Saluran Tataniaga I Saluran Tataniaga Salak Pondoh

56 Tabel 17 menunjukkan hasil dari perhitungan marjin setiap lembaga. Marjin tataniaga dapat diperoleh dengan cara mengurangkan harga jual dengan harga beli untuk masing-masing lembaga tataniaga. Selain itu, marjin tataniaga dapat dihasilkan dengan cara menjumlahkan biaya-biaya dan keuntungan setiap lembaga yang terlibat, meliputi petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga diantaranya biaya penyimpanan, pengemasan, transportasi, sortasi, bongkar muat, penyusutan, retribusi dan tenaga kerja. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa saluran yang menjual Salak Pondoh grade A, grade B dan grade C adalah saluran tataniaga I dan II. Saluran tataniaga III menjual Salak Pondoh grade A dan B sedangkan saluran tataniaga IV dan V hanya melakukan penjualan untuk Salak Pondoh grade A. Masing-masing lembaga tataniaga yang ada pada setiap saluran memperoleh marjin yang berbeda- beda. Pada saluran I, pedagang pengumpul membeli Salak Pondoh tanpa grade sebesar Rp 2 176 per kg kemudian mereka menjual kembali ke pedagang pengecer Pasar Turi secara terpisah. Grade A dijual dengan harga Rp 4 000 per kg, grade B adalah Rp 2 650 per kg dan grade C seharga Rp 2 200 per kg, sehingga diperoleh rata-rata penjualan sebesar Rp 2 950 per kg. Biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk memasarkan salaknya adalah Rp 447.03 per kg sehingga total marjin yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp 2 322 per kg. Pedagang pengecer menerima harga rata-rata dari semua grade sebesar Rp2 950 per kg kemudian mereka menjual ke konsumen akhir untuk Salak Pondoh grade A yakni Rp 5 000 per kg, grade B Rp 4 000 per kg dan grade C Rp 2 500 per kg. Total biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer adalah Rp 130.62 per kg sehingga besaran marjin yang didapatkan lembaga tersebut adalah Rp 2 650 per kg. Melihat uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada saluran tataniaga I, marjin terbesar diperoleh pedagang pengecer. Pada saluran II, pedagang pengumpul membeli Salak Pondoh dari petani seharga Rp 2 000 per kg lalu mereka menjual kepada pedagang besar di Pasar Giwangan dengan harga Rp 3 500 per kg grade A dan B, sedangkan grade C dijual sebesar Rp 2 100 per kg dan diperoleh harga penjualan rata-rata yaitu sebesar Rp 3 033.33 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul 57 untuk mendistribusikan keseluruhan Salak Pondoh sampai ke pedagang besar adalah Rp 805.67 per kg sehingga diperoleh marjin sebesar Rp 3 100 per kg. Pedagang besar kemudian menjual kembali salak tersebut kepada pedagang pengecer di pasar yang sama dengan harga berbeda-beda dari grade A hingga grade C berturut-turut adalah Rp 5 000 per kg, Rp 4 500 per kg dan Rp 3 000 per kg sehingga diperoleh rata-rata penjualan sebesar Rp 4 166.67 per kg. Pedagang besar mengeluarkan biaya sebesar Rp 353.80 per kg Salak Pondoh sehingga total marjin yang diterima lembaga tersebut adalah Rp 3 400 per kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer relatif lebih kecil yaitu Rp 341.55 per kg. Harga jual dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir setiap grade berbeda yakni sebesar Rp 5 500 per kg grade A, Rp 5 000 per kg grade B dan Rp 3 500 per kg grade C sehingga diperoleh yakni Rp 2 500 per kg. Berdasarkan informasi yang telah dijelaskan maka diperoleh kesimpulan bahwa pada saluran tataniaga II, perolehan marjin tataniaga terbesar ada pada pedagang besar. Pada saluran tataniaga III, pedagang pengecer mengambil Salak Pondoh dari petani dengan harga Rp 5 750 per kg lalu mereka melakukan proses grading untuk dijual kepada konsumen akhir yang ada di Pasar Sunmor dan Pasar Turi. Harga yang ditetapkan oleh pedagang pengecer untuk dijual kepada konsumen akhir adalah Rp 8 000 per kg grade A dan Rp 7 000 per kg grade B. Total biaya yang harus dikeluarkan pedagang pengecer mencapai Rp 187.50 per kg dan marjin yang diperoleh sebesar Rp 3 500 per kg. Saluran tataniaga IV merupakan saluran yang memiliki wilayah pemasaran paling luas yakni ke China. Pada saluran ini, petani menjual Salak Pondoh hanya grade A dengan harga Rp 7 000 per kg kepada Paguyuban Mitra Turindo yang dalam saluran ini dianggap sebagai pedagang besar. Mitra Turindo kemudian menjual kembali salak tersebut kepada eksportir yaitu PT.AMS sebesar Rp 7 500 per kg. Biaya yang dikeluarkan Mitra Turindo yakni Rp 100 per kg dan marjin yang diperoleh adalah Rp 500 per kg. Pada saluran ini peneliti tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya tataniaga yang dikeluarkan PT.AMS untuk mengirimkan Salak Pondoh ke China, namun dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut menjual produknya kepada