Konsep Lembaga, Fungsi dan Saluran Tataniaga

25 Hal ini berakibat semakin banyaknya marjin tataniaga sehingga harga yang diterima petani farmer’s share semakin kecil. Farmer’s share juga digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua yaitu untuk mengetahui tingkat efisiensi dari sistem tataniaga Salak Pondoh di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman berdasarkan besarnya perolehan share yang didapatkan petani. Secara umum, rumus farmer’s share adalah sebagai berikut: ST f r x 00

3.1.6 Konsep Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Rasio keuntungan terhadap biaya merupakan keuntungan yang diperoleh atas biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tataniaga. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya merupakan indikator terakhir untuk mengetahui efisiensi dari usahatani Salak Pondoh di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman sehingga tujuan penelitian kedua sepenuhnya dapat terjawab.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Sleman memiliki luas wilayah 57.482 ha atau sekitar 18 dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti halnya dengan daerah lain, Kabupaten Sleman juga memiliki potensi unggulan di bidang pertanian, industri, wisata dan investasi. Salah satu komoditi pertanian yang paling menonjol di Kabupaten Sleman adalah Salak Pondoh. Daerah penghasil Salak Pondoh terbesar di Kabupaten Sleman yaitu Desa Wonokerto, Kecamatan Turi. Sebagian besar masyarakat Desa Wonokerto memiliki mata pencaharian sebagai petani Salak Pondoh dengan cara mengolah lahan milik sendiri atau sebagai buruh yang bekerja merawat kebun milik orang lain. Berdasarkan pengamatan di lapang, diketahui bahwa panen raya Salak Pondoh umumnya terjadi pada bulan Desember hingga Februari. Saat itu, produksi Salak Pondoh sangat berlimpah yang berakibat pada penurunan harga komoditas tersebut menjadi Rp2 000 –3 000 per kg. Selain itu, terjadi ketimpangan harga yang diterima petani Salak Pondoh dengan harga 26 yang diterima konsumen. Petani hanya berperan sebagai price taker yang tidak memiliki andil dalam penentuan harga komoditas tersebut. Kondisi ini menyebabkan rendahnya kesejahteraan petani Salak Pondoh di Desa Wonokerto. Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka perlu dilakukan analisis sistem tataniaga Salak Pondoh secara menyeluruh menggunakan 2 alat analisis, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif untuk mengidentifikasi lembaga apa saja yang berperan dalam proses tataniaga beserta fungsi-fungsi dari tataniaga yang meliputi fungsi fisik, fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas. Kedua, analisis deskriptif juga dipilih sebagai alat dalam menentukan berbagai macam saluran tataniaga dan banyaknya Salak Pondoh yang dijual pada setiap saluran. Selain analisis kualitatif, penelitian ini juga menggunakan analisis kuantitatif melalui pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Marjin tataniaga digunakan untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir dengan kata lain yaitu selisih harga jual dengan harga beli. Farmer’s share digunakan untuk mengukur besarnya harga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase . Analisis kuantitatif terakhir adalah rasio keuntungan terhadap biaya ⁄ . Semakin merata penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya dalam aktivitas tataniaga, maka akan semakin efisien sistem tataniaga tersebut. Hasil dari penelitian ini nantinya akan direkomendasikan kepada pemerintah daerah setempat sebagai bahan pertimbangan untuk membantu mengarahkan petani produsen Salak Pondoh agar tepat dalam menyalurkan produknya sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Ringkasan proses penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 27 Gambar 3 Kerangka Operasional Analisis Tataniaga Salak Pondoh di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Sentra produksi Salak Pondoh DIYberada di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman 1. Harga Salak Pondoh ketika panen murah 2. Petani hanya sebagai price taker 3. Terdapat perbedaan harga yang tinggi antara petani produsen dengan konsumen 1. Menganalisis lembaga, fungsi dan saluran tataniaga Salak Pondoh Analisis Kualitatif 1. Analisis lembaga, fungsidan saluran tataniaga Salak Pondoh Analisis Kuantitatif 1. Analisis marjin tataniaga 2. Analisis farmer’s share 3. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya Saluran tataniaga Salak Pondoh yang efisien 2. Menganalisis efisiensi sistem tataniaga Salak Pondoh 28

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi diambil secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Wonokerto merupakan salah satu sentra produksi salak pondoh di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Waktu pengambilan data primer penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dengan pihak terkait, diantaranya petani produsen Salak Pondoh, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, supplier swalayan Carrefour dan Mitra Turindo yaitu kelompok tani pengekspor Salak Pondoh ke China. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Nasional, Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Sleman, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, kantor Kecamatan Turi, Balai Desa Wonokerto serta penyuluh pertanian. Sebagai pelengkap dalam memperoleh informasi digunakan pula bahan pustaka seperti jurnal, skripsi, buku dan internet.

4.3 Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung responden petani sebanyak 35dan responden lembaga tataniaga berjumlah 12 respondenorangmenggunakan kuesioner dengan metode snowball sampling mengikuti alur tataniaga berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani hingga ke pedagang pengecer. Pada saluran 1-3, proses wawancara dimulai dari pedagang pengumpul lalu petanidan selanjutnya mengikuti alur yang ada, sedangkan pada saluran 4 dan 5,proseswawancara diawali dari petani hingga ke lembaga tataniaga berikutnya. 29

4.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan lembaga, fungsi, saluran serta struktur pasar dan perilaku dari sistem tataniaga Salak Pondoh. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui marjin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya.

4.4.1 Analisis Lembaga, Fungsi dan Saluran Tataniaga

Analisis lembaga tataniaga digunakan untuk mengetahui siapa saja pelaku yang terlibat dalam proses penyaluran produk pertanian dari produsen hingga konsumen akhir. Setiap lembaga melakukan aktivitas yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya masing-masing, baik itu fungsi pertukaran penjualan dan pembelian, fungsi fisik penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, fungsi fasilitas standardisasi dan grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Selain bertugas sebagai penyalur produk pertanian, lembaga tataniaga juga berfungsi sebagai penghubung informasi dan peningkatan nilai guna dari suatu barang atau jasa yang terdiri dari nilai guna bentuk, tempat, waktu dan pemilikan. Adanya lembaga-lembaga yang menjalankan sistem tataniaga nantinya akan menghasilkan beberapa saluran tataniaga Salak Pondoh di Desa Wonokerto. Saluran tataniaga didefinisikan sebagai rangkaian dari berbagai lembaga yang dilalui barang dalam penyalurannya dari produsen ke konsumen. Panjang pendeknya saluran tataniaga ditentukan oleh banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat.

4.4.2 Analisis Efisiensi Tataniaga

Analisis efisiensi tataniaga digunakan untuk mengukur tingkat kepuasaan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan barang atau jasa mulai dari petani sampai konsumen akhir Asmarantaka 2012. Ada tiga alat analisis untuk menentukan efisiensi tataniaga diantaranya menggunakan analisis marjin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.