BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hutan Tesso Nilo
5.1.1. Habitat Gajah
Sumatera
Kawasan Hutan Tesso Nilo berada di empat wilayah administrasi pemerintahan, yaitu Kabupaten Indragiri Hulu, Kampar, Kuantan Singingi dan
Pelalawan. Luas Hutan Tesso Nilo secara keseluruhan adalah 188.000 hektar. Hutan Tesso Nilo merupakan blok hutan hujan dataran rendah tersisa yang masih
memenuhi syarat sebagai habitat dan wilayah jelajah home range bagi Gajah sumatera. Kondisi ini menjadikan Hutan Tesso Nilo sebagai solusi dalam
menangani konflik manusia dan gajah di Riau selain blok Hutan Bukit Tigapuluh. Kesesuaian Hutan Tesso Nilo sebagai habitat dan wilayah jelajah home
range Gajah sumatera dibandingkan blok hutan lain yang menjadi habitat gajah didasarkan pada beberapa faktor habitat. Faktor habitat tersebut antara lain luasan
habitat yang tersedia 25.000 hektar, ketersediaan tanah mineral seperti Kalium K yang terkandung dalam jenis tanah Haplohemist dan topografi kawasan yang
relatif landai Tabel 10. Tabel 10 Blok hutan di Provinsi Riau yang menjadi habitat Gajah sumatera
berdasarkan tipe hutan dan ketersediaan faktor habitat
No. Blok Hutan
Tipe Hutan Ketersediaan Faktor Habitat
Luas 25.000 ha
Tanah Mineral
Kelerengan 45
1. Libo Hutan
hujan dataran rendah
dan rawa gambut - Terbatas
- 2. Giam
Siak Kecil Hutan
rawa gambut
- Terbatas -
3. Kerumutan Hutan
rawa gambut
- Terbatas -
4. Tesso Nilo
Hutan hujan
dataran rendah 9
9 9
5. Rimbang Baling Hutan
hujan dataran rendah
9 9
Terbatas 6. Bukit
Tigapuluh Hutan hujan
dataran rendah 9
9 9
Sumber : WWF Indonesia-Riau Programm 2009 Keterangan : Hasil analisis wilayah jelajah sub spesies Gajah asia lainnya.
Hasil analisis tutupan lahan dan tata ruang Provinsi Riau melalui Sistem Informasi Geografi oleh WWF Indonesia, menunjukkan ± 120.000 hektar dari
luas Hutan Tesso Nilo merupakan areal yang sesuai untuk habitat gajah. Kesesuaian ini meliputi luasan Hutan Tesso Nilo yang kompak dan memadai,
tutupan lahan relatif baik, ketersediaan air, topografi cenderung landai, tidak terdapat rawa gambut dan status lahan bukan kawasan budidaya seperti
perkebunan atau Hutan Tanaman Industri Foead 2001. Menindaklanjuti hasil analisis tutupan lahan dan tata ruang Provinsi Riau
dan untuk menjamin perlindungan dan kelestarian kawasan Hutan Tesso Nilo, pemerintah melalui SK Menhut No.255 Tahun 2004 menetapkan kawasan yang
berada dalam wilayah Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu seluas 38.576 hektar berubah status dari hutan produksi terbatas menjadi taman nasional.
Kondisi Hutan Taman Nasional Tesso Nilo TNTN dijelaskan sebagai berikut : 1 Hutan alam sekunder dengan kerapatan 70 seluas 10.846,65 ha.
2 Hutan alam sekunder dengn kerapatan 40 - 70 seluas 13.391,1ha. 3 Semak belukar dengan kerapatan 20 - 40 seluas 4.563,22 ha.
4 Lahan terbuka seluas 2.521,61 ha BKSDA Riau 2006a. Sebesar 70,19 dari kawasan TNTN berpotensi sebagai habitat gajah karena
memiliki kelerengan 45 Tabel 11. Tabel 11 Luas lahan di Taman Nasional Tesso Nilo berdasarkan kelerengan
No. Kemiringan Lereng
Luas hektar Proporsi
1. - 8
datar 19.514,43 51,04
2. 8
- 15 landai 2.467,05 6,45
3. 15
- 25 bergelombang
4.854,19 12,70 4.
25 - 45
curam 3.869,28 10,12
5. 45
sangat curam 7.526,98 19,69
Total 38.230,98 100,00
Sumber : BKSDA Riau 2006a
Ketersediaan pakan gajah di TNTN cukup bervariasi, diantaranya Nangka Artocarpus heterophyllus, Cempedak air Artocarpus kemando, Bendo
Artocarpus elasticus, Artocarpus scortechinii,
Artocarpus integer, RambaiMenteng Baccaurea spp.,
Calamus spp.,
Apun Durio excelsus,
Ficus grossularioides,
Dampingisi Garcinia parviflora, Garcinia maingayi, Mangifera longipetiolaris,
Mangifera macrophylla
,
Musa sp., Musa acuminata, Licuala vallida,
Ketuma Nephelium cuspidatum, Nibung Oncosperma tigilarium dan Tempinis Sloetia elongata LIPI 2003.
5.1.2. Kondisi Habitat