Kesimpulan Pengembangan Indikator Kinerja Kunci (IKK) perikanan tuna terpadu di Sulawesi Utara

120 6 KESIMPULAN DAN SARAN Perikanan tuna terpadu di Sulawesi Utara telah ditelaah indikator-indikator kinerja kuncinya di tingkat nasional, sektor perikanan dan perusahaan. Hasil-hasil penelaahan sesuai metode yang diterapkan, selanjutnya disimpulkan dan diakhiri dengan saran sebagai berikut.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, kesimpulan yang disampaikan adalah sebagai berikut: 1 Indikator kinerja kunci tingkat nasional terdiri dari kelancaran komunikasi, ketersediaan air, ketersediaan listrik, komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, efektivitas penerapan hukum, kebijakan dan rencana pemerintah, keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas kelembagaan, total allowable catch TAC, pengelolaan limbah dari proses produksi, potensi sumberdaya perikanan tuna, ketersediaan infrastruktur jalan. Indikator kinerja tingkat sektor perikanan terdiri dari tingkat pendidikan, pendapatan, produktivitas per kapal, produksi, nilai produksi, nilai ekspor, trend investasi, jumlah tenaga kerja, risiko kecelakaan, jarak daerah penangkapan, laju eksploitasi, komposisi tangkapan, dan budaya bahari. Indikator tingkat perusahaan terdiri dari Sistem program appraisal, penggunaan hasil-hasil penelitian, pelatihan ABK, penggunaan teknologi, pendapatan karyawan, tingkat kesejahteraan karyawan, Internal Rate of Return IRR, pengembangan investasi, persepsi terhadap hasil produksi dan kepuasan terhadap hasil produksi. 2 Indikator kinerja perikanan tuna terpadu yang sesuai di Sulawesi Utara ditentukan melalui tiga pilar yaitu indikator kinerja pemerintah, finansial dan ekologi. Pilar pemerintah dan pilar finansial tergambar melalui tingkat kesejahteraan karyawan dan pendapatan. Pilar ekologi dan pemerintah tergambar melalui tingkat pendidikan dan sistem program appraisal. Pilar 121 ekologi dan finansial tergambar dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan perikanan tuna dan risiko kecelakaan. 3 Standar evaluasi pembangunan perikanan tuna yang berkelanjutan berdasarkan IKK mencakup investasi dengan input tidak terkontrol. Input tidak terkontrol adalah potensi tuna di wilayah pengelolaan perikanan WPP 715 dan WPP 716 yang masing-masing sebesar 102.820 ton per tahun dan 227.669 ton per tahun. Input terkontrol terdiri dari peningkatan pendidikan, pelatihan ABK, penggunaan teknologihasil-hasil penelitian dengan pendapatan karyawan yang lebih besar dari upah minimum regional UMR yang ditetapkan oleh pemerintah. Melalui proses produksi yang ditunjang dengan kebijakan, rencana, komitmen pemerintah dan efektivitas penerapan hukum serta ketersediaan infrasrtuktur yang memadai. Akan dapat tercapai output , yaitu produksi dan ekspor pendapatan dan kesejahteraan karyawan.

6.2 Saran