176
BAB
PPh PASAL 15
Ketentuan Pasal 15 Undang-Undang PPh mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau
penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang melakukan
investasi dalam bentuk bangun-guna-serah build, operate, and transfer.
A. Pengertian Norma Penghitungan Khusus
Pasal 15 Undang-Undang PPh: Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat 1 atau ayat 3 ditetapkan Menteri Keuangan. Untuk menghitung kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut,
Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus
guna menghitung besarnya penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu tersebut. B. Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bag i Wajib Pajak
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475KMK.041996, mengatur antara lain:
8
Tujuan Instruksional Khusus: 1. Mampu menjelaskan tentang Norma Penghitungan Khusus.
2. Mampu menguraikan tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri.
3. Mampu menguraikan tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri.
4. Mampu menguraikan tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran danatau Penerbangan Luar Negeri.
5. Mampu menguraikan tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Luar Negeri Yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang Di Indonesia.
6. Mampu menjelaskan tentang penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 15.
177
1. Yang dimaksud dengan: a. Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan
penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter;
b. Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang danatau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di
Indonesia danatau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri. 2. Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengangkutan orang danatau
barang bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah sebesar 1,8 dari peredaran bruto.
3. Pembayaran Pajak Penghasilan tersebut merupakan kredit pajak yang dapat diperhitungkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
C. Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri