Penyetoran dan Pelaporan Pemotongan PPh Pasal 26 Studi Kasus PPh Pasal 26 Contoh:

133 a. PT Holdindo memotong PPh Pasal 26 sebesar Rp250.000.000,00 20 x 25 x Rp5.000.000.000,00 atas penghasilan dari penjualan saham yang dibayarkan kepada Wow Way Co. b. Menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pengalihan saham tersebut paling lambat tanggal 10 Februari 2011. c. Melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 2326 Masa Pajak Januari 2011 paling lambat tanggal 21 Februari 2011. Kewajiban pemungutan PPh Pasal 26 oleh PT Indonat adalah: a. PT Indonat memungut PPh Pasal 26 sebesar Rp1.000.000.000,00 20 x 25 x Rp20.000.000.000,00 atas penghasilan dari penjualan saham yang dibayar oleh Tematek Co. kepada Wow Way Co. b. Menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipungut atas pengalihan saham tersebut paling lambat tanggal 10 Februari 2011. c. Melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 2326 Masa Pajak Januari 2011 paling lambat tanggal 21 Februari 2011.

G. Penyetoran dan Pelaporan Pemotongan PPh Pasal 26

H. Studi Kasus PPh Pasal 26 Contoh:

PT Flip Light Indonesia, sebuah perusahaan penanaman modal asing, pada tanggal 11 Mei 2011 mengumumkan pembagian dividen dari keuntungan tahun 2010, antara lain kepada: 1. Mr. Sneijder, Subjek Pajak Luar Negeri yang berdomisili di Belanda dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili sesuai dengan format yang ditentukan yang diserahkan kepada PT Flip Light Indonesia, sebesar Rp300.000.000,00. 2. Spurs Vehicle Co., sebuah perusahaan yang berkedudukan di Mauritius, sebesar Rp5.000.000.000,00. Penyetoran dan Pelaporan Pemotongan PPh Pasal 26 PPh Pasal 26 Tanggal Jatuh Tempo Penyetoran Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Batas Akhir Pelaporan Wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 2126 paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir 134 Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut? Kewajiban PT Flip Light Indonesia sebagai pemotong PPh Pasal 26 adalah: a. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 26 1 Berdasarkan P3B Indonesia – Belanda, dividen tersebut dapat dipajaki di Indonesia dengan tarif tidak lebih dari 10. Oleh karena itu, atas pembayaran dividen kepada Mr. Sneijder, PT Flip Light Indonesia memotong PPh Pasal 26 sebesar: PPh Pasal 26 = 10 x Rp300.000.000,00 = Rp30.000.000,00 2 Karena tidak ada P3B antara Indonesia – Mauritius, maka atas pembayaran dividen kepada Spurs Vehicle Co. dipotong PPh Pasal 26 sebesar: PPh Pasal 26 = 20 x Rp5.000.000.000,00 = Rp1.000.00.000,00 b. Melakukan penyetoran PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pembayaran dividen tersebut paling lambat 10 Juni 2011. c. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 26 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 2326 Masa Pajak Mei 2011 paling lambat tanggal 20 Juni 2011. Contoh: PT Sistama Indonesia melakukan pembayaran kepada System International Co. atas jasa manajemen senilai Rp500.000.000,00. System International Co. berkedudukan di Inggris yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili SKD. Penyerahan jasa oleh System International Co. tersebut dilakukan langsung tanpa melalui BUT di Indonesia. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut? Inggris adalah salah satu negara mitra P3B Indonesia, sehingga perlakuan PPh bagi Wajib Pajak luar negeri resident Inggris harus memperhatikan ketentuan dalam P3B. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh System International Co. untuk dapat menggunakan P3B dalam rangka pemotongan PPh adalah Surat Keterangan Domisili. Jenis penghasilan yang dibayarkan oleh PT Sistama Indonesia kepada System International Co. adalah penghasilan dari jasa. Dalam kasus ini, berdasarkan P3B Indonesia – Inggris maka penghasilan dari jasa hanya dapat dikenai pajak di Inggris karena System International Co. tidak mempunyai BUT di Indonesia. 135 BAB PPh PASAL 4 AYAT 2

A. Peta Konsep PPh Pasal 4 ayat 2