Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengumpul

51 Penyusutan disebabkan karena Salak Pondoh terlalu lama disimpan akibat tidak laku terjual. Pada saluran ini, total Salak Pondoh yang dipasarkan sebesar 9.52 ton atau 54.34 dari keseluruhan Salak Pondoh dari kelima saluran.

6.1.3.2 Saluran Tataniaga II

Saluran tataniaga II merupakan saluran terpanjang dibandingkan saluran lainnya. Petani produsen yang berjumlah enam orang mengirimkan ke tiga orang pedagang pengumpul yang ada di Kecamatan Turi dengan harga jual Rp 2 000 per kg Salak Pondoh, selanjutnya barang tersebut dikirim ke satu orang pedagang besar Pasar Giwangan non lokal yang terletak di Provinsi DIY namun berada di luar Kabupaten Sleman lalu ke pedagang pengecer yang berjumlah 1 orang. Pedagang pengumpul menjual salak tersebut dengan harga yang berbeda-beda setiap grade. Harga jual grade A dan grade B Rp 3 500 per kg, sedangkan grade C sebesar Rp 2 100 per kg. Waktu tempuh yang diperlukan untuk mengantarkan salak dari Kecamatan Turi menuju Pasar Giwangan yaitu dua jam dengan pick up atau truck.Pada saluran ini, pedagang pengumpul melakukan pengemasan menggunakan keranjang bambu seharga Rp 4 500 per buahdan peti kayu dengan harga keranjang Rp 14 000 per buah. Tenaga kerja yang dibutuhkan para pedagang pengumpul untuk menyortir dan mengemas Salak Pondoh berjumlah 2- 6 orang dengan upah yang diterima sebesar Rp 50 000 per orang. Adapun biaya tambahan lain meliputi biaya parkir Rp 5 000 dan penyusutan paling banyak sebesar 6 per keranjang. Selama musim panen, pedagang besar membutuhkan stok 1-2 ton setiap hari. Kegiatan bongkar muat dilakukan oleh tenaga kerja dengan upah Rp 35 000 per mobil, selain itu adapula uang kebersihan yang harus dibayarkan kepada pengelola Pasar Giwangan setiap bulannya sebesar Rp 20 000. Mayoritas pedagang menanggung risiko kerugian akibat buah yang busuk maksimal 6 dari setiap keranjang atau sebesar tiga kg. Pedagang pengecer menetapkan harga jual Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar non lokal Pengecer non lokal Konsumen non lokal 52 sebesar Rp 5 000 untuk grade A, Rp 4 500 untuk grade B dan Rp 3 000 untuk grade C. Lembaga terakhir dalam saluran ini adalah pedagang pengecer yang ada di Pasar Giwangan berjumlah satu orang. Pedagang tersebut mengambil salak dari pedagang besar yang ada di pasar tersebut dalam jumlah yang relatif sedikit kemudian dijual ke konsumen. Walaupun masih dalam satu lokasi, namun pedagang pengecer tetap membutuhkan tenaga kuli angkut untuk mengantarkan salaknya sampai ke tempat mereka berjualan.Setiap hari pedagang pengecer mampu membeli Salak Pondoh sebanyak 50-60 kg dengan harga jual kepada konsumen yaitu tiap grade adalah Rp 5 500, Rp 5 000 dan Rp 4 500. Adapun biaya yang diperlukan pedagang pengecer dalam menjual salaknya meliputi biaya tenaga kerja Rp 3 000 untuk sekali angkut dan retribusi pasar sebesar Rp 22 000 per bulan. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa untuk setiap keranjang Salak Pondoh umumnya akan mengalami kebusukan sebanyak tiga kg yang dihitung sebagai biaya penyusutan. Pada saluran ini, total Salak Pondoh yang dipasarkan sebesar 2.76 ton atau 15.75 dari keseluruhan Salak Pondoh dari kelima saluran.

6.1.3.3 Saluran Tataniaga III

Alur tataniaga dari saluran III berawal dari dua orang petani 5.71 kemudian diserahkan kepada duapedagang pengecer lokal yang meliputi pedagang pengecer Pasar Sunmor dan Pasar Turi yang berlokasi di Kabupaten Sleman. Dalam saluran ini, pedagang pengecer hanya menerima Salak Pondoh grade A dan grade B. Harga rata-rata yang ditetapkan petani untuk pedagang pengecer adalah Rp 5 750 sedangkan pedagang pengecer menjual salak tersebut dengan harga Rp 8 000 per kg untuk grade A dan Rp 7 000 per kg untuk grade B. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh pedagang pengecer dari dua saluran sebelumnya. Hal ini dikarenakan mayoritas pembeli dari kedua pasar tersebut merupakan masyarakat perkotaan yang memiliki kemampuan daya jual lebih tinggi dibandingkan konsumen dari pasar lain.Kedua pedagang pengecer tersebut menggunakan sepeda motor sebagai alat Petani Pengecer lokal Konsumen lokal