi. Konsep
ini mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik
pada tingkat individu . Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi
merupakan konsern dalam kerangka keberlanjutan. 3 Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan
kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
4 Institutional sustainability keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara
aspek finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas.
Keberlanjutan perikanan, pada dasarnya mencakup keseluruhan elemen sistem perikanan. Dalam hal ini, perspektifnya berubah dari fokus fisik ikan yang
ditangkap ke fokus kesehatan ekosistem dan sistem insani. Kesteven 1973 menyatakan bahwa sistem perikanan sesungguhnya dibangun oleh elemen-elemen
biotik, teknik, sosial dan ekonomi. Prinsip inilah yang dikemukakan oleh Charles 2001 di atas. Sejak awal FAO sudah mengadopsi definisi tentang pembangunan
28
berkelanjutan dalam lima elemen utama, yaitu sumberdaya alam, lingkungan, kebutuhan manusia ekonomi dan sosial, teknologi dan institusi FAO 2001.
Sumberdaya alam dan lingkungan adalah elemen untuk dilindungi, sedangkan elemen lainnya dipenuhi, diawasi dan berlangsung sesuai proses pengelolaan.
Secara singkat, keberlanjutan ekologi berkenaan dengan jaminan kelestarian sumberdaya ikan yang dieksploitasi. Institusi yang dapat mewujudkannya adalah
kepemilikan pribadi atau komunitas skala kecil Hilborn et al, 1995. Menurut Gibb and Bromley 1989 bahwa hak kepemilikan terhadap
sumberdaya alam umumnya terdiri dari: 1 State property dimana klaim pemilikan berada di tangan pemerintah.
2 Private property dimana klaim pemilikan berada pada individu atau kelompok usaha
3 Common property atau communal property dimana individu atau kelompok memiliki klaim atas sumberdaya yang dikelola bersama.
Suatu sumberdaya alam bisa saja tidak memiliki klaim yang sah sehingga tidak bisa dikatakan memiliki hak pemilikan. Sumberdaya seperti ini disebut
sebagai open acces Grima dan Berkes 1989. Keterkaitan antara hak kepemilikan dan akses disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Hubungan hak kepemilikan dan akses
2.3 Komoditas Tuna