Deskripsi Umum Beras 1 Gambaran Umum Komoditi

13 merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah : 1 Sekam atau merang, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. 2 Bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak. 3 Dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil untuk makanan ternak. Nasi adalah beras atau kadang-kadang serealia lain yang telah direbus dan ditanak. Proses perebusan beras dikenal juga sebagai tim. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensi. Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan menghasilkan bubur. Warna nasi yang telah masak tanak berbeda-beda tergantung dari jenis beras yang digunakan. Warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna beras. Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Ketan yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras Jepang japonica untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15 persen sehingga lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropika, yang kadar amilosa sekitar 20 persen. Beras dengan kadar amilosa lebih dari 24 persen akan menghasilkan nasi yang pera tidak lekat, keras, dan mudah terpisah-pisah. Keanekaragaman tipe berasnasi : 1 Padi Pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20 persen pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasi. 2 Ketan sticky rice, baik yang putih maupun merahhitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah satu persen pada pati berasnya. Pati didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat. 3 Padi Wangi aromatic rice dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi. 14

2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Tataniaga

Hasil kesimpulan penelitian-penelitian yang terdahulu sebagai dasar untuk melakukan penelitian di masa sekarang dengan mengkorelasikan keterkaitan penelitian terdahulu terhadap penelitian yang akan dibahas. Penelitian ini berjudul “Analisis Tataniaga Padi Varietas Ciherang di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ” maka untuk mengetahui tingkat kepentingan penelitian ini diyakinkan oleh penelitian Hatta Madia Kusumah 2011 yang mengangkat judul penelitian Analisis Tataniaga Beras di Indonesia Kasus : Jawa Barat dan Sulawesi Selatan sehingga sistem tataniaga beras di Indonesia pada kesimpulan dapat dianalisis untuk menuju sistem tataniaga beras yang efektif dan efisien walaupun di lingkup Jawa Barat dan Sulewesi Selatan yang termasuk sebagian wilayah Indonesia yang otomatis hasil penelitian membantu para pelaku mengevalusi sistem tataniaga sehingga memperoleh keuntungan yang merata. Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional Kasus : Varietas pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang merupakan judul penelitian yang dibahas oleh Juniasti Zalukhu pada tahun 2009 yang telah menggunakan teknologi System of Rice Intensification SRI namun pada Kecamatan Pamijahan masih tahap semi SRI atau trend yang dikembangkan yaitu petani tanaman terpadu melalui sekolah lapang terpadu yang dipantau oleh Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan BP3K sebagai kelembagaan petani yang memberi konsultasi, informasi, tempat berkumpul penyuluh, dan memberikan pengaplikasian teknologi yang berkaitan dengan sumber daya manusia SDM, sehingga sistem tataniaga padi pada penelitian Juniasti Zalukhu dengan penelitian ini mungkin akan ditemukan perbedaan saluran-saluran tataniaga padi yang dapat dikarenakan hasil panen padi dipengaruhi juga oleh perbedaan antara penggunaan teknologi SRI dan semi SRI. Penelitian di Kecamatan Pamijahan pada tahun 2012 ini menunjukkan bahwa penelitian terdahulu kurang cukup menganalisis secara luas di daerah tersebut dan hasil penelitian yang berkesimpulan memberikan rekomendasi dalam memperbarui usahatani dan tataniaga padi tidak terealisasi dalam mentransferkan pada para petani di daerah tersebut sehingga kasus sistem tataniaga yang belum efektif dan efisien masih terjadi. Informasi yang terbaru mengenai sistem 15 tataniaga di Kecamatan Pamijahan yang menghasilkan produksi padi terutama yang bersumber dari desa Gunung Sari, Ciasiahan, dan Ciasmara akan memberikan potret kecil untuk Negara Indonesia kondisi sistem tataniaga yang sedang terjadi sehingga pemerintah dapat mengambil kebijakan dalam program memperbaiki tataniaga padi yang merupakan komoditi pangan yang paling utama sebagai kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, namun tujuan paling khusus mensejahterakan petani secara merata. Hubungan Persepsi Calo Beras Terhadap Peranannya dengan Fungsinya dalam Tataniaga Beras di Pasar Induk Cipinang Rinaldi, 2002, penelitian yang dilakukan Rinaldi pada sepuluh tahun yang lalu menunjukkan pembahasan sistem tataniaga beras merupakan kajian yang harus dibahas terus menerus karena hasil kesimpulan penelitian ini dengan menggunakan uji korelasi spearman dengan hipotesa hubungan antara persepsi calo beras terhadap peranan pada fungsi-fungsi dan karakteristik personal calo berpengaruh terhadap peranan sistem tataniaga beras. Kesimpulan Rinaldi 2002 terjawab fakta ada ketidakkonsistenan para pelaku pemasaran komoditi beras sehingga perlu ada tindakan yang relevan maka dapat dikaitkan untuk penelitian sekarang dalam memperhatikan dan menganalisis secara tahap demi tahap peranan pelaku-pelaku pemasaran tataniaga sudah berdasarkan teori dan peraturan atau masih terdapat kekacauan dalam sistem tataniaga padi yang menjadikan para petani cenderung mengalami keuntungan yang sangat jauh dari keseimbangan yang diperoleh oleh setiap lembaga tataniaga. Ridwan 2008 yang menganalisis usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik menunjukkan bahwa sistem usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukan di Kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik. Usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik sama-sama menguntungkan. Berdasarkan analisis RC rasio untuk usahatani padi ramah lingkungan diperoleh bahwa biaya tunai sebesar 2,392 untuk pemilik petani. Petani pemilik usahatani padi anorganik hanya sebesar 2,275 yang menunjukkan dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan petani pemilik usahatani padi anorganik sehingga usahatani padi ramah lingkungan lebih layak sebagai pola yang harus diterapkan pada usahatani petani-