21
b. Berdasarkan Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies, 1947, antara lain mengatur:
1 Section 1, the words special agencies mean: a The International Labour Organization;
b The Food and Agriculture Organization of the United Nations; c The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization;
d The International Civil Aviation Organization; e The International Monetary Fund;
f The International Bank for Reconstruction and Development; g The World Health Organization;
h The International Telecomunications Union; and i Any other agencies in any relation with the United Nations in accordance
with Articles 57 and 63 of the Charter. 2 Section 19 b, official of the special agencies enjoy the same exemption from
taxation in respect of salaries and emoluments paid to them by specialized agencies and on the same condition as are enjoyed by official of the United
Nations. c. Indonesia sudah mengesahkan Convention on the Privileges and Immunities of
the United Nations, 1946 dan Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies, 1947 dengan Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun 1969
tentang Pengesahan Convention on the Privileges and Immunities of the United Nations, 1946; Convention on the Privileges and Immunities of the Specialized
Agencies, 1947; Agreement on the Privileges and Immunities of the International Atomic Energy Agencies, 1959.
d. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas ditegaskan bahwa Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai official pada dan hanya memperoleh penghasilan dari
badan-badan internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapat perlakuan perpajakan yang sama sebagaimana dinikmati oleh official dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa, yaitu atas penghasilan yang diterima bukan merupakan objek pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan.
D. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
22
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis.
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan. e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun. g. Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diberikan oleh: 1 Bukan Wajib pajak.
2 Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. 3 Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus deemed profit. 2. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa. b. Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah. c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari
23
tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan. e. Beasiswa yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat 3 huruf l Undang-Undang PPh. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246PMK.032008 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154PMK.032009, mengatur antara lain: 1 Atas penghasilan berupa beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga
Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal
3
danatau pendididikan nonformal
4
yang dilaksanakan di dalam negeri danatau di luar negeri dikecualikan dari objek Pajak
Penghasilan. 2 Komponen beasiswa yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan terdiri
dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah tuition fee, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk
pembelian buku, danatau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar.
3 Ketentuan tentang beasiswa yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan istimewa
dengan pemilik, komisaris, direksi, atau pengurus dari Wajib Pajak pemberi beasiswa.
3. Penerimaan dalam Bentuk Natura danatau Kenikmatan
24
Gambar 5: Peta Konsep Perlakuan Perpajakan atas NaturaKenikmatan
4. Premi Asuransi dan Iuran PensiunTHTJHT yang Dibayar oleh Pemberi Kerja
Gambar 6: Peta Konsep Perlakuan Perpajakan atas Premi Asuransi dan Iuran PensiunTHTJHT yang Dibayar oleh Pemberi Kerja
NATURA danatau
KENIKMATAN Diberikan
oleh: - BUKAN Wajib Pajak
- WP yang dikenai PPh yang bersifat FINAL - WP yang dikenai PPh berdasarkan
Norma Penghitungan Khusus deemed profit Pasal 15 UU PPh
- Wajib Pajak - Pemerintah
Merupakan Penghasilan yang
DIPOTONG PPh Pasal 21
DIKECUALIKAN dari OBJEK PPh
sehingga TIDAK DIPOTONG PPh
Pasal 21
IURAN PENSIUN, THT, danatau JHT
DIBAYAR oleh PEMBERI KERJA
DIBAYAR oleh PEGAWAI TETAP
BUKAN PENGHASILAN
bagi PEGAWAI TETAP
PENGURANGAN dalam
Penghitungan PPh Pasal 21
PREMI ASURANSI
DIBAYAR oleh PEMBERI KERJA
DIBAYAR oleh PEGAWAI TETAP
PENGHASILAN bagi
PEGAWAI TETAP
BUKAN sebagai PENGURANGAN
dalam Penghitungan
PPh Pasal 21 PROGRAM JAMSOSTEK
- JKK Jaminan Kecelakaan Kerja - JKM Jaminan Kematian
- JPK Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Premi Asuransi: KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA,
DWIGUNA, BEASISWA
25
5. PPh Pasal 21 DitanggungDibayar Pemberi Kerja dan Tunjangan PPh Pasal 21
Gambar 7: Peta Konsep Perlakuan Perpajakan PPh Pasal 21 DitanggungDibayar Pemberi Kerja dan Tunjangan PPh Pasal 21
Menurut Mansury, 1999 apabila PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh pemberi kerja, maka pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja tersebut dalam dunia
perpajakan lazim disebut kenikmatan atau fringe benefits atau benefit in kind. Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf d dan Pasal 9 ayat 1 huruf e Undang-Undang
PPh, fringe benefit semacam itu merupakan penghasilan yang dikecualikan dari objek PPh, jadi tidak dikenakan pajak kepada yang memperoleh kenikmatan tersebut,
melainkan dikenakan pajak kepada pemberi kerja, melalui mekanisme yang tidak memperbolehkan pemberi kerja untuk mengurangkannya sebagai biaya untuk
menentukan besarnya penghasilan kena pajak. Menurut Mansury, 1999 dalam hal kepada seorang pegawai diberikan tunjangan
pajak, agar pegawai yang bersangkutan tetap menerima gajinya sepenuhnya, maka tunjangan pajak tersebut merupakan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan
yang dikenakan pajak. Oleh karena itu, dalam menghitung PPh Pasal 21-nya, besarnya tunjangan pajak ditambahkan kepada gaji pegawai tersebut untuk
mendapatkan penghasilan bruto.
E. Penghasilan Tidak Kena Pajak