Saluran Tataniaga II Saluran Tataniaga Salak Pondoh

57 untuk mendistribusikan keseluruhan Salak Pondoh sampai ke pedagang besar adalah Rp 805.67 per kg sehingga diperoleh marjin sebesar Rp 3 100 per kg. Pedagang besar kemudian menjual kembali salak tersebut kepada pedagang pengecer di pasar yang sama dengan harga berbeda-beda dari grade A hingga grade C berturut-turut adalah Rp 5 000 per kg, Rp 4 500 per kg dan Rp 3 000 per kg sehingga diperoleh rata-rata penjualan sebesar Rp 4 166.67 per kg. Pedagang besar mengeluarkan biaya sebesar Rp 353.80 per kg Salak Pondoh sehingga total marjin yang diterima lembaga tersebut adalah Rp 3 400 per kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer relatif lebih kecil yaitu Rp 341.55 per kg. Harga jual dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir setiap grade berbeda yakni sebesar Rp 5 500 per kg grade A, Rp 5 000 per kg grade B dan Rp 3 500 per kg grade C sehingga diperoleh yakni Rp 2 500 per kg. Berdasarkan informasi yang telah dijelaskan maka diperoleh kesimpulan bahwa pada saluran tataniaga II, perolehan marjin tataniaga terbesar ada pada pedagang besar. Pada saluran tataniaga III, pedagang pengecer mengambil Salak Pondoh dari petani dengan harga Rp 5 750 per kg lalu mereka melakukan proses grading untuk dijual kepada konsumen akhir yang ada di Pasar Sunmor dan Pasar Turi. Harga yang ditetapkan oleh pedagang pengecer untuk dijual kepada konsumen akhir adalah Rp 8 000 per kg grade A dan Rp 7 000 per kg grade B. Total biaya yang harus dikeluarkan pedagang pengecer mencapai Rp 187.50 per kg dan marjin yang diperoleh sebesar Rp 3 500 per kg. Saluran tataniaga IV merupakan saluran yang memiliki wilayah pemasaran paling luas yakni ke China. Pada saluran ini, petani menjual Salak Pondoh hanya grade A dengan harga Rp 7 000 per kg kepada Paguyuban Mitra Turindo yang dalam saluran ini dianggap sebagai pedagang besar. Mitra Turindo kemudian menjual kembali salak tersebut kepada eksportir yaitu PT.AMS sebesar Rp 7 500 per kg. Biaya yang dikeluarkan Mitra Turindo yakni Rp 100 per kg dan marjin yang diperoleh adalah Rp 500 per kg. Pada saluran ini peneliti tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya tataniaga yang dikeluarkan PT.AMS untuk mengirimkan Salak Pondoh ke China, namun dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut menjual produknya kepada 58 importir dengan harga Rp 40 000 per kg dan pada konsumen akhir Salak Pondoh dijual Rp 90 000 per 6 buah. Sama halnya dengan saluran tataniaga IV, pedagang besar pada saluran V juga dalam hal ini adalah PT.SAS hanya menerima Salak Pondoh grade A. Lembaga ini menetapkan harga beli dari petani sebesar Rp 8 000 per kg, kemudian menjual kembali produk kepada swalayan Carrefour Jabodetabek dengan harga Rp 11 000 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PT.SAS untuk mengirimkan barangnya adalah Rp 1 232 per kg dan marjin yang diperoleh sebesar Rp 3 000 per kg. Salak Pondoh yang diterima swalayan tersebut dijual kepada konsumen akhir seharga Rp 18 850 per kg sehingga diperoleh marjin sebesar Rp 7 850 per kg. Besarnya biaya yang dikeluarkan swalayan Carrefour tidak dicantumkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh. Rincian biaya tataniaga Salak Pondoh dapat dilihat pada Lampiran 4.

6.2.2 Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan indikator kedua yang menentukan tingkat efisiensi di setiap saluran tataniaga. Farmer’s share dapat diperoleh dengan cara membandingkan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang diterima konsumen akhir dalam bentuk persentase. Hasil dari perhitungan farmer’s share dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Farmer’s share setiap Saluran dari Semua Grade pada Tataniaga Salak Pondoh di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Saluran tataniaga Harga di tingkat petani RpKg Harga di tingkat konsumen RpKg Farmersshare Saluran I 2176.00 3 833.33 56.77 Saluran II 2000.00 5 000.00 40.00 Saluran III 5750.00 7500.00 76.67 Saluran IV 7000.00 40000.00 17.50 Saluran V 8000.00 18850.00 42.44 Sumber: Data Primer diolah Tabel 18 menunjukkan bahwa farmer’s share pada saluran tataniaga I sebesar 56.77, saluran II sebesar 40.00, saluran tataniaga III sebesar 76.67, saluran IV sebesar 17.50 dan saluran tataniaga V sebesar 42.44. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa farmer’s share terbesar diperoleh pada saluran tataniaga III sedangkan farmer’s share terkecil diperoleh pada saluran