14
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian Fitriani 2003 berdasarkan uji Chow dengan membandingkan parameter dari fungsi produksi peternak mitra dan peternak mandiri, diperoleh
nilai F-statistik sebesar -0,03632. Hal ini menunjukan bahwa parameter dari kedua persamaan regresi tersebut tidak berbeda. Secara umum, peternak mitra tidak
lebih baik dibandingkan peternak mendiri dalam beternak ayam broiler. Namun dari nilai elastisitas produksi menunjukkan bahwa pengunaan bibit, biaya obat-
obatan, pengalaman beternak, dan umur jual peternak mitra lebih responsif terhadap produksi dibandingkan peternak mandiri. Dari ukuran elastisitas tersebut,
maka penggunaan jumlah satuan fisik yang sama dalam input produksi akan memberikan tingkat produksi yang lebih tinggi bagi peternak mitra daripada
peternak mandiri. Penggunaan faktor-faktor produksi baik peternak mitra maupun peternak
mandiri belum mencapai kondisi efisien, karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Hal ini menunjukan peternak mitra tidak lebih efisien dibandingkan
peternak mandiri dalam penggunaaan input produksi. Dari analisis imbangan penerimaan dan biaya RC Ratio diketahui bahwa RC ratio atas biaya tunai dan
RC ratio atas biaya total peternak mitra sebesar 1,79 dan 1,21. Sedangkan peternak mandiri memiliki RC ratio atas biaya tunai dan RC ratio atas biaya
total lebih rendah yaitu sebesar 1,03 dan 1,02. Artinya kegiatan usaha ternak oleh peternak mitra relatif lebih efisien dibandingkan usaha ternak oleh peternak
mandiri. Hal ini karena peternak mitra memiliki penerimaan yang relatif stabil dibandingkan peternak mandiri yang bergantung pada harga pasar.
15 Penelitian yang dilakukan oleh Murjoko 2004 menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang memengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan starter dan finisher, tenaga kerja, OVK obat, vitamin, vaksin, pemanas
gasolec, dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan
bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji-t, faktor produksi bibit
DOC, pakan, tenaga kerja, dan OVK berpengaruh nyata positif pada taraf 99 persen, sedangkan faktor produksi pemanas gasolec dan mortalitas tidak
berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Kusuma 2005 menjelaskan kondisi usaha ternak yang
digunakan oleh peternak probiotik dan non probiotik dengan model fungsi produksi. Model tersebut menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas karena
pada model ini, biasa ditemui adanya masalah multikolinear. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksinya menunjukkan bahwa penggunaan bibit, pakan, dan
pemanas oleh peternak probiotik lebih responsif terhadap produksi dibanding peternak non probotik. Sedangkan penggunaan tenaga kerja dan obat-obatan oleh
peternak non probiotik lebih responsif terhadap produksinya. Penggunaan probiotik terbukti mampu menekan penggunaan jumlah
pakan, hal ini dapat dilihat dari nilai feed convertion ratio FCR pada peternak probiotik lebih rendah dibandingkan dengan peternak non probiotik. Penggunaan
faktor produksi baik peternak probiotik maupun peternak non probiotik belum
16 efisien. Karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Hal ini
menunjukkan peternak non probiotik dalam penggunaan input produksi. Dari hasil analisis imbangan penerimaan dari biaya RC ratio diketahui
bahwa RC ratio atas biaya tunai dan RC ratio atas biaya total peternak probiotik sebesar 1,18 dan 1,17. Sedangkan peternak non probiotik memiliki RC ratio atas
biaya tunai dan RC ratio atas biaya total lebih rendah yaitu sebesar 1,15 dan 1,14. Artinya kegiatan usaha ternak yang dilakukan oleh peternak probiotik
memperoleh penerimaan lebih besar dibandingkan penerimaan peternak non probiotik.
Penelitian Yunus 2009 menjelaskan efisiensi dalam usaha sangat menentukan keberhasilan pengelolaan usaha peternakan ayam ras pedaging agar
mampu menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar dan sekaligus membuka peluang kesempatan kerja serta memberikan pendapatan bagi peternak
pola kemitraan dan mandiri. Analisis efisiensi teknis yang dicapai peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan adalah sebesar 0,868. Selain dipengaruhi secara
nyata oleh faktor produksi bibit, pakan, vaksin, obat, dan vitamin, tenaga kerja, dan bahan bakar, namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi, dan
secara nyata pa da α=10 persen memengaruhi efisiensi secara teknis adalah tingkat
umur peternak, dimana peternak berusia muda memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, maka menambah efisiensi teknis, sedangkan faktor pengalaman,
jenis kelamin, dan tingkat pendidikan walaupun tidak berpengaruh secara nyata namun menunjukkan hubungan yang sesuai terhadap pencapaian tingkat efisiensi
teknis.
17 Pencapaian efisiensi hargaalokatif dan efisiensi ekonomi pada peternak
pola kemitraan sebesar 1,816 dan 1,587, sedangkan efisiensi hargaalokatif peternak mandiri adalah sebesar 1,838 dan efisiensi ekonomis sebesar 1.593.
Secara keseluruhan kedua usaha ternak tersebut belum mencapai tingkat efisiensi frontier. Namun bagi peternak pola kemitraan efisiensi hargaalokatif dan efisiensi
ekonomis tidak menjadi suatu hal penting yang harus dicapai karena pada usaha ternak pola kemitraan harga input dan harga output ditentukan oleh pihak inti
perusahaan dan peternak hanya menerima saja. Lain halnya dengan peternak mandiri yang dengan bebas dapat memilih alternatif harga faktor-faktor produksi
yang digunakan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Fungsi Produksi
Mubyarto 1989 mendefiniskan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik output dengan faktor
produksi input. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut:
Y = f X
1
,X
2
,X
3
, ... , X
n
............................................................................. 3.1 Dimana:
Y = Hasil produksi fisik
X
1
,X
2
,..., X
n
= Faktor-faktor produksi Faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu: 1 faktor yang sifatnya tidak habis dalam satu proses produksi yang dinamakan faktor produksi tetap, seperti tanah dan bangunan; 2
faktor produksi yang sifatnya habis dipakai dalam satu proses produksi yang dinamakan faktor produksi variabel, seperti pakan, pupuk, dan obat-obatan. Selain
itu faktor produksi yang digunakan dalam usahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1 dapat dikuasai petani, seperti luas tanah, pupuk, jumlah pakan, obat-
obatan, tenaga kerja, dan lainnya; 2 yang tidak dapat dikuasai oleh petani, seperti iklim dan penyakit.
Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi yaitu Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang The Law of Deminishing
Return. Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang mempunyai pengertian