Analytical Hierarchy Process AHP Augmented Key Performance Indicator AKPI

54 sedangkan di tingkat perusahaan shortlisting IKK didasarkan pada input, output, outcome dan process. Setiap IKK didefinisikan danatau diberi batasan, kemudian diuraikan cara menghitung dan mengukur tiap kriteria untuk mendapatkan kriteria keputusan. Prioritas indikator kinerja berdasarkan kriteria keputusan ini selanjutnya dibuat menjadi shortlisted Lampiran 7 untuk diuji pada perusahaan-perusahaan melalui formulasi IKK pada perikanan tangkap terpadu.

3.4.3 Analytical Hierarchy Process AHP

Penentuan tingkatan prioritas dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran terbaik dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process AHP dan untuk mendapatkan prioritas yang terbaik dianalisis dengan Simple Multi Attribute Rating Technique SMART. Kedua analisis ini menggunakan program Criterium Decision Plus versi 3.0.5. Analisis ini digunakan untuk menentukan hirarki indikator dari masing- masing tingkatan kinerja. Hasilnya diplot dalam diagram layang-layang sebagai penggambaran urutan prioritas tiap kinerja yang ditinjau. Sedangkan analisis SMART ditujukan untuk mendapatkan elemen yang memberikan kontribusi dari indikator yang ditelaah.

3.4.4 Augmented Key Performance Indicator AKPI

Hasil shortlisted ini selanjutnya ditawarkan ke perusahaan. Hasil penilaian yang diberikan oleh perusahaan yang diambil sebagai sampel dinyatakan sebagai nilai indikator kinerja kunci yang disebut dengan Augmented Key Performance Indicator AKPI Formulasi IKK perikanan tangkap disusun berdasarkan tingkatan indikator: Tingkat Nasional: NP NM NS NF NE IKKN 5 55 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 i i i i i i i i i i P NP M NM S NS F NF E NE Dimana : IKKN = Indikator kinerja kunci tingkat nasional NE = Komponen ekonomi tingkat nasional NF = Komponen finansial tingkat nasional NS = Komponen sosial tingkat nasional NM = Komponen ekologi tingkat nasional NF = Komponen pemerintah tingkat nasional Tingkat Sektor Perikanan: FP FM FS FF FE IKKS 6 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 i i i i i i i i i i P FP M FM S FS F FF E FE Dimana: IKKS = Indikator kinerja kunci tingkat sektor perikanan FE = Komponen ekonomi tingkat sektor perikanan FF = Komponen finansial tingkat sektor perikanan FS = Komponen sosial tingkat sektor perikanan FM = Komponen ekologi tingkat sektor perikanan FF = Komponen pemerintah tingkat sektor perikanan E i = Jumlah skoring komponen ekonomi F i = Jumlah skoring komponen finansial S i = Jumlah skoring komponen sosial M i = Jumlah skoring komponen ekologi P i = Jumlah skoring komponen pemerintah Tingkat Perusahaan : P Ou O I IKKP 7 56 3 1 3 1 3 1 3 1 i i i i i i i i P P Ou Ou O O I I Dimana: IKKP = Indikator kinerja kunci tingkat perusahaan I = Komponen input tingkat perusahaan O = Komponen output tingkat perusahaan Ou = Komponen outcome tingkat perusahaan P = Komponen proces tingkat perusahaan Ii = Skoring komponen input Oi = Skoring komponen output Oui = Skoring komponen outcome Pi = Skoring komponen proces Saat ini belum ada indikator yang jelas untuk kinerja perikanan tangkap tuna terpadu, oleh sebab itu digunakan metode agregasi dengan menetapkan bobot yang setara untuk setiap indikator dari masing-masing dimensi. Metode agregasi ini merupakan alat diagnostik cepat untuk memberikan sekilas gambaran tentang kinerja keseluruhan dari masing-masing tingkatan serta memberikan informasi tentang bidang-bidang atau sektor-sektor yang mendorong kinerja dari keseluruhan elemen. Penentuan nilai agregat dari hasil akumulasi tiap tingkatan indikator kinerja berkisar antara 0 hingga 100. Untuk klasifikasi kondisi perusahaan perikanan tuna terpadu di Sulawesi Utara dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1 Jika nilai agregat lebih besar dari 75, maka perusahaan mempunyai kinerja yang baik 2 Jika nilai agregat berada antara 50 hingga 75, maka perusahaan mempunyai kinerja yang cukup baik, 3 Jika nilai agregat kurang dari 50, maka perusahaan mempunyai kinerja yang buruk. 57 Hasil analisis agregat menjadi nilai indikator kinerja kunci yang disebut dengan AKPI: AKPI = a IKKP + b IKKS + c IKKN 8 dengan konstanta seperti dalam Tabel berikut: Tabel 9 Konstanta penilaian kinerja Tingkatan Konstanta a b c Nasional 0,15 0,35 0,50 Perikanan 0,15 0,50 0,35 Perusahaan 0,5 0,35 0,15 Penentuan nilai-nilai konstanta di atas didasarkan pada aspek kepentingan yang berlaku pada tingkatan yang akan dinilai. Nilai 0,5 menunjukkan aspek kinerja utama yang didiagnostik, 0,35 sebagai aspek pendukung dan konstanta 0,15 sebagai aspek lain yang turut mempengaruhi penilaian kinerja. Apabila hasil pengujian lapangan menunjukkan hal yang tidak sesuai untuk IKK yang ada atau ditolak oleh stakeholder, maka ditentukan lagi batasan dari IKK untuk mendapatkan formulasi yang lebih baik agar untuk dapat diaplikasikan pada usaha perikanan tuna terpadu. 58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara