Karakteristik Wilayah GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

39 SMAsederajat sebanyak 5 orang 41.67dan 1 orang 8.33 yang menuntut ilmu sampai ke perguruan tinggi. Hal ini berbeda dengan petani yang mayoritas menuntut ilmu hanya mampu sampai sekolah dasar SD. Karakteristik terakhir ditentukan oleh lama berdagang Salak Pondoh. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pedagang responden paling banyak memiliki pengalaman selama 16-25 tahun dan lebih dari 36 tahun dengan masing-masing sebanyak 4 orang 33.33. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang telah lama berdagang cenderung lebih menguasai pasar. Data lengkap responden lembaga tataniaga dapat dilihat di Lampiran 3.

5.4 Gambaran Umum Usahatani Salak Pondoh di Desa Wonokerto

Salak Pondoh termasuk dalam tanaman yang dapat diperbanyak dengan biji generatif atau melalui tunas anakan vegetatif, namun mayoritas penduduk Desa Wonokerto mengembangbiakkan Salak Pondoh secara vegetatif dengan cara dicangkok. Keuntungan mencangkok yaitu: 1 tanaman yang diperoleh bersifat sama dengan pohon induknya; 2 kelamin tanaman dapat dipastikan terlebih dahulu; 3 jangka waktu berbunga dan berbuah lebih cepat dan 4 buah yang diperoleh lebih seragam. Penanaman Salak Pondoh dimulai dengan proses pengolahan tanah agar tanah menjadi l gembur, lalu pembersihan tanaman dari gulma serta pencangkulan sedalam ±30 cm. Proses ini dilakukan 3-4 minggu sebelum waktu tanam. Selanjutnya yaitu pembuatan bedengan yang berukuran lebar 200-250 cm, tinggi 30 cm, panjangya menyesuaikan kondisi lapang dan jarak antar bedengan 60-80 cm. Masukkan pupuk kandang di dalam tanah dan ditunggu selama dua minggu, kemudian pembuatan lubang tanam dengan panjang 30 cm, lebar 30 cm, kedalaman 30 cm dan jarak tanam 2x2 meter atau 2.5x2.5 meter. Proses selanjutnya yaitu memasukkan bibit cangkokan ke dalam lubang tanam dengan perlahan agar tidak roboh. Perbandingan jumlah tanaman jantan dan betina dalam satu kebun adalah 1:10. Waktu penanaman Salak Pondoh yang baik adalah sore hari di bulan November –Desember. Hal ini dilakukan untuk mengurangi proses penguapan dan agar tanaman tidak kekurangan air. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan yang meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan serta pengendalian hama 40 dan penyakit. Penyulaman bertujuan untuk mengetahui jumlah tanaman yang sesungguhnya, penyiangan yaitu pemangkasan gulma agar pertumbuhan Salak Pondoh tidak terhambat, pembumbunan ialah proses pencangkulan tanah di sekeliling rumpun untuk mencegah air menggenang, pemupukan dilakukan dengan menggunakan organik dan anorganik. Pupuk organik berasal dari kotoran ternak masyarakat setempat sedangkan pupuk anorganik yang biasa dipakai adalah pupuk urea dan phonska. Menurut informasi dari petani setempat, pupuk phonska digunakan dua kali dalam setahun bersamaan dengan pupuk kandang sedangkan pupuk urea digunakan satu kali dalam setahun. Mayoritas petani Desa Wonokerto memilih untuk menggunakan pupuk kandang karena buah yang dihasilkan akan tahan lama dan rasanya lebih manis. Hama yang biasa mengganggu adalah ulat penggulung daun Hidari sp yang memakan daun-daun salak, namun hal ini bisa diatasi dengan memberi obat Diasona, Kolatel serta menanam pohon manding di dekat tanaman Salak Pondoh. Tanaman Salak Pondoh mulai berbuah ketika berumur tiga tahun dihitung dari awal masa tanam dan sudah siap panen setelah 6-7 bulan sejak penyerbukan. Upah tenaga kerja untuk merawat kebun salak sebesar Rp 25 000-30 000 dengan waktu bekerja lima jam per hari. Petani hanya mengeluarkan modal untuk membeli bibit dan pupuk sedangkan lahan mereka dapatkan dari warisan. Harga bibit cangkokan adalah Rp 3 000-3 500 per batang dan harga pupuk kandang sebesar Rp 250 000 per truck. Proses pengairan dilakukan petani dengan cara membuat pipa pengairan yang bersumber dari mata air. Modal pembelian bibit dan pupuk berasal dari uang pribadi petani sedangkan pembangunan pipa diperoleh dengan cara swadaya. Program Dinas Pertanian daerah setempat sebagai upaya meningkatkan kualitas Salak Pondoh diantaranya Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT yang dilaksanakan rutin selama 12 kali pertemuan, setelah itu dilakukan proses monitoring sekali dalam setahun untuk menjaga konsistensi dari para petani dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan. Kalangan akademisi juga aktif memberi pelatihan kepada para petani, khususnya Kelompok Tani Wanita KWT tentang cara mengolah Salak Pondoh menjadi produk lain untuk meningkatkan nilai tambah bagi komoditas itu sendiri. 41

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Lembaga, Fungsi dan Saluran Tataniaga 6.1.1 Lembaga Tataniaga Pihak-pihak yang terlibat dalam tataniaga komoditas Salak Pondoh di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman meliputi petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Petani adalah penduduk Desa Wonokerto yang menggarap kebunnya dan menghasilkan Salak Pondoh untuk dijual ke lembaga tataniaga selanjutnya. Petani yang menjadi responden adalah mereka yang melakukan aktivitas pemanenan pada bulan Januari-Februari 2014. 2. Pedagang pengumpul yaitu lembaga tataniaga yang bertempat tinggal di Kecamatan Turi dan membeli Salak Pondoh dari petani produsen dalam jumlah tertentu kemudian menjualnya ke pedagang besar atau pengecer. Pedagang pengumpul menguasai informasi pasar sehingga mempunyai kekuatan dalam menentukan harga Salak Pondoh. 3. Pedagang besar yakni seseorang yang melakukan aktivitas pembelian komoditas Salak Pondoh dari pedagang pengumpul atau langsung melalui Gabungan Kelompok Tani Gapoktan. Terdapat tiga pedagang besar dalam tataniaga komoditas ini diantaranya pedagang besar di Pasar Giwangan, pedagang besar yang menjadi supplier swalayan Carrefour dan pedagang besar yang mengumpulkan produk dari Gapoktan kemudian diserahkan kepada eksportir dan selanjutnya dikirim ke China. 4. Pedagang pengecer ialah lembaga tataniaga terakhir yang bertugas memasarkan Salak Pondoh hingga sampai ke tangan konsumen, terdiri dari tiga pedagang pengecer lokal dan satu pedagang pengecer non lokal. Pedagang pengecer lokal adalah mereka yang melakukan aktivitas jual beli di Kabupaten Sleman Pasar Tempel, Turi dan Sunmor sedangkan pedagang pengecer non lokal yaitu seseorang yang menjual Salak Pondoh di luar Kabupaten Sleman Pasar Giwangan.