58
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0°15‘ – 5°34‘ Lintang Utara dan antara 123°07‘ – 127°10‘ Bujur Timur, yang berbatasan
dengan Laut Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik disebelah utara serta Laut Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing
adalah Teluk Tomini dan Propinsi Gorontalo. Luas Wilayah Sulawesi Utara tercatat 15.273,60 km
2
yang meliputi sembilan kabupaten dan empat kota. Bolaang Mongondow merupakan kabupaten terluas dengan luas wilayah 6.230,95
km2 atau 40,79 persen dari wilayah Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara terdapat 41 gunung yang terletak pada beberapa kabupatenkota. Sedangkan jumlah danau
tercatat ada sebanyak 17 danau dan jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 sungai. Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi
Sam Ratulangi, rata-rata temperatur di Kota Manado dan sekitarnya sepanjang tahun 2007 adalah sekitar 26,2
C BPS SULUT 2009.
4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara
4.2.1 Produksi perikanan
Ikan merupakan produksi perikanan laut terbesar di provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar komoditas utama 187.561.4. ton. Beberapa komoditas utama
di provinsi SULUT selain ikan yaitu Krustasea sebesar 604.4 ton, Moluska sebesar 1.332.6 ton, Jelly fish sebesar 40.1 ton dan rumput laut 4,241.4 ton
ditahun 2007. Produksi perikanan tersebut selain di jual di dalam negeri sebagian di ekspor untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Produksi perikanan di
Sulawesi Utara tahun 2007 berdasarkan data yang dikemukanan oleh BPS SULUT 2008 disajikan per KabupatenKota dalam Tabel 10.
59
Gambar 14 Peta Sulawesi Utara Sumber: BAPPEDA, 2008
60
Tabel 10 Banyaknya produksi perikanan laut ton di Sulawesi Utara tahun 2007
Kabupaten Kota
Ikan Krustasea Moluska
Jelly Fish
Rumput Laut
Jumlah
BolMong 10,782.2
38.9 20.8
- 29.1
10,871.0 Minahasa
6,123.7 31.8
14.7 27.6
16.0 6,213.8
Kep. Sangihe 7,926.9 18.0
14.9 -
0.6 7,960.4
Kep. Talaud 6,193.8
176.1 6.1
- -
6,376.0 MinSel
7,198.8 47.4
- -
56.6 7,302.8
MinUt 7,244.9
6.6 3.3
1.1 4,139.1
11,395.0 Bolmut
Kep. Sitaro Mitra
Manado 4,924.4
21.2 640.5
1.0 -
5,587.1 Bitung
131,056.0 311.4
521.7 -
- 131,889.1
Tomohon -
- -
- -
- Kotamobagu
Total 181,450.7
604.0 1,269.4
29.7 4,241.4
187,595.2 2006
187.561.4 601.4 1.332.6
40.1 6.369
195.904,5 Sumber; BPS SULUT 2008
Ket. data masih tergabung dengan Kabupaten induk
4.2.2 Jumlah rumah tangga perikanan di Sulawesi Utara
Jumlah perusahaan dan rumah tangga perikanan tahun 2008, disajikan dalam Tabel 11, menunjukan Kab. Sangihe mempunyai jumlah rumah tangga dan
perusahaan perikanan laut terbesar yaitu 6.499 unit terdiri dari jenis perahu tanpa motor 4.901 unit, perahu kapal motor 1.408 unit dan kapal motor 190 unit. Diikuti
oleh Kab. Bolaang Mongondow 6.039 unit terdiri dari 3.657 perahu tanpa motor, perahu kapal motor 2.340 unit dan kapal motor 10 unit sedangkan tanpa perahu
32. Kota Bitung sendiri sebagai pusat industri perikanan di Sulawesi Utara, memiliki 1.916 unit terdiri dari 1.288 perahu tanpa motor, perahu kapal motor
590 unit dan kapal motor 38 unit.
61
Tabel 11 Jumlah rumah tangga dan perusahaan perikanan laut di Sulawesi Utara, tahun 2007
Kabupaten Kota
Perahu Tanpa
Motor Perahu
Motor Kapal
Motor Tanpa
Perahu Jumlah
Bol Mong 3.657
2.340 10
32 6.039
Minahasa 821
239 7
10 1.077
Kep.Sangihe 4.901
1.408 190
- 6.499
Kep.Talaud 694
825 20
- 1.539
Minsel 1.295
438 1
65 1.799
Minut 1.030
569 13
12 1.624
Bolmut Kep. Sitaro
Mitra Manado
1.296 539
8 -
1.843 Bitung
1.288 590
38 -
1.916 Tomohon
- -
- -
- Kotamobagu
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Utara 2008 Ket: data masih tergabung dengan kabupaten induk
Wilayah perairan di Provinsi Sulawesi Utara sangat potensial dengan sumberdaya ikan pelagis seperti ikan tuna, layang, cakalang, tongkol dan ikan teri.
Namun penangkapan ikan tersebut belum optimal, hal ini mungkin disebabkan antara lain; penggunaan armada penangkapan yang masih sederhana, teknologi
yang rendah, kurangnya modal, akibatnya kapasitas tangkapan kurang dan produktivitas nelayan rendah.
Perkembangan armada penangkapan di provinsi Sulawesi Utara masih di domonasi oleh perahu tanpa motor yang jumlahnya mencapai 16.254 unit,
sedangkan kapal motor berjumlah 6.400 unit yang terdiri dari berbagai ukuran GT, yaitu 5 GT dan 5-10 GT. Kapal motor dengan ukuran 5-10 GT atau
diatasnya berjumlah 638 unit Tabel 12
62
Tabel 12 Jumlah perahukapal penangkap ikan di Sulawesi Utara tahun 2007 KabupatenKota
Perahu Tanpa
Motor Perahu
Kapal Motor
Kapal Motor
Jumlah
Bolaang Mongondow 3,799
20 2,485
6,304 Minahasa
687 371
22 1,080
Kepulauan Sangihe 5,018
1,423 278
6,719 Kepulauan Talaud
753 845
27 1,625
Minahasa Selatan 1,352
368 2
1,722 Minahasa Utara
1,052 630
21 1,703
Bolaang Mongondow Utara Kepulauan Sitaro
Minahasa Tenggara Manado
1,472 622
14 2,108
Bitung 1,472
627 275
2,374 Tomohon
- -
- -
Kotamobagu Tahun 2006
16.254 6.400
638 23.292
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Utara 2008 Ket: data masih tergabung dengan Kabupaten induk
Jenis alat tangkap yang dominan di gunakan digunakan serta sumberdaya ikan yang ditangkap di Provinsi Sulawesi Utara yaitu, pukat cincin purse seine,
huhate pole and line, pancing ulur handline, jaring insang hanyut drift gill nets
, jaring insang tetap set gillnets, rawai tuna long line dan bagan lift net Tabel 13.
Tabel 13 Jenis alat tangkap dan sumberdaya ikan di Provinsi Sulawesi Utara Alat Tangkap
Jenis Ikan Tangkapan Utama 1. Pukat cincin purse seine
2. Huhate pole and line 3. Pancing ulur handline
4. Jaring insang hanyut drift gillnets 5. Jaring insang tetap set gillnets
6. Rawai tuna long line 7. Bagan lift net
Ikan Pelagis Cakalang
Tuna, cakalang, layang Jenis ikan demersal
Cakalang, tuna layang dan lain Tuna
Teri Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Utara 2007
63
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem berbasis indikator menjadi bermanfaat dalam menunjang sistem pendukung pengelolaan konvensional, serta juga menjanjikan cara pemantauan
dan pengelolaan sektor perikanan atau sektor secara keseluruhan, menjamin satu alternatif pendekatan bagi perikanan demi perikanan. Indikator kinerja menjadi
hal yang sangat penting bila diketahui dengan jelas batas yuridiksi nasional dan tingkat subnasional yaitu tingkat sektor perikanan dan tingkat perusahaan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyajikan komponen perikanan yang saling berkaitan atau sektor perikanan dalam sistem acuan pembangunan
berkelanjutan. Komponen kritisnya adalah ekosistem, ekonomi, sosial dan pemerintahan. Ekosistem terdiri dari sumberdaya perikanan yang mendukung
perikanan serta aspek lain ekosistem yang mengontrol produktivitas sumberdaya, termasuk asosiasi spesies dan ketergantungannya. Dengan demikian ekonomi
menggambarkan hasil dari pemanfaatan ekosistem yang dinyatakan dalam bentuk keuntungan dan ongkos. Keuntungan dan ongkos dialami oleh konsumer,
produser dan masyarakat secara luas. Juga termasuk equity jangka pendek dan panjang. Komponen sistem masyarakat terdiri dari biaya non-moneter dan
keuntungan yang merupakan elemen penting kesejahteraan manusia. Pemerintah terdiri dari institusi serta aturan yang membangun sistem. Indikator harus
menggambarkan kinerja sistem di tiap komponen-komponen ini. Secara ideal, indikator harus menggambarkan perubahan yang ada; berdasarkan pada
ketersediaan informasi sains yang terbaik; mudah dikembangkan dengan biaya yang efektif dan mudah dimengerti oleh pelaku perikanan.
Produksi tuna di Sulawesi Utara selang tahun 2004 hingga 2008 menunjukan peningkatan yang cukup baik Gambar 11. Bila dibandingkan
dengan tangkapan tuna nasional di tahun yang sama Gambar 12, maka kontribusi tangkapan tuna yang didaratkan di Bitung sebesar 82,5 dari seluruh
tangkapan nasional. Di sisi lain dari data BPS tahun 2008, ternyata dinamisasi perusahaan perikanan di Bitung yang bergerak di bidang penangkapan menurun
sebesar 66,9 dari tahun 2000 sebanyak 143 perusahaan menjadi 33 perusahaan di tahun 2007. Hal ini membuktikan bahwa dibutuhkan suatu formulasi IKK
sebagai standar evaluasi pembangunan perikanan tuna terpadu di Sulawesi Utara.
64
5.1 Indikator Kinerja Kunci IKK Perikanan Tuna
5.1.1 IKK perikanan tuna di tingkat nasional
Longlist yang diberikan kepada stakeholder perikanan tangkap terpadu
yang terdiri dari akademisi, praktisi dan birokrat, diperoleh prioritas dari masing- masing indikator berdasarkan penilaian individu sebelum dilakukan FGD, dimana
peserta diberikan longlist bersamaan dengan undangan untuk menghadiri FGD, sehingga penilaian individu benar-benar dilakukan sesuai dengan keinginannya
dalam menilai prioritas kinerja. Tabel 14
Longlist indikator perikanan tuna tingkat nasional
Indikator Tingkat Nasional 1
Ekonomi
Laju inflasi tahunan Fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah
Cash ratio Transaksi informal perjanjian bisnis
Biaya Ekspor Pendapatan karyawan
2 Sosial
Ketersediaan transportasi Ketersediaan listrik
Ketersedaiaan infrastruktur jalan Ketersediaan air untuk industri
Kelancaran komunikasi
3 Ekologi
Potensi sumberdaya Total allowable catch TAC
Adanya environmental assessment Adanya monitoring lingkungan yang efektif
Adanya database lingkungan yang komprehensif Derajat kekuatan aturan lingkungan untuk aktivitas penangkapan
Pengelolaan limbah dari proses produksi
4 Pemerintah
Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan Alokasi perizinan
Hukum dan hak kepemilikan Stabilitas lembaga politik
Keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan Efektifitas penerapan hukum
Kebijakan dan Rencana Pemerintah Harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah
5 Finansial
Pengembangan Investasi Ketersediaan kredit
Tingkat pengarahan kredit Tingkat subsidi target
ROI ROE
ROA Cash ratio
Profit per tenaga kerja Sumber: Hasil kajian pustaka
65
Indikator tingkat nasional adalah indikator yang mungkin muncul sehubungan dengan kebijakan-kebijakan nasional yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat dalam pengelolaan perikanan. Indikator tingkat nasional ini memberikan perbandingan makroekonomi dan variabel sektor serta variabel lain
yang mempengaruhi kinerja industri dan usaha perikanan melalui hubungan lintas sektor. Analisis indikator acuan yang dipilih memberikan akses makroekonomi
dan lingkungan bisnis dalam mengevaluasi hambatan-hambatan pada upaya- upaya pengimplementasian usaha perikanan tuna. Indikator ini dapat diterapkan
pada semua sektor dan secara teratur harus diperbaharui dan disiapkan oleh ahli- ahli yang berkompeten.
Longlist indikator ekonomi tingkat nasional terdiri dari laju inflasi
tahunan, fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah, cash ratio, transaksi informal perjanjian bisnis, biaya ekspor, dan pendapatan karyawan.
Laju inflasi tahunan adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus kontinu dalam satu tahun. Inflasi dapat digolongkan
menjadi tiga golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10 setahun; inflasi
sedang antara 10 —30 setahun; berat antara 30—100 setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100 setahun.
Perubahan atau fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Berdasarkan teori mata uang
negara disebutkan bahwa asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang.
Perdagangan internasional melibatkan berbagai mata uang nasional yang berbeda yang dihubungkan dengan harga relatif yang disebut kurs valuta asing. Negara-
negara mengatur atau meregulasikan perdagangan internasionalnya melalui kebijakan-kebijakan khusus di bidang perdagangan serta pengendalian sistem kurs
yang menjadi dasar perhitungan harga berbagai barang dan jasa dari luar negeri. Penurunan harga mata uang yang berlaku di pasar disebut depresiasi, sedangkan
kenaikan nilai mata uang disebut apresiasi. Apabila penurunan mata uang tersebut
66
dilakukan oleh pemerintah dengan sengaja, dan diumumkan secara resmi disebut sebagai devaluasi, sedangkan kenaikannya disebut revaluasi.
Cash ratio adalah perbandingan antara jumlah kas yang dimiliki oleh
perusahaan dan jumlah kewajiban yang segera dapat ditagih. Rasio ini digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan
perorangan atau perusahaan untuk mengkonversikan aktiva menjadi uang tunai atau ekuivalen tunai tanpa kerugian yang berarti. Selain itu likuiditas dapat juga
merupakan kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat. Sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila
mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.
Transaksi informal bisnis adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan hak dan kewajiban, seperti jual
– beli dan sewa – menyewa yang dilakukan secara informal. Operasi penangkapan ikan tuna bersifat hunting,
sehingga diperlukan modal yang tidak sedikit, terutama untuk kebutuhan bahan bakar yang harganya meningkat tajam. Untuk itu perlu kerjasama operasional
penangkapan agar lebih efektif dan efisien. Dalam pengaturan kerjasama tersebut, dibutuhkan perjanjian dua belah pihak yang diikat dengan hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Biaya ekspor adalah biaya-biaya yang dikenakan pada barang dan jasa
yang dijual ke negara lain. Biaya ekspor terdiri dari Cost Insurance Freight CIF dan Free on Board FOB. CIF merupakan bagian dari sebuah kontrak dagang
yang mewajibkan eksportir membayar bukan hanya biaya dalam mempersiapkan barang itu untuk diangkut, tetapi juga biaya pengangkutannya dan
mengasuransikannya selama dalam perjalanan. Sedangkan untuk FOB atau bebas atas kapal berarti bahwa sang eksportir mengusahakan pengiriman barang itu ke
gudang sang pembeli dengan harga tersebut. Pendapatan karyawan adalah upah yang dibayarkan secara berkala,
misalnya mingguan, bulanan atau tahunan kepada pekerja. Pendapatan karyawan terdiri dari gaji pokok yang merupakan dasar penghasilan karyawan yang menjadi
patokan untuk menghitung komponen lainnya, seperti tunjangan keluarga,
67
tunjangan kemahiran, insentif. Kadang juga ada uang makan, uang overtime lembur dan asuransi kecelakaan kerja.
Longlist indikator sosial terdiri dari ketersediaan transportasi, listrik,
infrastruktur jalan, air untuk industri dan kelancaran komunikasi yang merupakan nilai layanan publik dari pemerintah dimana secara terus-menerus harus berupaya
untuk memperkuat nilai kepentingan serta etika yaitu nilai demokrasi dan profesional di masyarakat. Saat ini pasokan listrik yang tidak mencukupi menjadi
kendala industri perikanan khususnya pengolahan perikanan. Pembangunan industri perikanan yang mengadopsi sistem mata rantai dingin atau cold chain
system terhambat keterbatasan penyediaan listrik. Kondisi ini banyak terjadi di
luar jawa. Akibatnya pengusaha terpaksa menggunakan genset. Cold chain system pada intinya merupakan proses pengawetan ikan dengan cara pendinginan, mulai
dari penanganan, pengolahan hingga distribusi hasil. Untuk transportasi, infrastruktur jalan dan komunikasi sampai saat ini untuk daerah di luar jawa
belum optimal. Indikator ini jadi ukuran bagaimana kesiapan pemerintah pusat dan daerah dalam menyediakan sarana dan prasarana pengembangan industri guna
meningkatkan pendapatan nasional. Longlist
indikator ekologi terdiri dari potensi sumberdaya, total allowable catch
TAC, adanya environmental assessment, adanya monitoring lingkungan yang efektif, adanya database lingkungan yang komprehensif, derajat kekuatan
aturan lingkungan untuk aktivitas penangkapan dan pengelolaan limbah dari proses produksi.
Indikator ekologi ini bertujuan untuk mengeliminasi dan mencegah overfishing dan overcapitalization dengan mengakses status
sumberdaya ikan tuna, memajukan peramalan perikanan, mengelola pertumbuhan ekonomi dalam industri penangkapan dan yakin dan dengan sukarela untuk taat
pada aturan-aturan perikanan. Dengan demikian maka pemulihan stok ikan yang telah over exploitasi dapat mengeliminir overfishing, melindungi dan
memperbaiki habitat dan meningkatkan ekonomi perikanan dengan mengurangi overcapitalization
adalah elemen kunci dalam transisi menuju perikanan berkelanjutan. Aktivitas ini akan menghasilkan industri perikanan yang lebih
sehat dan kompetitif yang selanjutnya akan menjadi pengembangan ekonomi sosial dalam perikanan yang berbasis masyarakat.
68
Longlist indikator pemerintah terdiri atas komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, alokasi perizinan, hukum dan hak kepemilikan, stabilitas
lembaga politik, keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan, efektifitas penerapan hukum, kebijakan dan rencana pemerintah, harmonisasi
aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah. Regulasi pemerintah di perikanan antara lain pembatasan impor kapal guna membatasi pengembangan usaha tuna yang
beroperasi di high seas dan cek fisik kapal untuk membebani yang beroperasi di high seas.
Alokasi perizinan harus di tata kembali mengingat adanya ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan antar WPP. Di satu sisi
terdapat WPP yang tingkat pemanfaatannya diindikasikan overfishing, di sisi lain terdapat WPP yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Kestabilan politik harus
dijaga. Negara yang dalam keadaan chaos dan penerapan hukum yang tidak jelas akan menyebabkan para investor dan pengusaha tidak mau berusaha dan
menanamkan modalnya. Kepastian hukum dilakukan dengan segera melengkapi peraturan dan perundangan serta penegakan hukum yang merata ke semua lapisan
masyarakat. Harus adanya harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah. Hal ini penting karena banyak punggutan dalam industri perikanan menyebabkan
iklim investasi di sektor ini kurang kondusif dan menarik, namun di satu sisi realisasi investasi di sektor perikanan masih rendah.
Longlist indikator finansial terdiri dari: pengembangan investasi,
ketersediaan kredit, tingkat pengarahan kredit, tingkat subsidi target, ROI, ROE, ROA, cash ratio dan profit per tenaga kerja.
Investasi adalah proses pengelolaan uang. Investor atau pihak yang melakukan kegiatan investasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu investor
individual individual investors, terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi dan investor institusional institutional investors, terdiri dari
perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas investasi. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa investasi merupakan faktor yang sangat penting
dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kualitas kebijakan perekonomian yang mengatur
tingkat investasi, tingkat pengembalian sosial dari investasi dan penyerapan tenaga kerja dari sebuah investasi. Apabila investasi dilaksanakan secara efisien
69
dalam meningkatkan output maka investasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya apabila dilaksanakan secara tidak
efisien berakibat pada stagnasi ekonomi. Ketersediaan kredit adalah ketersediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Namun khusus untuk perikanan terdapat kendala pembiayaan, dimana dana yang
disediakan melalui APBN hanya sebesar 2,2 hingga 2,5. Hal ini dikarenakan usaha perikanan termasuk jenis usaha high risk karena sangat tergantung pada
alam, mekanisme dan struktur pasar yang belum tertata dengan baik, belum ada perusahaan penjamin khusus bidang perikanan dan kendala terakhir ada
perbedaan antara Peraturan Menteri Keuangan PMK dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. Menurut PMK, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
KKP-E kredit perikanan hanya untuk modal kerja tapi menurut DKP, KKP-E boleh untuk modal kerja maupun investai BRI 2009.
Tingkat subsidi target adalah bantuan keuangan yang diberikan pemerintah kepada pihak tertentu nelayan berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian
bantuan digunakan untuk kepentingan umum. Return on Equity ROE adalah salah satu metrik yang paling penting bagi investor, karena menunjukkan seberapa
besar value yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Return on investment
ROI adalah jumlah pendapatan dinyatakan dalam persen terhadap modal perusahaan, yaitu modal dibagi pendapatan sebelum pendapatan bunga,
pajak dan dividen yang bertujuan untuk menilai alternatif penggunaan modal terbaik atau untuk mengarahkan perhatian manajemen kepada pelaksanaan usaha
secara keseluruhan pengembangan investasi. Return on asset ROA adalah laba bersih dibagi total aktiva dan merupakan rasio utama untuk mengukur
kemampuan dan efisiensi aktiva dalam menghasilkan laba profitabilitas. Profit per tenaga kerja adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total
tenaga kerja pada perusahaan tersebut dalam setahun. Penilaian individu setelah FGD dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut: seorang moderator membantu kelompok partisipan dalam pembahasan.
70
Moderator mengajukan pertanyaan awal yang bersifat sangat umum kepada kelompok. Pertanyaan diarahkan hanya pada topik utama yang dibahas.
Moderator akan menghentikan pembahasan bila diskusi telah menjauh dari topik. Seorang pencatat isu kunci note-taker records key issues melakukan pencatatan
terhadap respons yang diberikan dari kelompok diskusi dengan mengamati dan mendokumentasikan setiap pesan non-verbal yang dapat muncul.
Penilaian terhadap topik yang sedang dibahas dilakukan setelah selesai didiskusikan tentang satu topik tertentu. Prosedur penilaian adalah sebagai
berikut: setiap peserta FGD diberikan longlist yang sama dengan longlist sebelum FGD, kemudian dipilih satu topik tertentu dalam longlist untuk di bahas.
Pembahasan dipandu oleh seorang moderator dengan cara mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan topik yang akan dibahas. Setelah selesai dibahas satu topik
dibahas, maka setiap peserta diminta untuk memberikan tanggapannya dengan cara mengisi daftar dalam longlist yang telah diberi kriteria sangat penting 1,
penting 2, cukup penting 3, kurang penting 4 dan tidak penting 5. Hasil penilaian dilakukan dengan mengisi nilai sesuai dengan pandangan peserta
terhadap topik yang sedang dibahas tersebut Tabel 15. Indikator ekonomi tingkat nasional sebelum FGD diperoleh urutan prioritas
sebagai berikut fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah, laju inflasi tahunan dan biaya ekspor. Indikator finansial urutannya adalah pengembangan investasi,
ketersediaan kredit dan return on asset ROA. Indikator sosial terdiri dari ketersediaan transportasi, ketersediaan infrastruktur jalan, ketersediaan listrik dan
air. Indikator ekologi terdiri dari potensi sumberdaya ikan, adanya monitoring yang efektif, dan pengelolaan limbah dari proses produksi. Indikator pemerintah
terdiri dari komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, efektivitas penerapan hukum serta kebijakan dan rencana pemerintah. Setelah dilakukan
FGD, diperoleh indikator ekonomi tingkat nasional sebagai berikut: fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah, biaya ekspor dan laju inflasi tahunan. Indikator
finansial terdiri dari tingkat pengarahan kredit, profit per tenaga kerja, ketersediaan kredit dan tingkat subsudi target. Indikator sosial terdiri dari
ketersediaan listrik, ketersediaan air untuk industri dan kelancaran komunikasi. Indikator ekologi terdiri dari total allowable catch TAC, pengelolaan limbah
71
dari proses produksi dan potensi sumberdaya ikan. Indikator pemerintah terdiri dari komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan, efektivitas penerapan
hukum, kebijakan dan rencana pemerintah serta keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas.
Pada Tabel 15, urutan prioritas berdasarkan penilaian prioritas kinerja, diketahui bahwa sebelum dilakukan FGD perubahan nilai tukar rupiah berada
pada urutan prioritas pertama dengan nilai kinerja sebesar 4,25 atau mempunyai prioritas sebesar 85, setelah dilakukan FGD meningkat menjadi 4,70 atau
prioritasnya sebesar 94 untuk indikator ekonomi. Pada indikator finansial, pengembangan investasi mempunyai prioritas sebesar 87,6, akan tetapi setelah
dilakukan FGD, prioritas indikator tingkat pengarahan kredit mencapai nilai prioritas sebesar 92,2. Pada indikator ekologi potensi sumberdaya mempunyai
nilai prioritas kinerja sebesar 4,53 atau prioritasnya sebesar 90,6, akan tetapi setelah dilakukan FGD prioritas total allowable catch TAC dengan nilai skor
kinerja sebesar 5 dengan kata lain seluruh peserta sepakat bahwa elemen inilah yang diperlukan sebagai indikator ekologi ditinjau dari sisi penangkapan tuna.
Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan menjadi indikator kinerja utama untuk kinerja pemerintah, sesuai dengan pilihan stakeholder, baik sebelum
nilai prioritas 4,62 maupun sesudah FGD nilai prioritas 5,00. Indikator sosial sebelum dilakukan FGD dititik beratkan pada sarana transportasi dengan nilai
prioritas sebesar 4,05, akan tetapi setelah dilakukan FGD elemen indikatornya bergeser menjadi ketersediaan listrik dengan skor prioritas sebesar 5 atau menjadi
indikator yang paling penting, dengan pemikiran bahwa listrik menjadi sarana utama pendukung keberhasilan usaha industri perikanan terpadu terutama untuk
tujuan pengolahan ikan tuna. Uji t Lampiran 5 menunjukkan bahwa pada indikator ekonomi, ekologi
dan finansial tidak terdapat perbedaan pilihan yang diberikan oleh stakeholder, sedangkan indikator sosial P 0,05 dan pemerintah P 0,01 terdapat
perbedaan pilihan disaat sebelum dan sesudah pelaksanaan FGD. Dengan kata lain terjadi perubahan pilihan prioritas yang diberikan oleh stakeholder setelah
dilakukan FGD. Perbedaan pilihan ini menunjukkan bahwa prioritas dari elemen indikator sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan FGD.
72
Tabel 15
Indikator kinerja tingkat nasional sebelum dan sesudah FGD
Indikator Tingkat Nasional Sebelum FGD
Sesudah FGD n
SIT Pk
Urutan
n SIT
Pk
Urutan
Indikator Ekonomi
Laju inflasi tahunan 20
83 4,15
2 19
83 4,37
3 Fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah
20 85
4,25 1
20 94
4,70 1
Cash ratio 16
55 3,44
5 15
47 3,13
5 Transaksi informal perjanjian bisnis
14 45
3,21 6
9 25
2,78 6
Biaya Ekspor 20
81 4,05
3 19
89 4,68
2 Pendapatan karyawan
21 83
3,95 4
12 47
3,92 4
Indikator Finansial
Pengembangan Investasi 21
92 4,38
1 15
60 4,00
5 Ketersediaan kredit
21 87
4,14 2
16 69
4,31 3
Tingkat pengarahan kredit 20
71 3,55
8 18
83 4,61
1 Tingkat subsidi target
18 65
3,61 7
16 69
4,31 3
ROI 18
68 3,78
5 17
71 4,18
4 ROE
16 62
3,88 4
13 49
3,77 6
ROA 16
63 3,94
3 13
52 4,00
5 Cash ratio
18 68
3,78 5
13 52
4,00 5
Profit per tenaga kerja 19
71 3,74
6 18
83 4,61
2
Indikator Sosial
Ketersediaan transportasi 19
77 4,05
1 21
94 4,48
5 Ketersediaan listrik
19 74
3,89 3
16 80
5,00 1
Ketersedaiaan infrastruktur jalan 18
71 3,94
2 18
83 4,61
4 Ketersediaan air untuk industri
19 74
3,89 3
14 70
5,00 2
Kelancaran komunikasi 19
72 3,79
4 15
75 5,00
3
Indikator Ekologi
Potensi sumberdaya 19
86 4,53
1 13
58 4,46
3 Total Allowable Catch
TAC 20
76 3,80
6 18
90 5,00
1 Adanya environmental assessment
18 70
3,89 5
16 55
3,44 6
Adanya monitoring lingkungan yang efektif 19
80 4,21
2 Adanya database lingkungan yang komprehensif
20 74
3,70 7
17 74
4,35 4
Derajat kekuatan aturan lingkungan utk aktivitas penangkapan
18 73
4,06 4
16 67
4,19 5
Pengelolaan limbah dari proses produksi 16
66 4,13
3 15
75 5,00
2
Indikator Pemerintah
Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan 21
97 4,62
1 20
100 5,00
1 Alokasi perizinan
21 85
4,05 4
17 77
4,53 4
Hukum dan hak kepemilikan 20
80 4,00
5 14
61 4,36
5 Stabilitas lembaga politik
16 57
3,56 8
16 68
4,25 6
Keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan 21
81 3,86
6 16
75 4,69
3 Efektifitas penerapan hukum
19 86
4,53 2
17 83
4,88 2
Kebijakan dan rencana pemerintah 21
88 4,19
3 16
75 4,69
3 Harmonisasi aturan pungutanretribusi Pusat-Daerah
18 67
3,72 7
18 75
4,17 7
Keterangan: n= jumlah responden yang memberikan penilaian; SIT = skor indikator total; PK = prioritas kinerja
73
Untuk mendapatkan hirarki urutan prioritas dari elemen dalam indikator tingkat nasional perikanan tuna terpadu, maka dilakukan analisis AHP, baik
sebelum maupun setelah FGD. Sebelum dilaksanakan FGD diperoleh 12 prioritas indikator kinerja seperti ditunjukkan dalam Gambar 15.
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
ROE ROA
ROI Prof it per tenaga kerja
Kelancaran komunikasi Cash ratio
Ketersediaan listrik Ketersediaan air untuk industri
Total allowable catch TAC Ketersediaan transportasi
Adanya monitoring lingkungan yang ef ektif Potensi sumberdaya
Gambar 15 Prioritas indikator tingkat nasional perikanan tuna terpadu.
tanda menunjukkan indikator yang dihilangkan setelah dilakukan FGD
Setelah dilakukan FGD, diperoleh 10 prioritas indikator kinerja kunci Gambar 16.
0,1 0,2
0,3 0,4
Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan ROA
Potensi sumberdaya Ketersediaan air untuk industri
ROI Kelancaran komunikasi
Ketersediaan listrik Profit per tenaga kerja
Total allowable catch TAC Ketersediaan transportasi
Gambar 16 Indikator kinerja kunci tingkat nasional setelah dilakukan FGD
74
Elemen yang disepakati untuk dihilangkan setelah dilakukan FGD, karena dianggap bukan menjadi indikator perikanan terpadu adalah adanya monitoring
lingkungan yang efektif.
Gambar 17 Diagram layang-layang prioritas indikator kinerja kunci tingkat
nasional
Berdasarkan penilaian pakar dan stakeholder, diperoleh tingkatan prioritas dari lima indikator perikanan tuna tingkat nasional. Tingkatan prioritas
ini digambarkan dalam bentuk diagram layang-layang seperti pada Gambar 17. Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan bahwa prioritas indikator kinerja
kunci perikanan tangkap terpadu tingkat nasional adalah indikator sosial skor prioritas = 4,82, indikator pemerintah skor prioritas = 4,57 dan indikator
ekologi
skor prioritas 4,41. Dengan skala prioritas tertinggi adalah 5, maka indikator sosial mempunyai prioritas sebesar 96,4 untuk tingkat nasional,
indikator pemerintah sebesar 91,4 dan indikator ekologi sebesar 88,2. Terdapat lima elemen dalam indikator sosial di tingkat nasional, yaitu
kelancaran komunikasi, ketersediaan air untuk industri, infrastruktur jalan, listrik dan transportasi. Berdasarkan analisis prioritas, diperoleh hanya tiga elemen yang
sangat mendukung indikator sosial yang terdiri dari ketersediaan komunikasi dengan skor prioritas 5, air dan listrik Gambar 18. Dengan demikian elemen ini
adalah bagian yang vital dalam kinerja perikanan tangkap.
75
Gambar 18 Skor prioritas elemen indikator sosial tingkat nasional
Indikator pemerintah diprioritaskan pada komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan yang ada skor prioritas 5, efektivitas penerapan
hukum skor prioritas = 4,88, kebijakan dan rencana pemerintah skor prioritas = 4,68 serta keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas kelembagaan yang ada
skor prioritas = 4,68 Gambar 19.
Gambar 19 Skor prioritas elemen indikator pemerintah tingkat nasional
Indikator ekologi terdapat tiga elemen utama, yaitu total allowable catch TAC dengan skor prioritas sebesar 5, pengelolaan limbah dari proses produksi
dengan skor prioritas 5 dan potensi sumberdaya perikanan tuna dengan skor prioritas 4,46 Gambar 20..
76
Gambar 20 Skor prioritas elemen indikator ekologi tingkat nasional
Berdasarkan hirarki prioritas, diperoleh tujuh elemen indikator penting dalam penilaian kinerja perikanan tuna terpadu tingkat nasional, yaitu
ketersediaan listrik, ketersediaan air dan kelancaran komunikasi, pengelolaan limbah dari proses produksi, total allowable catch TAC, efektivitas penerapan
hukum dan komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan Gambar 21.
Gambar 21 Kontribusi elemen indikator yang penting dalam penilaian kinerja
tingkat nasional
77
Kontribusi ketersediaan listrik sebesar sebesar 35, ketersediaan air 27,5 dan kelancaran komunikasi sebesar 35 pada indikator sosial. Efektivitas
penerapan hukum memberi kontribusi sebesar 35 dan komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan sebesar 30 pada indikator pemerintah.
Pengelolaan limbah dari proses produksi memberi kontribusi pada indikator ekologi sebesar 35 dan total allowable catch sebesar 30.
Selain tujuh elemen prioritas penting, terdapat lima elemen pendukung dalam penilaian kinerja tingkat nasional, yaitu kebijakan dan rencana pemerintah,
keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan, potensi perikanan, dan ketersediaan infrastruktur jalan Gambar 22 . Elemen pendukung ini berperan
sebagai pelengkap dari elemen utama. Indikator pemerintah terdiri dari kebijakan dan rencana pemerintah 35, keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas
kelembagaan 30 dan alokasi perizinan 30 yang mempunyai nilai kontribusi total 35 dari kontribusi elemen utama. Indikator sosial didukung dengan
ketersediaan infrastruktur jalan 30 dari 2,5 elemen utama. Indikator ekologi didukung dengan potensi sumberdaya perikanan 30 dari 35 elemen utama.
Gambar 22 Elemen indikator pendukung dalam penilaian kinerja tingkat
nasional
78
Berdasarkan hasil yang diuraikan, maka dapat disusun shortlisted untuk indikator kinerja kunci tingkat nasional dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 16 Shortlisted penilaian indikator tingkat nasional Elemen indikator tingkat nasional
Skor Kriteria
Baik Buruk
Kelancaran komunikasi Ketersediaan air
Ketersediaan listrik Komitmen pemerintah dalam implementasi
kebijakan Efektivitas penerapan hukum
Kebijakan dan rencana pemerintah Keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas
kelembagaan Total allowable catch
TAC Pengelolaan limbah dari proses produksi
Potensi sumberdaya perikanan tuna Ketersediaan infrastruktur jalan
0 - 1 0 - 1
0 - 1
1 - 5 1 - 3
0 - 1
0 - 1 0 - 3
0 - 1 1 - 3
0 - 1 1
1 1
5 3
1
1 3
1 3
1 1
1
1
diadopsi dari FAO 2001 Shortlisted
dalam Tabel 16 merupakan urutan prioritas yang dihasilkan dari hasil pilihan stakeholder baik sebelum dilakukan FGD maupun setelah
dilakukan FGD, yang mana ke 12 elemen ini adalah dasar umum yang digunakan dalam menilai kinerja tingkat nasional atau kinerja pemerintah pusat maupun
lokal. Skor penilaian didasarkan atas kriteria yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan kriteria yang ditetapkan. Dalam penilaian indikator kinerja tingkat
nasional, didasarkan atas skoring yang ditetapkan, kemudian dinyatakan dalam nilai kisaran untuk penentuan keputusan, apakah kinerja tingkat nasional baik,
sedang atau kurang. Skor yang berkisar antara 0 dan 1 dikenakan pada aspek yang membutuhkan jawaban ya dan tidak; sedangkan skoring yang mempunyai kisaran
1 hingga 5 terdiri dari aspek sebagai berikut: buruk 1; kurang 2; cukup 3; baik 4 dan sangat baik 5. Skoring dengan kisaran 0 hingga 3 membutuhkan
aspek penilaian yang terdiri dari melampaui 0; sama dengan 1 mendekati 2 dan berada jauh 3, sedangkan penilaian dengan kisaran 1 hingga 3
membutuhkan unsur jawaban tidak 1, cukup 2 dan baik 3.
79
5.1.2 Indikator kinerja kunci perikanan tuna di tingkat sektor perikanan
Longlist indikator kinerja kunci perikanan tuna sektor perikanan disajikan dalam Tabel 17.
Indikator kinerja tingkat sektor perikanan menggambarkan aspek kebijakan lingkungan yang kritis untuk pertumbuhan dan pengimplementasian
sektor. Tujuannya adalah pada pemberian dasar objektivitas untuk mengevaluasi kualitas kebijakan sektor perikanan, kemungkinan keberhasilan kinerja untuk
proyek baru dan kinerja aktual dari usaha yang sedang berjalan. Indikator kinerja tingkat sektor termasuk aspek sistem insentif kebijakan dan lingkungan
regulatori, kemampuan institusi yang mempengaruhi kinerja sektor dan perusahaan atau usaha. Selain itu indikator ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi aspek kebijakan kunci dan lingkungan regulatory yang perlu untuk ditingkatkan sebagai alat meningkatkan kualitas usaha, bermanfaat selama
fase supervisi yang dapat dibatasi dengan ketersediaan dan data timelines tingkat sektor.
Adapun longlist indikator ekonomi tingkat sektor perikanan terdiri dari trend
investasi, trend divestasi, produksi dan nilai produksi, kontribusi terhadap pendapatan nasional bruto, nilai ekspor dan pendapatan.
Trend investasi adalah penanaman modal yang biasanya dalam jangka
panjang untuk pengadaan harta tetap atau surat-surat berharga saham untuk memperoleh profit. Tren investasi di sektor perikanan di tahun 2007 hingga 2009
menagalami tren menurun. Pertumbuhan ekonomi dan perdaganagan global yang memasuki resesi pada tahun 2009 dan akan mengalami pemulihan di tahun 2010.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih optimis menunjukan bahwa pada tahun 2010 Indonesia akan mencapai pertumbuhan 6 , dan dalam kisaran 5-7
negara ASEAN lainnya BRI 2009. Pertumbuhan ekonomi ini akan memacu naiknya iklim investasi di Indonesia.
80
Tabel 17 Longlist indikator kinerja kunci perikanan tuna di tingkat sektor perikanan
Indikator di Tingkat Sektor Perikanan
Ekonomi
Trend investasi Trend divestasi
Produksi dan Nilai produksi Kontribusi terhadap Pendapatan Nasional Bruto
Nilai ekspor
Pendapatan gaji
Finansial
Perdagangan antar pulau dan local Komposisi saham nasional
Kinerja pengumpulan fee Rasio biaya perawatan hasil bersih
Rasio upah perorangan hasil bersihtotal tenaga kerja Pendapatan revenue
ROI ROA
Cash flow
Sosial
Risiko kecelakaan Jumlah ABK
Jumlah karyawan darat Jumlah tenaga kerja lain yang terkait
Tingkat pendidikan Budaya bahari
Demografi
Ekologi
Produktivitaskapal Komposisi tangkapan
Kelimpahan relatif spesies target Laju eksploitasi
Pengaruh langsung dan tidak langsung alat terhadap spesies non target Perubahan area dan kualitas habitat
Pemerintah
Alokasi anggaran negara APBN Waktu untuk penyelesaian status pailit
Kemudahan membayar pajakretribusi Kecepatan proses penyelesaian ijin
Kecepatan proses penyelesaian ijin trip Rejim ketaatan
Hak kepemilikan
Sumber : Hasil kajian pustaka
81
Trend divestasi adalah penutupan atau penjualan satu atau lebih unit
operasi atau seluruh devisi bisnis oleh satu perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Penurunan tren divestasi khususnya dibidang perikanan disebabkan
kenaikan harga BBM Oktober 2005 dari Rp. 2.100,- per liter menjadi Rp. 6.000,- per liter, disubsidi menjadi Rp. 4.300,- per liter, serta semakin jauhnya
fishing ground menyebabkan banyaknya perusahaan perikanan yang tutup.
Produksi adalah proses menghasilkan produk dalam jumlah besar dan nilai produksi adalah harga dari produk yang dihasilkan. Pasokan bahan baku industri
pengolahan hasil perikanan tidak optimal karena terbatasnya armada tangkap berskala industri dan juga turunnya produksi penangkapan pasca kenaikan harga
BBM berdampakan pada kurangnya pasokan bahan baku industri pengolahan hasil. Permintaan pasar yang lebih besar dari produksi menyebabkan
meningkatnya harga ikan. Nilai ekspor adalah daya tukar sesuatu barang atau jasa ke luar negeri yang
diukur secara kuantitatif dengan satuan barang atau uang. Nilai ekspor menunjukan tren penurunan sejalan dengan lesunya lalu lintas perdagangan dunia.
Demikian juga ekspor ikan ke negara-negara tujuan utama menunjukan penurunan. Hal ini disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara
penerima. Pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan atau perusahaan dalam bentuk upah, gaji, sewa, komisi, ongkos maupun laba.
Indikator finansial sektor perikanan terdiri dari perdagangan antar pulau dan lokal, komposisi saham nasional, kinerja pengumpulan fee, rasio biaya
perawatan hasil bersih, rasio upah perorangan hasil bersihtotal tenaga kerja, pendapatan revenue, ROI, ROA dan cash flow. Komposisi saham
nasional adalah saham atau surat bukti kepemilikan bagian modal perseroaan terbatas yang memberikan pelbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar
perusahaan, dimana sesuai UU No. 11967 PMA yang direvisi dengan UU No. 111970 dan UU No. 61968 PMDN bahwa Penanaman modal asing yang
dilakukan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dan menanggung segala resiko penanaman modal tersebut secara langsung Pasal 1, sedangkan modal
asing itu sendiri adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak berasal dari kekayaan devisa Indonesia, termasuk alat-alat perusahaan dan penemuan baru
82
milik orang asing yang diimpor. Perusahaan nasional adalah perusahaan yang minimal 51 adalah modal dalam negeri Pasal 2. Kinerja pengumpulan fee
adalah kemampuan sektor untuk mendapatkan imbalan yang dipungut atas jasa- jasa yang diberikan oleh satu badan usaha atau perorangan. Rasio biaya perawatan
adalah rasio dari proses untuk menjaga agar aktiva tetap selalu dalam keadaan baik dari waktu ke waktu, dimana proses tersebut memerlukan pengeluaran yang
dibukukan sebagai biaya dan dinyatakan dalam persen dari hasil bersih. Rasio upah perorangan adalah perbandingan pembayaran untuk jasa perorangan yang
dinyatakan dalam persen dari perbandingan hasil bersih dengan jumlah tenaga kerja. ROI return on investment adalah jumlah pendapatan dinyatakan dalam
persen terhadap modal perusahaan yaitu modal dibagi pendapatan sebelum pendapatan bunga, pajak dan dividen. ROA return on assets adalah laba bersih
dibagi total aktiva yang berarti bahwa ROA mengukur kemampuan dan efisiensi aktiva dalam menghasilkan laba. Cash flow arus uang tunai adalah uang tunai
perusahaan yang telah dikurangi dengan semua pengeluaran. Indikator sosial terdiri dari risiko kecelakaan, jumlah ABK, jumlah
karyawan darat, jumlah tenaga kerja lain yang terkait, tingkat pendidikan, budaya bahari dan demografi. Risiko kecelakaan adalah jumlah insiden yang terjadi
dalam setahun sepanjang menghasilkan produksi dan dinyatakan dalam jumlah kejadiantahun. Jumlah ABK anak buah kapal, jumlah karyawan darat dan
jumlah tenaga kerja lain yang terkait adalah jumlah total tenaga kerja yang menghasilkan satu produk. Tingkat pendidikan adalah tingkatan pendidikan
formal dari tenaga kerja yang dipekerjakan. Budaya bahari sebagai apresiasi kebahariaan di kalangan masyarakat harus ditumbuhkan, sehingga timbul
motivasi di kalangan masyarakat untuk mengusahakan kelestarian sumberdaya. Tindakan nyata dari masyarakat dalam upaya melindungimenjaga perairan
beserta isinya akan menjamin adanya keberlanjutan, seperti kebiasaan-kebiasaan sekelompok masyarakat dengan aturan-aturan yang berkaitan dengan kehidupan
lingkungan hidup mereka. Demografi adalah gambaran tentang keadaan penduduk di satu wilayah, yang mencakup jumlah penduduk, sukubangsa, pendidikan dan
lain sebagainya.
83
Indikator ekologi terdiri dari produktivitaskapal, komposisi tangkapan, kelimpahan relatif spesies target, laju eksploitasi, pengaruh langsung dan tidak
langsung alat terhadap spesies non target, perubahan area dan kualitas habitat. Produktivitaskapal adalah kemampuan menghasilkan tangkapan dalam satu trip
untuk setiap kapal. Komposisi tangkapan adalah persen jenis tangkapan dari total jenis ikan yang tertangkap. Kelimpahan relatif tangkapan adalah kelimpahan
tangkapan dibagi dengan kelimpahan dugaan satu perairan. Laju eksploitasi adalah kemampuan untuk menghasilkan tangkapan dalam jangka waktu tertentu.
Ini berpengaruh terhadap spesies non target baik langsung maupun tidak langsung yang menimbulkan discard. Juga turut mempengaruhi kualitas habitat sehingga
terjadi perubahan area penangkapan. Indikator pemerintah terdiri dari alokasi anggaran negara APBN, waktu
untuk penyelesaian status pailit, kemudahan membayar pajakretribusi, kecepatan proses penyelesaian ijin, kecepatan proses penyelesaian ijin trip, rejim ketaatan
dan hak kepemilikan. Alokasi anggaran negara adalah identifikasi biaya-biaya berdasarkan tujuan. Terdapat tiga aspek yang mendasar dalam alokasi biaya, yaitu
pemilihan objek yang akan dibiayai, pemilihan dan pengakumulasian biaya yang berkaitan dengan tujuan biaya dan pemilihan metode pengidentifikasian aspek.
Waktu untuk penyelesaian status pailit berdasarkan UU NO 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang PKPU diberikan
waktu selama 214 hari. Dimulai dari pendaftaran permohonan pada panitera PN Pengadilan Negeri sampai pengumuman putusan.
Indikator kinerja kunci sektor perikanan yang menjadi prioritas sebelum dilaksanakan FGD, yaitu Indikator ekonomi terdiri dari nilai ekspor, pendapatan
dan trend investasi serta produksi dan nilai produksi. Indikator finansial terdiri dari pendapatan, perdagangan antar pulau dan rasio upah perorangan hasil
bersihtotal tenaga kerja. Indikator sosial terdiri dari jumlah anak buah kapal ABK, risiko kecelakaan dan tingkat pendidikan. Indikator ekologi terdiri dari
laju eksploitasi, produktivitas per kapal dan kelimpahan relatif spesies target. Indikator pemerintah terdiri dari kecepatan penyelesaian ijin, kecepatan
penyelesaian ijin trip dan hak kepemilikan Tabel 18
84
Tabel 18
Indikator kinerja di tingkat sektor perikanan sebelum dan sesudah FGD
Indikator Kinerja Kunci
Sebelum FGD Sesudah FGD
Tingkat Sektor Perikanan
n SIT
Pk Urutan
n SIT
Pk Urutan
Prioritas
Prioritas
Ekonomi
Trend investasi 18
73 4,06
2 15
69 4,60
5 Trend divestasi
15 50
3,33 5
Produksi dan Nilai produksi 19
74 3,89
3 14
68 4,86
3 Kontribusi terhadap Pendapatan Nasional Bruto
19 70
3,68 4
15 70
4,67 4
Nilai ekspor 20
84 4,20
1 14
68 4,86
2 Pendapatan
19 77
4,05 2
15 75
5,00 1
Sosial
Risiko kecelakaan 17
69 4,06
2 17
85 5,00
1 Jumlah ABK
18 78
4,33 1
13 51
3,92 4
Jumlah karyawan darat 18
68 3,78
5 16
64 4,00
3 Jumlah tenaga kerja lain yang terkait
18 61
3,39 7
13 49
3,77 5
Tingkat pendidikan 19
76 4,00
3 16
80 5,00
2 Budaya bahari
16 55
3,44 6
18 72
4,00 3
Demografi 15
57 3,80
4
Ekologi
Produktivitaskapal 19
78 4,11
2 17
73 4,29
2 Komposisi tangkapan
20 77
3,85 4
9 40
4,44 1
Kelimpahan relatif spesies target 18
71 3,94
3 Laju eksploitasi
19 83
4,37 1
11 45
4,09 4
Pengaruh langsung dan tidak langsung alat terhadap spesies non target
18 67
3,72 6
Perubahan area dan kualitas habitat 19
71 3,74
5 7
29 4,14
3
Pemerintah
Alokasi anggaran negara APBN 20
75 3,75
6 16
64 4,00
3 Waktu untuk penyelesaian status pailit
23 78
3,39 7
14 50
3,57 6
Kemudahan membayar pajakretribusi 25
95 3,80
5 15
57 3,80
4 Kecepatan proses penyelesaian ijin
23 95
4,13 1
17 71
4,18 2
Kecepatan proses penyelesaian ijin trip 24
98 4,08
2 17
71 4,18
2 Rejim ketaatan
23 88
3,83 4
12 45
3,75 5
Hak kepemilikan 21
83 3,95
3 12
51 4,25
1
Finansial
Perdagangan antar pulau dan lokal 18
70 3,89
2 18
72 4,00
4 Komposisi saham nasional
15 51
3,40 8
17 68
4,00 4
Kinerja pengumpulan fee 16
50 3,13
9 Rasio biaya perawatan hasil bersih
19 72
3,79 4
13 52
4,00 4
Rasio upah perorangan hasil bersihtotal tenaga kerja
19 73
3,84 3
14 55
3,93 5
Pendapatan karyawan 18
77 4,28
1 16
71 4,44
3 ROI
18 66
3,67 7
16 71
4,44 2
ROA 17
64 3,76
5 16
71 4,44
1 Cash flow
16 60
3,75 6
Keterangan : setelah didiskusikan, variable ini dihilangkan karena bukan indikator
n = jumlah responden yang memberikan penilaian; SIT = skor indikator total;
PK = prioritas kinerja
85
Pada Tabel 18, dapat dilihat bahwa indikator kinerja sektor perikanan setelah FGD, yaitu indikator ekonomi terdiri dari pendapatan, nilai ekspor dan
produksi dan nilai produksi. Indikator finansial terdiri dari return on asset ROA, return on investment
ROI dan pendapatan. Indikator sosial terdiri dari risiko kecelakaan, tingkat pendidikan, jumlah karyawan darat dan budaya bahari.
Indikator ekologi terdiri dari komposisi tangkapan, produktivitas per kapal dan perubahan area dan kualitas habitat. Indikator pemerintah terdiri dari hak
kepemilikan, kecepatan proses ijin dan ijin trip dan alokasi anggaran negara APBN. Hasil yang diperoleh pada Tabel 18, prioritas kinerja nilai ekspor
mempunyai nilai sebesar 4,20 yang berarti bahwa 84 kinerja ekonomi di tingkat sektor perikanan ditunjukkan melalui elemen ini, akan tetapi setelah dilakukan
FGD secara mutlak diputuskan bahwa pendapatan yang menjadi elemen indikator ekonomi tingkat sektor perikanan. Indikator sosial sebelum FGD adalah jumlah
ABK dengan nilai prioritas sebesar 4,33 86,6, akan tetapi setelah dilakukan FGD disepakati bahwa risiko kecelakaan merupakan elemen indikator utama,
karena usaha yang bergerak dilaut mempunyai nilai risiko yang tinggi. Indikator ekologi ditunjukkan melalui laju eksploitasi dengan nilai prioritas sebesar 4,37
akan tetapi setelah dilakukan FGD bergesar menjadi komposisi hasil tangkapan dengan nilai prioritas sebesar 4,44. Hal ini berhubungan dengan discard hasil
tangkapan yang secara ekologis mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Indikator pemerintah ditunjukkan melalui kecepatan proses penyelesaian ijin
dengan skor prioritas sebesar 4,13 sebelum FGD dan setelah FGD diputuskan bahwa hak kepemilikan dengan skor prioritas = 4,25 merupakan elemen
indikator utama pada pemerintah. Sebelum FGD indikator finansial ditunjukkan dengan pendapatan skor prioritas = 4,28 akan tetapi setelah dilakukan FGD
berubah dengan ROA Return on Assets sebagai indikator finansial dengan skor prioritas sebesar 4,44. Penentuan ROA didasarkan pada kemampuan satu usaha
untuk melunasi tunggakan berupa utang. Uji t Lampiran 8 menunjukkan bahwa pada indikator pemerintah
mempunyai perbedaan nyata P 0.05 dalam pilihan yang diberikan oleh stakeholder disaat sebelum dan sesudah pelaksanaan FGD. Hal ini berarti terjadi
perubahan persepsi terhadap penilaian elemen indikator dalam pemerintah.
86
Dengan kata lain terjadi perubahan prioritas yang disetujui setelah dilakukan FGD t
stat
= -2,2. Berdasarkan analisis dengan menggunakan AHP diperoleh 14 prioritas
indikator kinerja tingkat sektor perikanan sebelum FGD Gambar 23.
,0 2
,0 4
,0 6
,0 8
,1 ,1
2 ,1
4 ,1
6
Perdagangan antar pulau dan lokal Kontribusi terhadap Pendapatan Nasional Bruto
Kecepatan proses penyelesaian ijin trip Kecepatan proses penyelesaian ijin
Rasio biaya perawatan hasil bersih Trend investasi
Rasio upah perorangan hasil bersihtotal tenaga Produktivitaskapal
Produksi dan Nilai produksi Tingkat pendidikan
Pendapatan Pendapatan
Jumlah ABK Nilai ekspor
Gambar 23 Prioritas indikator kinerja kunci di tingkat sektor perikanan Setelah dilakukan FGD, hasil analisis AHP untuk indikator kinerja
perikanan tuna tingkat sektor perikanan diperoleh sebanyak 9 indikator kinerja kunci Gambar 24. Beberapa elemen dihilangkan setelah dilakukan FGD, karena
dianggap bukan menjadi indikator untuk perikanan tangkap terpadu adalah yang terdiri dari trend divestasi, kinerja pengumpulan fee, cash flow, demografi,
kelimpahan relatif spesies target, pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap spesies non target. Dengan hirarki tertinggi adalah pendapatan, produktivitas
kapal dan perdagangan antar pulau.
87
,1 3
4 ,1
3 6
,1 3
8 ,1
4 ,1
4 2
,1 4
4 ,1
4 6
,1 4
8 ,1
5 ,1
5 2
Kontribusi terhadap Pendapatan Nasional Bruto Kecepatan proses penyelesaian ijin
Kecepatan proses penyelesaian ijin trip Pendapatan
ROI ROA
Perdagangan antar pulau dan lokal Produktivitaskapal
Pendapatan
Gambar 24 Prioritas indikator di tingkat sektor perikanan setelah dilakukan FGD Lima indikator pada tingkat sektor perikanan yang dinilai para pakar dan
stakeholder perikanan, berdasarkan analisis SMART diperoleh tingkatan prioritas
seperti disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25 Diagram layang-layang indikator di tingkat sektor perikanan
Urutan indikator yang menjadi prioritas di tingkat sektor perikanan adalah
berturut-turut ekonomi skor prioritas = 4,82, sosial skor prioritas = 4,42, ekologi
skor prioritas = 4,42 dan finansial skor prioritas = 4,35, sedangkan
indikator pemerintah tidak menjadi indikator prioritas di tingkat sektor perikanan. Indikator ekonomi mempunyai prioritas sebesar 96,4 pada tingkat sektor
88
perikanan, indikator ekologi dan sosial mempunyai prioritas sebesar 88,4 dan indikator finansial sebesar 87. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi di
sektor perikanan merupakan indikator yang di prioritaskan. Pada indikator sektor ekonomi yang menjadi prioritas dalam penentuan
keberhasilan kinerja tingkat sektor perikanan yaitu: pendapatan gaji dengan nilai prioritas 5, nilai ekspor berskala prioritas 4,86, sama dengan produksi dan nilai
produksi 4,86. Indikator ekonomi mempunyai aspek vital dari pendapatan.
Gambar 26 Skor prioritas indikator di tingkat sektor perikanan pada elemen
ekonomi
Pada indikator sosial terdapat 2 elemen utama dan dua elemen pendukung, yaitu risiko kecelakaan skor prioritas = 5 dan tingkat pendidikan 5 serta jumlah
karyawan darat 4 dan budaya bahari 4 Gambar 27.
Gambar 27 Skor prioritas indikator sosial di tingkat sektor perikanan
89
Indikator ekologi didukung dengan tiga elemen prioritas yang urutannya terdiri dari komposisi tangkapan skor prioritas 4,45, produktivitas tiap kapal
4,28 dan perubahan area dan kualitas habitat 4,14 Gambar 28.
Gambar 28 Skor prioritas indikator ekologi di tingkat sektor perikanan
Kontribusi elemen indikator kinerja tingkat sektor perikanan didukung dengan elemen indikator penting sebanyak enam elemen yang terdiri dari tingkat
pendidikan, pendapatan, produktivitaskapal, produksi dan nilai produksi, nilai ekspor, trend investasi dan faktor-faktor lainnya Gambar 29.
Gambar 29 Kontribusi elemen indikator kinerja di tingkat sektor perikanan
90
Tingkat kontribusi masing-masing elemen dalam indikator ekonomi adalah tingkat pendidikan sebesar 10, pendapatan sebesar 10, produktivitas
per kapal sebesar 8,5, produksi dan nilai produksi sebesar 8,5, nilai ekspor 7,5 dan trend investasi sebesar 3,5 serta komponen lainnya yang berkontribusi
sebesar 10. Kontribusi terhadap indikator ekologi adalah tingkat pendidikan sebesar
10, produktivitas per kapal 7,5, produksi dan nilai produksi sebesar 2,5. Faktor-faktor lain yang memberi kontribusi pada kinerja tingkat sektor
perikanan adalah jumlah tenaga kerja, risiko kecelakaan, perubahan area dan kualitas habitat, laju eksploitasi dan komposisi tangkapan serta budaya bahari.
Shortlisted indikator kinerja kunci tingkat sektor perikanan mempunyai
skoring penilaian sebagai berikut: Tabel 19 Shortlisted penilaian indikator di tingkat sektor perikanan.
Elemen indikator tingkat nasional Skor
Kriteria Baik Buruk
Tingkat pendidikan Pendapatan
Produktivitas per kapal Produksi
Nilai produksi Nilai ekspor
Trend investasi Jumlah tenaga kerja
Risiko kecelakaan Jarak daerah penangkapan
Laju eksploitasi Komposisi tangkapan
Budaya bahari 0 - 2
0 - 2 1 - 2
1 - 2 1 - 2
1 - 2 0 - 1
1 - 3 0 - 2
1 - 3 0 - 1
0 - 2 0 - 1
2 2
2
2 2
2 1
3 2
3 1
2 1
1 1
1 1
1 1
diadopsi dari FAO 2001 Skor untuk penilaian indikator pada tingkat sektor perikanan, terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut: untuk tingkat pendidikan skornya berkisar antara 0 hingga 2 yang membutuhkan aspek tingkat pendidikan yang
berada di bawah rata-rata 0; sama dengan rata-rata 1 dan di atas rata-rata 2. Pendapatan mempunyai rentang skor antara 0 hingga 2 yang membutuhkan unsur
pendapatan yang berada di bawah UMR 0; sama dengan UMR 1 dan di atas UMR 2. Produktivitas per kapal, produksi, nilai produksi dan nilai ekspor
91
mempunyai skor antara 1 dan 2, yang menunjukkan apakah unsur yang dinilai rendah 1 dan tinggi 2. Skor trend investasi berkisar antara 0 dan 1 yang berarti
bahwa trend yang buruk 0 dan trend yang baik 1. Jumlah tenaga kerja mempunyai rentang skor 1 hingga 3 yang mana skor 1 menunjukkan kurangnya
tenaga kerja; 2 cukup tenaga kerja dan 3 kelebihan tenaga kerja. Risiko kecelakaan mempunyai skor antara 0 hingga 2 yang berarti bila tingkat
kecelakaan dalam proses produksi mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi 0; sedang 1 dan kurang 3. Skor untuk jarak daerah penangkapan terdiri dari jarak
yang jauh 1, tidak berubah 2 dan dekat 3. Laju eksploitasi mempunyai skor 1 untuk laju eksploitasi yang tinggi dan 2 untuk laju eksploitasi yang tinggi.
Komposisi tangkapan yang beragam mempunyai skor 0, cukup beragam 1 dan kurang beragam 3. Skor budaya bahari terdiri dari 0 untuk masyarakat yang
tidak peduli dan 1 untuk yang peduli.
5.1.3 Indikator kinerja kunci perikanan tuna di tingkat perusahaan
Indikator ini digunakan untuk mengakses beberapa aspek yang berperan dalam implementasi dan kinerja operasional perusahaan. Longlist indikator
kinerja kunci perikanan tuna tingkat perusahaan disajikan dalam Tabel 20. Indikator kinerja input tingkat perusahaan terdiri dari rasio likuiditas, rasio
leverage , rasio debt service, biaya produksi dan kapasitas pemanfaatan. Rasio
likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan satu perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek yang jatuh tempo dengan uang tunai atau kas yang
dikumpulkan. Rasio leverage ukuran utang terhadap kapitalisasi total satu perusahaan. Bila rasio ini semakin tinggi, maka utang yang ada berlebihan dan
menandakan kemungkinan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba untuk memenuhi kewajiban. Rasio debt service adalah perbandingan antara arus kas
yang tersedia dan pembayaran utang pokok serta bunga dalam periode tertentu guna menilai apakah satu perusahaan cukup untuk memenuhi kewajibannya.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk membuat barang atau produk meliputi bahan baku, upah dan biaya tidak langsung.
92
Tabel 20
Longlist indikator kinerja kunci perikanan tuna di tingkat perusahaan
Indikator Kinerja di Tingkat Perusahaan Input:
Rasio likuiditas Rasio leverage
Rasio debt service Biaya produksi
Kapasitas pemanfaatan
Output:
Total asset turnover Pendapatan karyawan
Tingkat kesejahteraan karyawan Nilai penjualan
Outcome:
Persepsi dan kepuasan terhadap hasil Pengembangan investasi
Internal rate of return
Process
Penggunaan teknologi Pelatihan ABK
Penggunaan hasil-hasil penelitian Sistem program appraisal
Sumber : Hasil kajian pustaka Kapasitas pemanfaatan adalah jumlah maksimal kerja yang dapat
dihasilkan oleh satuan produksi atau perusahaan. Indikator output terdiri dari total asset turnover, pendapatan karyawan,
tingkat kesejahteraan karyawan dan nilai penjualan. Total asset turnover adalah kemampuan asset perusahaan untuk memperoleh pendapatan; makin cepat asset
perusahaan berputar, maka makin besar pendapatan perusahaan tersebut. Pendapatan karyawan adalah pembayaran untuk jasa yanbg biasanya dibayar
dalam satuan waktu tertentu seperti hari, minggu, dan bulan. Tingkat kesejahteraan karyawan adalah satu aspek manajemen yang memperhatikan
kesejahteraan, baik fisik maupun emosi dari para pekerja. Perusahaan beranggapan bahwa dengan memperhatikan kesejahteraan para pekerja, maka
mereka akan lebih produktif. Pandangan ini bertitik tolak dari filsafat manajemen partisipatif bahwa pekerja bukan hanya sebagai alat, tapi merupakan asset utama
93
perusahaan. Nilai penjualan adalah jumlah total barang yang terjual oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Indikator outcome terdiri dari persepsi dan kepuasan terhadap hasil, pengembangan investasi dan internal rate of return. Persepsi dan kepuasan
terhadap hasil adalah daya untuk memahami sesuatu dengan jelas dan cermat akan hasil yang dicapai. Pengembangan investasi adalah penanaman modal yang
biasanya dalam jangka panjang untuk peningkatan guna mendapatkan pertambahan hasil yang semakin lama semakin besar. Pengembangan investasi
merupakan syarat suatu perusahaan untuk menambah profit. Sektor perikanan secara nasional mempunyai potensi bisnis yang cukup besar, baik bisnis skala
kecil maupun skala besar, karenanya perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif. Internal rate return adalah tingkat diskonto dimana nilai sekarang dari
arus kas satu investasi masa datang sama dengan biaya dari investasi. Angka ini ditemukan dengan proses mencoba dan mencoba lagi; jika nilai bersih sekarang
dari arus kas keluar biaya dari investasi dan arus kas keluar laba atas investasi sama dengan nol, maka taraf diskonto yang digunakan adalah tingkat hasil
pengembalian intern. Apabila hal itu lebih besar dari pengembalian yang di persyaratkan-dinamakan tingkat batas dalam penganggaran modal investasi itu
dapat diterima. Dipakai sebagai ukuran untuk memilih beberapa proyek yang diperkirakan akan memberikan tingkat laba tertinggi.
Indikator process terdiri dari penggunaan teknologi, pelatihan ABK, penggunaan hasil-hasil penelitian dan sistem program appraisal. Penggunaan
teknologi adalah penggunaan ilmu pengetahuan terutama penerapannya untuk menggantikan ketrampilan tenaga kerja dengan mesin. Pelatihan ABK adalah satu
proses untuk memperdalam dan meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan para ABK lewat bimbingan yang diberikan instruktur melalui penyelesaian tugas dan
latihan. Penggunaan hasil penelitian adalah menggunakan hasil temuan atau penelitian tentang teknologi, pemasaran, operasional dan lainnya yang dapat
membantu meningkatkan profit. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat mengharuskan suatu perusahaan untuk mengadopsi hasil penemuan
atau teknologi yang lebih baru untuk efisiensi perusahaan. Sistem program
94
appraisal adalah penilaian tentang apakah satu prosedur atau sistem telah atau
belum memenuhi standar untuk meningkatkan efisiensi. Sebelum FGD, indikator input yang menjadi prioritas adalah biaya
produksi, rasio likuiditas dan rasio debt service. Indikator output terdiri dari pendapatan karyawan, tingkat kesejahteraan karyawan dan nilai penjualan.
Indikator outcome terdiri dari pengembangan investasi, internal rate of return serta persepsi dan kepuasan terhadap hasil. Indikator process terdiri dari
penggunaan teknologi, pelatihan ABK dan penggunaan hasil-hasil penelitian. Setelah dilakukan FGD, prioritas indikator input terdiri dari rasio leverage,
biaya produksi dan rasio likuiditas. Indikator output terdiri dari pendapatan karyawan, tingkat kesejahteraan karyawan dan nilai penjualan. Indikator outcome
terdiri dari pengembangan investasi dan internal rate return. Tabel 21 Indikator kinerja di tingkat perusahaan sebelum dan sesudah FGD
Indikator Tingkat Perusahaan
Sebelum FGD Sesudah FGD
n SIT
Pk Urutan
n SIT
Pk Urutan
Prioritas Prioritas
Input
Rasio likuiditas
19 75
3,95 2
16 72
4,50 3
Rasio leverage
18 68
3,78 5
14 64
4,57 1
Rasio debt service
18 69
3,83 3
16 64
4,00 5
Biaya produksi
18 77
4,28 1
15 68
4,53 2
Kapasitas pemanfaatan
19 72
3,79 4
14 59
4,21 4
Output
Total asset turnover
19 75
3,95 4
16 64
4,00 3
Pendapatan karyawan
19 84
4,42 1
16 80
5,00 1
Tingkat kesejahteraan karyawan
19 83
4,37 2
16 80
5,00 1
Nilai penjualan
19 78
4,11 3
15 67
4,47 2
Outcome:
Persepsi dan kepuasan terhadap hasil
20 80
4,00 3
17 72
4,24 2
Pengembangan investasi
19 79
4,16 1
18 90
5,00 1
Internal rate of return
18 73
4,06 2
18 90
5,00 1
Process
Penggunaan teknologi
19 87
4,58 1
18 90
5,00 1
Pelatihan ABK
19 85
4,47 2
18 90
5,00 1
Penggunaan hasil-hasil penelitian
19 77
4,05 3
18 90
5,00 1
Sistem program appraisal
19 71
3,74 4
18 90
5,00 1
95
Indikator process terdiri dari penggunaan teknologi, pelatihan ABK, penggunaan hasil-hasil penelitian dan sistem program appraisal.
Dari Tabel 21, nampak bahwa indikator input sebelum FGD diperoleh prioritas penilaian terhadap biaya produksi sebesar 4,28 akan tetapi setelah
dilakukan diskusi, diperoleh bahwa indikator input ditunjukkan dengan rasio leverage
dengan nilai prioritas kinerja sebesar 4,57. Dengan dasar pemikiran bahwa yang menunjukkan perusahaan berada dalam keadaan sehat jika rasio ini
kecil, yang artinya bahwa utang perusahaan kecil. Pada indikator output, disepakati bahwa pendapatan karyawan sebagai elemen utamanya dengan nilai
prioritas kinerja sebelum 4,42 dan sesudah FGD 5,00. Indikator outcome dengan elemen utama pengembangan investasi dengan nilai prioritas kinerja
sebelum FGD sebesar 4,16 dan setelah FGD sebesar 5. Hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Indikator proses
sebagai bagian dalam kemajuan perusahaan ditunjukkan dengan nilai prioritas kinerja penggunaan teknologi sebesar 4,16 sebelum FGD dan menjadi 5,00
setelah dilakukan FGD. Elemen ini berkaitan dengan laju memproduksi hasil tangkapan tuna sebagai bahan baku utama dalam produk pasar, baik untuk fresh
tuna maupun frozen, bahkan untuk pengolahan ikan kaleng. Uji t Lampiran 11 menunjukkan bahwa semua indikator terdapat pilihan
prioritas yang nyata berbeda P 0,05. Dalam arti kata bahwa prioritas elemen indikator sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan FGD, sehingga terjadi perubahan
pilihan yang nyata dari semua indikator yang ada. Hasil analisis AHP diperoleh 9 prioritas indikator kinerja kunci tingkat
perusahaan sebelum pelaksanaan FGD Gambar 30.
96
0,18 0,185
0,19 0,195
0,2 0,205
0,21 0,215
0,22 Biaya produksi
Penggunaan hasil-hasil penelitian Nilai penjualan
Pengembangan investasi Persepsi dan kepuasan terhadap hasil
Tingkat kesejahteraan karyawan Pendapatan karyawan
Pelatihan ABK Penggunaan teknologi
Gambar 30 Prioritas indikator kinerja kunci di tingkat perusahaan sebelum
FGD
Setelah dilakukan FGD diperoleh 8 prioritas indikator kinerja kunci untuk tingkat perusahaan melalui analisis dengan AHP Gambar 31.
0,185 0,19 0,195
0,2 0,205
0,21 0,215
0,22 0,225 0,23
Pendapatan karyawan Tingkat kesejahteraan karyawan
Pengembangan investasi Internal rate of return
Penggunaan teknologi Pelatihan ABK
Penggunaan hasil-hasil penelitian Sistem program appraisal
Gambar 31 Prioritas indikator kinerja kunci di tingkat perusahaan setelah FGD
Indikator tingkat perusahaan dibentuk melalui empat komponen, yaitu komponen input, output, outcome dan process. Berdasarkan penilaian pakar dan
stakeholder perikanan, prioritasnya diitunjukkan pada Gambar 32.
97
1 2
3 4
5 Input
Output
Outcome Process
Gambar 32 Diagram prioritas indikator tingkat perusahaan.
Dalam Gambar 32, nampak bahwa prioritas indikator secara berurut
adalah sebagai berikut: indikator process skor prioritas = 5, indikator outcome skor prioritas 4,75 dan indikator output skor prioritas = 4,62, sedangkan
indikator input prioritasnya lebih rendah dari ketiga indikator sebelumnya. Skor prioritas indikator process menunjukkan bahwa semua elemen yang
ditawarkan adalah penting untuk dijadikan indikator kinerja tingkat perusahaan, yaitu penggunaan teknologi, pelatihan ABK Anak Buah Kapal, penggunaan
hasil-hasil penelitian dan sistem program appraisal Gambar 33. Kesemua elemen ini sangat berpengaruh terhadap kinerja proses dalam perusahaan.
Gambar 33 Skor prioritas indikator process di tingkat perusahaan
98
Dari tiga prioritas indikator outcome, terdapat dua indikator dalam menentukan outcome tingkat perusahaan, yaitu Internal Rate of Return IRR dan
pengembangan investasi Gambar 34. Dalam indikator outcome sangat dipengaruhi oleh elemen IRR dan pengembangan investasi yang nilai skor
prioritasnya sebesar 5.
Gambar 34 Skor prioritas indikator outcome di tingkat perusahaan Terdapat empat elemen dalam indikator output, yaitu total asset turnover,
pendapatan karyawan, tingkat kesejahteraan karyawan dan nilai penjualan. Dari keempat elemen ini, terdapat dua elemen yang menjadi prioritas dalam penentuan
indikator kinerja kunci tingkat perusahaan, yaitu pendapatan karyawan skor prioritas = 5 dan tingkat kesejahteraan karyawan skor prioritas = 5 Gambar
35.
99
Gambar 35 Skor prioritas indikator output di tingkat perusahaan.
Kontribusi masing-masing elemen untuk penentuan indikator kinerja kunci tingkat perusahaan, disajikan pada Gambar 36.
Gambar 36 Kontribusi elemen terhadap indikator kinerja perikanan tangkap
tuna terpadu tingkat perusahaan
Elemen yang berkontribusi dalam indikator process adalah sistem program
appraisal yang berkontribusi sebesar 10, penggunaan hasil-hasil penelitian 10, pelatihan ABK 12 dan penggunaan teknologi 10.
Indikator output elemennya merupakan elemen lain dari elemen yang ada pada indikator process dan indikator outcome, yaitu pendapatan karyawan dan tingkat
kesejahteraan karyawan. Kontribusi elemen pada indikator outcome adalah internal
rate of return yang sebesar 10 dan pengembangan investasi sebesar
100
10 serta faktor lain yang berkontribusi sebesar 2,5 yang dalam hal ini terdiri dari persepsi dan kepuasan terhadap hasil produksi Gambar 36.
Elemen-elemen dalam indikator kinerja kunci tingkat perusahaan disajikan dalam shortlisted yang ada dalam Tabel 22, dengan skoring yang dapat dilakukan
untuk menentukan tingkat kinerja perusahaan. Tabel 22 Shortlisted penilaian indikator tingkat perusahaan
Elemen indikator tingkat nasional Skor
Kriteria Baik
buruk Sistem program appraisal
Penggunaan hasil-hasil penelitian Pelatihan ABK
Penggunaan teknologi Pendapatan karyawan
Tingkat kesejahteraan karyawan Internal Rate of Return
Pengembangan investasi Persepsi terhadap hasil produksi
Kepuasan terhadap hasil produksi 0 - 1
0 - 2 0 - 2
0 - 1 0 - 2
0 - 2 0 - 2
0 - 1 0 - 2
0 - 2 1
2 2
1 2
2 2
1 2
2 1
diadopsi dari FAO 2001 Skor penilaian sistem program appraisal berkisar antara 0 tidak ada dan
1 ada. Penggunaan hasil-hasil penlitian berkisar antara 0 tidak pernah, 1 tidak sering dan 2 sering digunakan. Pelatihan ABK mempunyai skor 0 tidak pernah
dilakukan, 1 kadang-kadang dan sering 2. Skor penggunaan teknologi terdiri dari 0 tidak menggunakan dan 1 menggunakan teknologi. Skor pendapatan
karyawan antara 0 kurang dari 50, 1 50 hingga 80 dan 2 lebih dari 80 berasal dari kegiatan perikanan. Tingkat kesejahteraan karyawan mempunyai skor
antara 0 bukan dari kegiatan usaha perikanan, 1 sebagian dari perikanan dan 2 berasal dari kegiatan perikanan. Internal rate of return IRR mempunyai skor
antara 0 IRR 1, 1 IRR = 1 dan 2 IRR 1. Pengembangan investasi mempunyai skor penilaian antara 0 tidak ada pengembangan dan 1 terdapat
pengembangan. Skor penilaian persepsi terhadap hasil produksi berkisar antara 0 tidak baik, 1 baik dan 2 sangat baik. Penilaian kepuasan terhadap hasil
produksi berkisar antara 0 tidak puas, 1 puas, dan 2 sangat puas.
101
5.2 Penilaian kinerja perikanan tuna terpadu di Sulawesi Utara
Shortlisted indikator kinerja kunci disusun untuk mendapatkan kriteria
kinerja perusahaan dengan membuat beberapa penilaian sesuai dengan hasil yang telah diperoleh melalui shortlisting.
Pada tingkat nasional, indikator utama adalah indikator sosial dengan komponen yang terdiri atas kelancaran komunikasi, ketersediaan air untuk industri
dan ketersediaan listrik, kemudian indikator pemerintah dengan komponen komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan, efektivitas
penerapan hukum, kebijakan dan rencana pemerintah serta keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas kelembagaan. Indikator lain yang diprioritaskan
pada tingkat nasional adalah indikator ekologi dengan komponen total allowable catch
TAC, pengelolaan limbah dari proses produksi dan potensi sumberdaya. Pada tingkat nasional, hal yang menjadi indikator utama adalah layanan
publik yang tergambar melalui kelancaran komunikasi, ketersediaan air dan listrik. Dengan demikian untuk mempertahankan kelangsungan industri perikanan
terpadu khususnya untuk produk tuna diperlukan infrastruktur yang mendukung, yaitu listrik dan air.
Pada tingkat sektor perikanan terdapat tiga komponen utama dalam penentuan indikator kinerja kunci perikanan tuna terpadu, yaitu indikator
ekonomi, indikator sosial dan indikator ekologi. Komponen dari masing-masing indikator adalah pendapatan, nilai ekspor, produksi dan nilai produksi, risiko
kecelakaan dan tingkat pendidikan, dan terakhir adalah komposisi tangkapan, produktivitas tiap kapal dan perubahan area dan kualitas habitat.
Pada tingkat perusahaan terdapat indikator process, indikator outcome dan indikator output, dengan komponen penggunaan teknologi, pelatihan ABK,
penggunaan hasil-hasil penelitian, sistem program appraisal, Internal Rate of Return
IRR, pengembangan investasi, pendapatan dan tingkat kesejahteraan karyawan.
Berdasarkan analisis SMART sensitivitas, diperoleh komponen yang kritis dan sangat penting dalam penilaian indikator kinerja perikanan tangkap tuna
Tabel 23.
102
Tabel 23 Komponen indikator yang kritis dan sangat penting dalam penilaian kinerja perikanan tuna terpadu
No Komponen Indikator
Tingkat Sensitivitas
1 Pendapatan
Kritis 2
Komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan Kritis
3 Kelancaran komunikasi
Kritis 4
Ketersediaan listrik Kritis
5 Ketersediaan air untuk industri
Kritis 6
Tingkat pendidikan Kritis
7 Risiko kecelakaan
Kritis 8
Penggunaan teknologi Kritis
9 Pelatihan ABK
Kritis 10
Penggunaan hasil-hasil penelitian Kritis
11 Sistem program appraisal
Kritis 12
Total allowable catch TAC Kritis
13 Pengelolaan limbah dari proses produksi
Kritis 14
Pengembangan investasi Kritis
15 Internal rate of return
Kritis 16
Tingkat kesejahteraan karyawan Kritis
17 Pendapatan karyawan
Kritis 18
Produksi dan Nilai produksi Sangat penting
19 Nilai ekspor
Sangat penting 20
Efektivitas penerapan hukum Sangat penting
21 Kebijakan dan Rencana Pemerintah
Sangat penting 22
Potensi sumberdaya Sangat penting
Sumber: Hasil analisis SMART sensitivitas
Selain itu terdapat komponen indikator yang penting dalam penilaian kinerja seperti disajikan dalam Tabel 24. Komponen yang kritis menggambarkan bahwa
bila salah satu komponen terabaikan dalam penilaian kinerja, maka akan berpengaruh besar terhadap kinerja perikanan tuna terpadu.
103
Tabel 24 Komponen indikator penting dalam penilaian kinerja perikanan tuna terpadu
No Komponen indikator
Tingkat sensitivitas
1 Trend investasi
Penting 2
Kontribusi terhadap Pendapatan Nasional Bruto Penting
3 Alokasi perizinan
Penting 4
Hukum dan hak kepemilikan Penting
5 Keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas kelembagaan
Penting 6
Ketersediaan transportasi Penting
7 Ketersedaiaan infrastruktur jalan
Penting 8
Jumlah karyawan darat Penting
9 Budaya bahari
Penting 10
Komposisi tangkapan Penting
11 Laju eksploitasi
Penting 12
Derajat kekuatan aturan lingkungan untuk aktivitas Penting
13 Produktivitaskapal
Penting 14
Adanya database lingkungan yang komprehensif Penting
15 Perubahan area dan kualitas habitat
Penting 16
Persepsi dan kepuasan terhadap hasil Penting
17 Nilai penjualan
Penting
Sumber: Hasil analisis SMART sensitivitas Dari komponen-komponen yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diketahui bahwa yang menjadi indikator kinerja kunci untuk perikanan tangkap tuna terpadu di Sulawesi Utara adalah indikator yang kritis, yaitu terdiri dari 17
komponen indikator seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 24. Hal ini berarti bahwa komponen-komponen ini harus tercantum dalam penilaian kinerja
perikanan terpadu. Penilaian kinerja dilakukan dengan melakukan skoring dari tiap komponen
kritis. Skoring ini didasarkan dari apa yang telah dikemukakan dalam FAO 1999 tentang indikator kinerja perikanan. Penilaian komponen-komponen indikator
Tabel 25 selanjutnya ditawarkan ke perusahaan-perusahaan perikanan yang ada di Sulawesi Utara. Komponen-komponen inilah yang menjadi penentu keberadaan
kinerja perusahaan tuna terpadu yang ada di Sulawesi Utara.
104
Tabel 25 Skoring untuk analisis kinerja perusahaan perikanan tuna terpadu
No Komponen indikator
Tingkat sensitivitas
Skoring Baik
Buruk Catatan
1 Pendapatan
Kritis 0 2
2 50 0;50-80 1;
80 2 dari pendapat- an total keluarga
2 Komitmen pemerintah
dalam implementasi kebijakan
Kritis 0 2
2 Hampir tidak ada 0;
beberapa 1; banyak 2 3
Kelancaran komunikasi Kritis
0 2 2
Tidak lancar 0; lancar 1; sangat lancar 2
4 Ketersediaan listrik
Kritis 0 2
2 Tidak tersedia 0;
sering padam 1;lancar 2 5
Ketersediaan air untuk industri
Kritis 0 2
2 Tidak tersedia 0;
kurang lancar 1;lancar 2 6
Tingkat pendidikan Kritis
0 2 2
di bawah rata-rata 0; sama 1; di atas 2
7 Risiko kecelakaan
Kritis 0 1
1 rendah 1; tinggi 0
8 Penggunaan teknologi
Kritis 0 1
1 ada 1; tidak ada 0
9 Pelatihan ABK
Kritis 0 1
1 ada 1; tidak ada 0
10 Penggunaan hasil-hasil
penelitian Kritis
0 1 1
ada 1; tidak ada 0 11
Sistem program appraisal Kritis
0 1 1
ada 1; tidak ada 0 12
Total allowable catch TAC
Kritis 0 2
2 2 di bawah TAC;
1 sama dengan TAC 0 Melampaui TAC
13 Pengelolaan limbah dari
proses produksi Kritis
0 1 1
ada 1; tidak 0 14
Pengembangan investasi Kritis
0 1 1
ada 1; tidak 0 15
Internal rate of return Kritis
0 2 2
IRR 1 2; IRR =1 1; IRR 1 0
16 Tingkat kesejahteraan
karyawan Kritis
0 1 1
Terpenuhi 1; tidak terpenuhi 0
17 Pendapatan karyawan
Kritis 0 2
2 UMR 2; = UMR 1;
UMR 0
Komponen indikator menguraikan unsur-unsur yang menjadi bagian yang akan dinilai dengan menggunakan skoring, sesuai dengan keadaan yang ada.
Skoring berada pada rentang baik dan buruk. Tingkat sensitivitas menggambarkan keadaan unsur yang dinilai. Penilaian pada tingkat sensitivitas yang kritis
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut adalah unsur yang sangat menentukan dalam penilaian terhadap perusahaan ataupun usaha yang ada. Skoring yang
diperoleh disesuaikan dengan catatan dari masing-masing unsur yang dinilai. Dalam penilaian ini terdapat penilaian langsung maupun tidak langsung. Penilaian
langsung adalah penilaian yang berkaitan langsung dengan objek perusahaan atau usaha dalam hal ini adalah input terkontrol dan output yang diinginkan,
sedangkan penilaian tidak langsung adalah penilaian yang didasarkan pada
105
keadaan yang berada di luar kemampuan perusahaanusaha atau input tidak terkontrol dan output yang tidak diharapkan.
Penilaian ini diuji-cobakan pada beberapa perusahaan perikanan yang berkedudukan di Bitung. Hasil penilaian dari 18 perusahaan perikanan terpadu
yang ada di Sulawesi Utara disajikan pada Gambar 37, dengan nama-nama perusahaan disertai dengan komponen penilaian disajikan pada Lampiran 15.
Gambar 37 Hasil skoring indikator kinerja pada perusahaan perikanan yang ada di Sulawesi Utara
Dalam Gambar 37, nilai AKPI Augmented Key Performance Indicators masing-masing perusahaan menunjukkan bahwa terdapat tiga kriteria kinerja
perikanan, yaitu kinerja yang baik, kinerja cukup baik dan kinerja cukup. Kinerja yang baik dengan nilai AKPI lebih besar dari 75 ditemukan pada 2 perusahaan, 14
perusahaan mempunyai nilai AKPI pada rentang antara 60 hingga 75 dan 2 perusahaan mempunyai nilai AKPI yang kurang dari 60. Berdasarkan kriteria
kinerja yang dikemukakan oleh Gonzales 2006 diketahui bahwa kinerja di bawah 10 berada sangat di bawah rata-rata, antara 10 hingga kurang dari 30
berada di bawah rata-rata, antara 10 hingga kurang dari 70 dinyatakan sebagai
106
kinerja yang rata-rata, antara 70 hingga kurang dari 90 dinyatakan berada di atas rata-rata dan kinerja 90 hingga 100 dinyatakan secara signifikan di atas rata-rata
Dengan demikian, maka hanya dua perusahaan yang kinerjanya berada di atas rata-rata.
Perusahaan Pathemang raya bergerak di bidang penangkapan tuna dengan menggunakan alat tangkap purse seine. Hasil tangkapannya dijual ke perusahaan
Sinar Pure Food yang kemudian hasil tangkapan tuna tersebut dioleh menjadi produk ikan kaleng yang dijual ke pasar Eropa.
Perusahaan Aneka Loka Indo Utama bergerak dalam bidang penangkapan dengan menggunakan alat tangkap longline yang mempunyai jumlah armada
sebanyak 43 buah. Perusahaan ini telah lebih dari 20 tahun melakukan aktivitas penangkapan dengan longline di wilayah pengelolaan 716. Hasil tangkapannya
dijual ke perusahaan Bitung Mina Utama. Perusahaan Bitung Mina Utama mengolah bahan baku tuna yang dibeli tersebut ke bentuk produk beku dan segar.
Kemudian produk ini dijual ke pasar Taiwan, Jepang dan terakhir telah membuka jalur pemasaran ke Amerika Serikat.
5.3 Formulasi Indikator Kinerja Kunci Sebagai Standar Evaluasi