IKK perikanan tuna di tingkat nasional

64

5.1 Indikator Kinerja Kunci IKK Perikanan Tuna

5.1.1 IKK perikanan tuna di tingkat nasional

Longlist yang diberikan kepada stakeholder perikanan tangkap terpadu yang terdiri dari akademisi, praktisi dan birokrat, diperoleh prioritas dari masing- masing indikator berdasarkan penilaian individu sebelum dilakukan FGD, dimana peserta diberikan longlist bersamaan dengan undangan untuk menghadiri FGD, sehingga penilaian individu benar-benar dilakukan sesuai dengan keinginannya dalam menilai prioritas kinerja. Tabel 14 Longlist indikator perikanan tuna tingkat nasional Indikator Tingkat Nasional 1 Ekonomi Laju inflasi tahunan Fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah Cash ratio Transaksi informal perjanjian bisnis Biaya Ekspor Pendapatan karyawan 2 Sosial Ketersediaan transportasi Ketersediaan listrik Ketersedaiaan infrastruktur jalan Ketersediaan air untuk industri Kelancaran komunikasi 3 Ekologi Potensi sumberdaya Total allowable catch TAC Adanya environmental assessment Adanya monitoring lingkungan yang efektif Adanya database lingkungan yang komprehensif Derajat kekuatan aturan lingkungan untuk aktivitas penangkapan Pengelolaan limbah dari proses produksi 4 Pemerintah Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan Alokasi perizinan Hukum dan hak kepemilikan Stabilitas lembaga politik Keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan Efektifitas penerapan hukum Kebijakan dan Rencana Pemerintah Harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah 5 Finansial Pengembangan Investasi Ketersediaan kredit Tingkat pengarahan kredit Tingkat subsidi target ROI ROE ROA Cash ratio Profit per tenaga kerja Sumber: Hasil kajian pustaka 65 Indikator tingkat nasional adalah indikator yang mungkin muncul sehubungan dengan kebijakan-kebijakan nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dalam pengelolaan perikanan. Indikator tingkat nasional ini memberikan perbandingan makroekonomi dan variabel sektor serta variabel lain yang mempengaruhi kinerja industri dan usaha perikanan melalui hubungan lintas sektor. Analisis indikator acuan yang dipilih memberikan akses makroekonomi dan lingkungan bisnis dalam mengevaluasi hambatan-hambatan pada upaya- upaya pengimplementasian usaha perikanan tuna. Indikator ini dapat diterapkan pada semua sektor dan secara teratur harus diperbaharui dan disiapkan oleh ahli- ahli yang berkompeten. Longlist indikator ekonomi tingkat nasional terdiri dari laju inflasi tahunan, fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah, cash ratio, transaksi informal perjanjian bisnis, biaya ekspor, dan pendapatan karyawan. Laju inflasi tahunan adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus kontinu dalam satu tahun. Inflasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10 setahun; inflasi sedang antara 10 —30 setahun; berat antara 30—100 setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100 setahun. Perubahan atau fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Berdasarkan teori mata uang negara disebutkan bahwa asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Perdagangan internasional melibatkan berbagai mata uang nasional yang berbeda yang dihubungkan dengan harga relatif yang disebut kurs valuta asing. Negara- negara mengatur atau meregulasikan perdagangan internasionalnya melalui kebijakan-kebijakan khusus di bidang perdagangan serta pengendalian sistem kurs yang menjadi dasar perhitungan harga berbagai barang dan jasa dari luar negeri. Penurunan harga mata uang yang berlaku di pasar disebut depresiasi, sedangkan kenaikan nilai mata uang disebut apresiasi. Apabila penurunan mata uang tersebut 66 dilakukan oleh pemerintah dengan sengaja, dan diumumkan secara resmi disebut sebagai devaluasi, sedangkan kenaikannya disebut revaluasi. Cash ratio adalah perbandingan antara jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan dan jumlah kewajiban yang segera dapat ditagih. Rasio ini digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan perorangan atau perusahaan untuk mengkonversikan aktiva menjadi uang tunai atau ekuivalen tunai tanpa kerugian yang berarti. Selain itu likuiditas dapat juga merupakan kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat. Sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya. Transaksi informal bisnis adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan hak dan kewajiban, seperti jual – beli dan sewa – menyewa yang dilakukan secara informal. Operasi penangkapan ikan tuna bersifat hunting, sehingga diperlukan modal yang tidak sedikit, terutama untuk kebutuhan bahan bakar yang harganya meningkat tajam. Untuk itu perlu kerjasama operasional penangkapan agar lebih efektif dan efisien. Dalam pengaturan kerjasama tersebut, dibutuhkan perjanjian dua belah pihak yang diikat dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Biaya ekspor adalah biaya-biaya yang dikenakan pada barang dan jasa yang dijual ke negara lain. Biaya ekspor terdiri dari Cost Insurance Freight CIF dan Free on Board FOB. CIF merupakan bagian dari sebuah kontrak dagang yang mewajibkan eksportir membayar bukan hanya biaya dalam mempersiapkan barang itu untuk diangkut, tetapi juga biaya pengangkutannya dan mengasuransikannya selama dalam perjalanan. Sedangkan untuk FOB atau bebas atas kapal berarti bahwa sang eksportir mengusahakan pengiriman barang itu ke gudang sang pembeli dengan harga tersebut. Pendapatan karyawan adalah upah yang dibayarkan secara berkala, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan kepada pekerja. Pendapatan karyawan terdiri dari gaji pokok yang merupakan dasar penghasilan karyawan yang menjadi patokan untuk menghitung komponen lainnya, seperti tunjangan keluarga, 67 tunjangan kemahiran, insentif. Kadang juga ada uang makan, uang overtime lembur dan asuransi kecelakaan kerja. Longlist indikator sosial terdiri dari ketersediaan transportasi, listrik, infrastruktur jalan, air untuk industri dan kelancaran komunikasi yang merupakan nilai layanan publik dari pemerintah dimana secara terus-menerus harus berupaya untuk memperkuat nilai kepentingan serta etika yaitu nilai demokrasi dan profesional di masyarakat. Saat ini pasokan listrik yang tidak mencukupi menjadi kendala industri perikanan khususnya pengolahan perikanan. Pembangunan industri perikanan yang mengadopsi sistem mata rantai dingin atau cold chain system terhambat keterbatasan penyediaan listrik. Kondisi ini banyak terjadi di luar jawa. Akibatnya pengusaha terpaksa menggunakan genset. Cold chain system pada intinya merupakan proses pengawetan ikan dengan cara pendinginan, mulai dari penanganan, pengolahan hingga distribusi hasil. Untuk transportasi, infrastruktur jalan dan komunikasi sampai saat ini untuk daerah di luar jawa belum optimal. Indikator ini jadi ukuran bagaimana kesiapan pemerintah pusat dan daerah dalam menyediakan sarana dan prasarana pengembangan industri guna meningkatkan pendapatan nasional. Longlist indikator ekologi terdiri dari potensi sumberdaya, total allowable catch TAC, adanya environmental assessment, adanya monitoring lingkungan yang efektif, adanya database lingkungan yang komprehensif, derajat kekuatan aturan lingkungan untuk aktivitas penangkapan dan pengelolaan limbah dari proses produksi. Indikator ekologi ini bertujuan untuk mengeliminasi dan mencegah overfishing dan overcapitalization dengan mengakses status sumberdaya ikan tuna, memajukan peramalan perikanan, mengelola pertumbuhan ekonomi dalam industri penangkapan dan yakin dan dengan sukarela untuk taat pada aturan-aturan perikanan. Dengan demikian maka pemulihan stok ikan yang telah over exploitasi dapat mengeliminir overfishing, melindungi dan memperbaiki habitat dan meningkatkan ekonomi perikanan dengan mengurangi overcapitalization adalah elemen kunci dalam transisi menuju perikanan berkelanjutan. Aktivitas ini akan menghasilkan industri perikanan yang lebih sehat dan kompetitif yang selanjutnya akan menjadi pengembangan ekonomi sosial dalam perikanan yang berbasis masyarakat. 68 Longlist indikator pemerintah terdiri atas komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, alokasi perizinan, hukum dan hak kepemilikan, stabilitas lembaga politik, keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan, efektifitas penerapan hukum, kebijakan dan rencana pemerintah, harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah. Regulasi pemerintah di perikanan antara lain pembatasan impor kapal guna membatasi pengembangan usaha tuna yang beroperasi di high seas dan cek fisik kapal untuk membebani yang beroperasi di high seas. Alokasi perizinan harus di tata kembali mengingat adanya ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan antar WPP. Di satu sisi terdapat WPP yang tingkat pemanfaatannya diindikasikan overfishing, di sisi lain terdapat WPP yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Kestabilan politik harus dijaga. Negara yang dalam keadaan chaos dan penerapan hukum yang tidak jelas akan menyebabkan para investor dan pengusaha tidak mau berusaha dan menanamkan modalnya. Kepastian hukum dilakukan dengan segera melengkapi peraturan dan perundangan serta penegakan hukum yang merata ke semua lapisan masyarakat. Harus adanya harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah. Hal ini penting karena banyak punggutan dalam industri perikanan menyebabkan iklim investasi di sektor ini kurang kondusif dan menarik, namun di satu sisi realisasi investasi di sektor perikanan masih rendah. Longlist indikator finansial terdiri dari: pengembangan investasi, ketersediaan kredit, tingkat pengarahan kredit, tingkat subsidi target, ROI, ROE, ROA, cash ratio dan profit per tenaga kerja. Investasi adalah proses pengelolaan uang. Investor atau pihak yang melakukan kegiatan investasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu investor individual individual investors, terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi dan investor institusional institutional investors, terdiri dari perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas investasi. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa investasi merupakan faktor yang sangat penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kualitas kebijakan perekonomian yang mengatur tingkat investasi, tingkat pengembalian sosial dari investasi dan penyerapan tenaga kerja dari sebuah investasi. Apabila investasi dilaksanakan secara efisien 69 dalam meningkatkan output maka investasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya apabila dilaksanakan secara tidak efisien berakibat pada stagnasi ekonomi. Ketersediaan kredit adalah ketersediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Namun khusus untuk perikanan terdapat kendala pembiayaan, dimana dana yang disediakan melalui APBN hanya sebesar 2,2 hingga 2,5. Hal ini dikarenakan usaha perikanan termasuk jenis usaha high risk karena sangat tergantung pada alam, mekanisme dan struktur pasar yang belum tertata dengan baik, belum ada perusahaan penjamin khusus bidang perikanan dan kendala terakhir ada perbedaan antara Peraturan Menteri Keuangan PMK dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. Menurut PMK, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E kredit perikanan hanya untuk modal kerja tapi menurut DKP, KKP-E boleh untuk modal kerja maupun investai BRI 2009. Tingkat subsidi target adalah bantuan keuangan yang diberikan pemerintah kepada pihak tertentu nelayan berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian bantuan digunakan untuk kepentingan umum. Return on Equity ROE adalah salah satu metrik yang paling penting bagi investor, karena menunjukkan seberapa besar value yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Return on investment ROI adalah jumlah pendapatan dinyatakan dalam persen terhadap modal perusahaan, yaitu modal dibagi pendapatan sebelum pendapatan bunga, pajak dan dividen yang bertujuan untuk menilai alternatif penggunaan modal terbaik atau untuk mengarahkan perhatian manajemen kepada pelaksanaan usaha secara keseluruhan pengembangan investasi. Return on asset ROA adalah laba bersih dibagi total aktiva dan merupakan rasio utama untuk mengukur kemampuan dan efisiensi aktiva dalam menghasilkan laba profitabilitas. Profit per tenaga kerja adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total tenaga kerja pada perusahaan tersebut dalam setahun. Penilaian individu setelah FGD dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: seorang moderator membantu kelompok partisipan dalam pembahasan. 70 Moderator mengajukan pertanyaan awal yang bersifat sangat umum kepada kelompok. Pertanyaan diarahkan hanya pada topik utama yang dibahas. Moderator akan menghentikan pembahasan bila diskusi telah menjauh dari topik. Seorang pencatat isu kunci note-taker records key issues melakukan pencatatan terhadap respons yang diberikan dari kelompok diskusi dengan mengamati dan mendokumentasikan setiap pesan non-verbal yang dapat muncul. Penilaian terhadap topik yang sedang dibahas dilakukan setelah selesai didiskusikan tentang satu topik tertentu. Prosedur penilaian adalah sebagai berikut: setiap peserta FGD diberikan longlist yang sama dengan longlist sebelum FGD, kemudian dipilih satu topik tertentu dalam longlist untuk di bahas. Pembahasan dipandu oleh seorang moderator dengan cara mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan topik yang akan dibahas. Setelah selesai dibahas satu topik dibahas, maka setiap peserta diminta untuk memberikan tanggapannya dengan cara mengisi daftar dalam longlist yang telah diberi kriteria sangat penting 1, penting 2, cukup penting 3, kurang penting 4 dan tidak penting 5. Hasil penilaian dilakukan dengan mengisi nilai sesuai dengan pandangan peserta terhadap topik yang sedang dibahas tersebut Tabel 15. Indikator ekonomi tingkat nasional sebelum FGD diperoleh urutan prioritas sebagai berikut fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah, laju inflasi tahunan dan biaya ekspor. Indikator finansial urutannya adalah pengembangan investasi, ketersediaan kredit dan return on asset ROA. Indikator sosial terdiri dari ketersediaan transportasi, ketersediaan infrastruktur jalan, ketersediaan listrik dan air. Indikator ekologi terdiri dari potensi sumberdaya ikan, adanya monitoring yang efektif, dan pengelolaan limbah dari proses produksi. Indikator pemerintah terdiri dari komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, efektivitas penerapan hukum serta kebijakan dan rencana pemerintah. Setelah dilakukan FGD, diperoleh indikator ekonomi tingkat nasional sebagai berikut: fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah, biaya ekspor dan laju inflasi tahunan. Indikator finansial terdiri dari tingkat pengarahan kredit, profit per tenaga kerja, ketersediaan kredit dan tingkat subsudi target. Indikator sosial terdiri dari ketersediaan listrik, ketersediaan air untuk industri dan kelancaran komunikasi. Indikator ekologi terdiri dari total allowable catch TAC, pengelolaan limbah 71 dari proses produksi dan potensi sumberdaya ikan. Indikator pemerintah terdiri dari komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, efektivitas penerapan hukum, kebijakan dan rencana pemerintah serta keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas. Pada Tabel 15, urutan prioritas berdasarkan penilaian prioritas kinerja, diketahui bahwa sebelum dilakukan FGD perubahan nilai tukar rupiah berada pada urutan prioritas pertama dengan nilai kinerja sebesar 4,25 atau mempunyai prioritas sebesar 85, setelah dilakukan FGD meningkat menjadi 4,70 atau prioritasnya sebesar 94 untuk indikator ekonomi. Pada indikator finansial, pengembangan investasi mempunyai prioritas sebesar 87,6, akan tetapi setelah dilakukan FGD, prioritas indikator tingkat pengarahan kredit mencapai nilai prioritas sebesar 92,2. Pada indikator ekologi potensi sumberdaya mempunyai nilai prioritas kinerja sebesar 4,53 atau prioritasnya sebesar 90,6, akan tetapi setelah dilakukan FGD prioritas total allowable catch TAC dengan nilai skor kinerja sebesar 5 dengan kata lain seluruh peserta sepakat bahwa elemen inilah yang diperlukan sebagai indikator ekologi ditinjau dari sisi penangkapan tuna. Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan menjadi indikator kinerja utama untuk kinerja pemerintah, sesuai dengan pilihan stakeholder, baik sebelum nilai prioritas 4,62 maupun sesudah FGD nilai prioritas 5,00. Indikator sosial sebelum dilakukan FGD dititik beratkan pada sarana transportasi dengan nilai prioritas sebesar 4,05, akan tetapi setelah dilakukan FGD elemen indikatornya bergeser menjadi ketersediaan listrik dengan skor prioritas sebesar 5 atau menjadi indikator yang paling penting, dengan pemikiran bahwa listrik menjadi sarana utama pendukung keberhasilan usaha industri perikanan terpadu terutama untuk tujuan pengolahan ikan tuna. Uji t Lampiran 5 menunjukkan bahwa pada indikator ekonomi, ekologi dan finansial tidak terdapat perbedaan pilihan yang diberikan oleh stakeholder, sedangkan indikator sosial P 0,05 dan pemerintah P 0,01 terdapat perbedaan pilihan disaat sebelum dan sesudah pelaksanaan FGD. Dengan kata lain terjadi perubahan pilihan prioritas yang diberikan oleh stakeholder setelah dilakukan FGD. Perbedaan pilihan ini menunjukkan bahwa prioritas dari elemen indikator sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan FGD. 72 Tabel 15 Indikator kinerja tingkat nasional sebelum dan sesudah FGD Indikator Tingkat Nasional Sebelum FGD Sesudah FGD n SIT Pk Urutan n SIT Pk Urutan Indikator Ekonomi Laju inflasi tahunan 20 83 4,15 2 19 83 4,37 3 Fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah 20 85 4,25 1 20 94 4,70 1 Cash ratio 16 55 3,44 5 15 47 3,13 5 Transaksi informal perjanjian bisnis 14 45 3,21 6 9 25 2,78 6 Biaya Ekspor 20 81 4,05 3 19 89 4,68 2 Pendapatan karyawan 21 83 3,95 4 12 47 3,92 4 Indikator Finansial Pengembangan Investasi 21 92 4,38 1 15 60 4,00 5 Ketersediaan kredit 21 87 4,14 2 16 69 4,31 3 Tingkat pengarahan kredit 20 71 3,55 8 18 83 4,61 1 Tingkat subsidi target 18 65 3,61 7 16 69 4,31 3 ROI 18 68 3,78 5 17 71 4,18 4 ROE 16 62 3,88 4 13 49 3,77 6 ROA 16 63 3,94 3 13 52 4,00 5 Cash ratio 18 68 3,78 5 13 52 4,00 5 Profit per tenaga kerja 19 71 3,74 6 18 83 4,61 2 Indikator Sosial Ketersediaan transportasi 19 77 4,05 1 21 94 4,48 5 Ketersediaan listrik 19 74 3,89 3 16 80 5,00 1 Ketersedaiaan infrastruktur jalan 18 71 3,94 2 18 83 4,61 4 Ketersediaan air untuk industri 19 74 3,89 3 14 70 5,00 2 Kelancaran komunikasi 19 72 3,79 4 15 75 5,00 3 Indikator Ekologi Potensi sumberdaya 19 86 4,53 1 13 58 4,46 3 Total Allowable Catch TAC 20 76 3,80 6 18 90 5,00 1 Adanya environmental assessment 18 70 3,89 5 16 55 3,44 6 Adanya monitoring lingkungan yang efektif 19 80 4,21 2 Adanya database lingkungan yang komprehensif 20 74 3,70 7 17 74 4,35 4 Derajat kekuatan aturan lingkungan utk aktivitas penangkapan 18 73 4,06 4 16 67 4,19 5 Pengelolaan limbah dari proses produksi 16 66 4,13 3 15 75 5,00 2 Indikator Pemerintah Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan 21 97 4,62 1 20 100 5,00 1 Alokasi perizinan 21 85 4,05 4 17 77 4,53 4 Hukum dan hak kepemilikan 20 80 4,00 5 14 61 4,36 5 Stabilitas lembaga politik 16 57 3,56 8 16 68 4,25 6 Keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan 21 81 3,86 6 16 75 4,69 3 Efektifitas penerapan hukum 19 86 4,53 2 17 83 4,88 2 Kebijakan dan rencana pemerintah 21 88 4,19 3 16 75 4,69 3 Harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah 18 67 3,72 7 18 75 4,17 7 Keterangan: n= jumlah responden yang memberikan penilaian; SIT = skor indikator total; PK = prioritas kinerja 73 Untuk mendapatkan hirarki urutan prioritas dari elemen dalam indikator tingkat nasional perikanan tuna terpadu, maka dilakukan analisis AHP, baik sebelum maupun setelah FGD. Sebelum dilaksanakan FGD diperoleh 12 prioritas indikator kinerja seperti ditunjukkan dalam Gambar 15. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 ROE ROA ROI Prof it per tenaga kerja Kelancaran komunikasi Cash ratio Ketersediaan listrik Ketersediaan air untuk industri Total allowable catch TAC Ketersediaan transportasi Adanya monitoring lingkungan yang ef ektif Potensi sumberdaya Gambar 15 Prioritas indikator tingkat nasional perikanan tuna terpadu. tanda menunjukkan indikator yang dihilangkan setelah dilakukan FGD Setelah dilakukan FGD, diperoleh 10 prioritas indikator kinerja kunci Gambar 16. 0,1 0,2 0,3 0,4 Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan ROA Potensi sumberdaya Ketersediaan air untuk industri ROI Kelancaran komunikasi Ketersediaan listrik Profit per tenaga kerja Total allowable catch TAC Ketersediaan transportasi Gambar 16 Indikator kinerja kunci tingkat nasional setelah dilakukan FGD 74 Elemen yang disepakati untuk dihilangkan setelah dilakukan FGD, karena dianggap bukan menjadi indikator perikanan terpadu adalah adanya monitoring lingkungan yang efektif. Gambar 17 Diagram layang-layang prioritas indikator kinerja kunci tingkat nasional Berdasarkan penilaian pakar dan stakeholder, diperoleh tingkatan prioritas dari lima indikator perikanan tuna tingkat nasional. Tingkatan prioritas ini digambarkan dalam bentuk diagram layang-layang seperti pada Gambar 17. Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan bahwa prioritas indikator kinerja kunci perikanan tangkap terpadu tingkat nasional adalah indikator sosial skor prioritas = 4,82, indikator pemerintah skor prioritas = 4,57 dan indikator ekologi skor prioritas 4,41. Dengan skala prioritas tertinggi adalah 5, maka indikator sosial mempunyai prioritas sebesar 96,4 untuk tingkat nasional, indikator pemerintah sebesar 91,4 dan indikator ekologi sebesar 88,2. Terdapat lima elemen dalam indikator sosial di tingkat nasional, yaitu kelancaran komunikasi, ketersediaan air untuk industri, infrastruktur jalan, listrik dan transportasi. Berdasarkan analisis prioritas, diperoleh hanya tiga elemen yang sangat mendukung indikator sosial yang terdiri dari ketersediaan komunikasi dengan skor prioritas 5, air dan listrik Gambar 18. Dengan demikian elemen ini adalah bagian yang vital dalam kinerja perikanan tangkap. 75 Gambar 18 Skor prioritas elemen indikator sosial tingkat nasional Indikator pemerintah diprioritaskan pada komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan yang ada skor prioritas 5, efektivitas penerapan hukum skor prioritas = 4,88, kebijakan dan rencana pemerintah skor prioritas = 4,68 serta keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas kelembagaan yang ada skor prioritas = 4,68 Gambar 19. Gambar 19 Skor prioritas elemen indikator pemerintah tingkat nasional Indikator ekologi terdapat tiga elemen utama, yaitu total allowable catch TAC dengan skor prioritas sebesar 5, pengelolaan limbah dari proses produksi dengan skor prioritas 5 dan potensi sumberdaya perikanan tuna dengan skor prioritas 4,46 Gambar 20.. 76 Gambar 20 Skor prioritas elemen indikator ekologi tingkat nasional Berdasarkan hirarki prioritas, diperoleh tujuh elemen indikator penting dalam penilaian kinerja perikanan tuna terpadu tingkat nasional, yaitu ketersediaan listrik, ketersediaan air dan kelancaran komunikasi, pengelolaan limbah dari proses produksi, total allowable catch TAC, efektivitas penerapan hukum dan komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan Gambar 21. Gambar 21 Kontribusi elemen indikator yang penting dalam penilaian kinerja tingkat nasional 77 Kontribusi ketersediaan listrik sebesar sebesar 35, ketersediaan air 27,5 dan kelancaran komunikasi sebesar 35 pada indikator sosial. Efektivitas penerapan hukum memberi kontribusi sebesar 35 dan komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan sebesar 30 pada indikator pemerintah. Pengelolaan limbah dari proses produksi memberi kontribusi pada indikator ekologi sebesar 35 dan total allowable catch sebesar 30. Selain tujuh elemen prioritas penting, terdapat lima elemen pendukung dalam penilaian kinerja tingkat nasional, yaitu kebijakan dan rencana pemerintah, keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan, potensi perikanan, dan ketersediaan infrastruktur jalan Gambar 22 . Elemen pendukung ini berperan sebagai pelengkap dari elemen utama. Indikator pemerintah terdiri dari kebijakan dan rencana pemerintah 35, keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan 30 dan alokasi perizinan 30 yang mempunyai nilai kontribusi total 35 dari kontribusi elemen utama. Indikator sosial didukung dengan ketersediaan infrastruktur jalan 30 dari 2,5 elemen utama. Indikator ekologi didukung dengan potensi sumberdaya perikanan 30 dari 35 elemen utama. Gambar 22 Elemen indikator pendukung dalam penilaian kinerja tingkat nasional 78 Berdasarkan hasil yang diuraikan, maka dapat disusun shortlisted untuk indikator kinerja kunci tingkat nasional dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Tabel 16 Shortlisted penilaian indikator tingkat nasional Elemen indikator tingkat nasional Skor Kriteria Baik Buruk Kelancaran komunikasi Ketersediaan air Ketersediaan listrik Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan Efektivitas penerapan hukum Kebijakan dan rencana pemerintah Keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas kelembagaan Total allowable catch TAC Pengelolaan limbah dari proses produksi Potensi sumberdaya perikanan tuna Ketersediaan infrastruktur jalan 0 - 1 0 - 1 0 - 1 1 - 5 1 - 3 0 - 1 0 - 1 0 - 3 0 - 1 1 - 3 0 - 1 1 1 1 5 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 diadopsi dari FAO 2001 Shortlisted dalam Tabel 16 merupakan urutan prioritas yang dihasilkan dari hasil pilihan stakeholder baik sebelum dilakukan FGD maupun setelah dilakukan FGD, yang mana ke 12 elemen ini adalah dasar umum yang digunakan dalam menilai kinerja tingkat nasional atau kinerja pemerintah pusat maupun lokal. Skor penilaian didasarkan atas kriteria yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan kriteria yang ditetapkan. Dalam penilaian indikator kinerja tingkat nasional, didasarkan atas skoring yang ditetapkan, kemudian dinyatakan dalam nilai kisaran untuk penentuan keputusan, apakah kinerja tingkat nasional baik, sedang atau kurang. Skor yang berkisar antara 0 dan 1 dikenakan pada aspek yang membutuhkan jawaban ya dan tidak; sedangkan skoring yang mempunyai kisaran 1 hingga 5 terdiri dari aspek sebagai berikut: buruk 1; kurang 2; cukup 3; baik 4 dan sangat baik 5. Skoring dengan kisaran 0 hingga 3 membutuhkan aspek penilaian yang terdiri dari melampaui 0; sama dengan 1 mendekati 2 dan berada jauh 3, sedangkan penilaian dengan kisaran 1 hingga 3 membutuhkan unsur jawaban tidak 1, cukup 2 dan baik 3. 79

5.1.2 Indikator kinerja kunci perikanan tuna di tingkat sektor perikanan