Tabel 2 Distribusi dan populasi gajah di Provinsi Riau
Tahun Kantong Distribusi Populasi
ekor Keterangan
1985 Torgamba, Tanjung Medan, Riau
Tengah bagian utara, Koto Panjang, Lipat Kain, Langgam, Riau Tengah
bagian selatan, Riau Selatan, Buatan, Siak Kecil dan dataran rendah Rokan.
1.067 - 1.617 Gajah tersebar di 11 kantong distribusi
populasi gajah.
1999 SM. Siak Kecil; HPT. Minas, Mandau
dan Bukit Kapur; SM. Kerumutan; SM. Bukit Rimbang Bukit Baling; SM. Balai
Raja; HPT. Tesso Nilo, Air Hitam dan Baserah; TN. Bukit Tigapuluh; HPT.
Serangge - Sekilo; Hutan Hapayan Boneng; HL. Mahato; HP. Bagan Siapi-
api; HPT. Sungai Gansal, Keritang; HPT. Tanjung Pauh; HPT. Batu Gajah;
HL. Bukit Suligi; dan HP. Tanjung Medan.
709 Gajah tersebar di 16
kantong distribusi populasi gajah.
2003 SM. Siak Kecil; HPT. Minas, Mandau
dan Bukit Kapur; SM. Bukit Rimbang Bukit Baling; SM. Balai Raja; HPT.
Tesso Nilo, Air Hitam dan Baserah; TN. Bukit Tigapuluh; HPT. Serangge -
Sekilo; Hutan Hapayan Boneng; HL. Mahato; HP. Bagan Siapi-api; HPT.
Tanjung Pauh; HPT. Batu Gajah; HL. Bukit Suligi; dan HP. Tanjung Medan.
350 - 430 Gajah
diperkirakan tidak ada lagi di HPT.
Sungai, Gansal, Keritang dan SM.
Kerumutan.
2007 SM. Siak Kecil; HPT. Minas, Mandau
dan Bukit Kapur; HPT. Tesso Nilo, Air Hitam dan Baserah; TN. Bukit
Tigapuluh; HPT. Serangge - Sekilo; Hutan Hapayan Boneng; HL. Mahato;
HP. Bagan Siapi-api; HPT. Sungai Gansal, Keritang; HPT. Batu Gajah; dan
HP. Tanjung Medan. 174 - 246
Gajah tersebar di 9 kantong distribusi
populasi gajah. Gajah diperkirakan tidak
ada lagi di Rokan Hilir, SM.
Kerumutan, Koto Panjang, SM. Bukit
Rimbang Bukit Baling, Tanjung Pauh
dan Bukit Suligi.
Sumber : BKSDA Riau 2006b
2.1.4. Habitat
1 Pengertian Habitat
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari komponen fisik dan biotik sebagai satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta
berkembangbiaknya satwaliar Alikodra 1990. Persyaratan habitat yaitu variasi pakan, cover dan faktor-faktor lain yang dibutuhkan oleh suatu jenis satwaliar
untuk melangsungkan hidupnya dan keberhasilan perkembangbiakannya. Habitat gajah merupakan kesatuan wilayah yang luas meliputi hutan, tempat terbuka,
sumber-sumber air dan tempat mencari garam. Wilayah ini tergambarkan dalam
daerah pengembaraan gajah yang sangat luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat.
2 Tipe Habitat Habitat Gajah sumatera tersebar pada tipe hutan hujan pegunungan,
hutan primer dan hutan sekunder. Widowati 1985 menyatakan habitat yang ideal bagi Gajah sumatera yaitu kombinasi antara tipe hutan Dipterocarpaceae dataran
rendah tipe antropogen yaitu hutan sekunder yang tidak terganggu dan hutan rawa tidak tergenang air payau. Gajah umumnya lebih menyukai hutan rawa pada
musim kemarau dan akan berpindah ke hutan pegunungan atau hutan primer pada musim hujan. Perpindahan ini disebakan oleh kondisi pakan di hutan pegunungan
atau hutan primer mencukupi kebutuhan gajah. Tabel 3 Tipe habitat gajah
No. Tipe Habitat
Vegetasi Keterangan
1. Hutan rawa swamp forest
Melaleuca cajuputi, Campnosperma auriculata,
Campnosperma Macrophylla, Alstonia spp., Eugenia spp. dan
Gluta renghas. Berupa rawa
padang rumput, rawa primer atau
rawa sekunder yang didominasi
oleh Melaleuca cajuputi.
2. Hutan rawa gambut peat
swamp forest Gonystyllus bancanus, Licuala
spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., Eugenia spp. dan Dyera
costulata.
3. Hutan hujan dataran rendah
lowland dipterocarp forest Famili Dipterocarpaceae,
Koompasia malaccensis, Palaquium gutta, Dyera costulata,
Intsia bijuga dan Schima wallichii. Terletak di
ketinggian 0-750 mdpl. Umumnya
kawasan hutan produksi.
4. Hutan hujan
pegunungan dataran rendah lowland
montain dipterocarp forest Dipterocarpus spp., Shorea spp.,
Quercus spp., Castanopsis spp. dan Altingia excelsa.
Terletak di ketinggian 750 -
1.500 mdpl. Sumber : Santiapillai 2001
Widowati 1985 menyebutkan komponen penentu pemilihan habitat gajah sebagai berikut :
a. Ketersediaan pakan, sumber air dan garam mineral. b. Ketersediaan cover atau pelindung.
c. Ketersediaan tempat untuk berperilaku kesukaan dan pergerakan. d. Tingkat gangguan.
Kondisi pakan, sumber air, garam mineral, cover dan ruang yang mampu memenuhi kebutuhan gajah di habitatnya akan mengurangi beban daerah
pertanian sebagai daerah kantong pakan gajah.
3 Komponen Habitat a. Pakan
Gajah merupakan satwa herbivor yang membutuhkan pakan hijauan di habitatnya. Gajah juga membutuhkan habitat yang bervegetasi pohon sebagai
pakan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan mineral seperti Kalsium untuk memperkuat tulang, gigi dan gading. Satu ekor Gajah sumatera diperkirakan
menghabiskan lebih dari 300 kg tumbuhan segar setiap harinya Poniran 1974. Gajah memakan semak muda dan daun-daunan dari berbagai jenis pohon
yang berserat halus seperti daun waru dan dadap. Gajah juga menyukai jenis-jenis tanaman budidaya seperti tebu, padi, jagung, kacang tanah dan kelapa. Bagian
tanaman yang dimakan gajah sangat bervariasi mulai dari buah muda sampai buah masak, umbut, pelepah, kulit batang, pucuk, daun muda dan tua beserta durinya
dan bunga Widowati 1985. Jenis pakan Gajah sumatera antara lain Artocarpus integer, Artocarpus
kemando, Sloetia elongata, Musa acuminata, Oncosperma tigilarium, Licuala vallida, Ficus grossularioides, Mangifera macrophylla, Garcinia parviflora,
Garcinia maingayi, Nephelium cuspidatum, Baccaurea spp., Calamus spp., Durio sp. dan Artocarpus sp. LIPI 2003.
b. Air Kebutuhan minum Gajah asia tidak kurang dari 200 liter per hari
Lekagul dan Mc Neely 1977. Kebutuhan minum Gajah sumatera menurut perkiraan Poniran 1974 adalah 20 - 50 liter per hari.
c. Garam mineral Gajah memiliki kebiasaan memakan gumpalan tanah yang mengandung
garam-garam mineral seperti Kalium, Kalsium dan Magnesium. Kebiasaan ini dikenal dengan sebutan salt licking mengasin. Tempat mengasin gajah dapat
berupa tebing sungai besar atau sungai kecil dengan kelerengan bervariasi dari sangat landai sampai sangat curam, dasar dan tepi rawa-rawa kecil atau rawa-rawa
lebar dan lantai hutan Widowati 1985. d. Naungan
Gajah termasuk binatang berdarah panas. Gajah akan bergerak mencari naungan thermal cover untuk menstabilkan suhu tubuhnya agar sesuai dengan
lingkungannya ketika cuaca panas. Tempat yang sering digunakan sebagai naungan pada siang hari yaitu vegetasi hutan yang lebat.
e. Ruang atau wilayah jelajah home range Wilayah jelajah adalah areal penjelajahan normal sebagai aktivitas
rutinnya Jewell 1966 diacu dalam Widowati 1985. Luasan wilayah jelajah akan bervariasi tergantung dari ketersediaan pakan, cover dan tempat berkembangbiak.
Luas wilayah jelajah untuk Gajah sumatera belum diketahui secara pasti namun Santiapillai 2001 menyebutkan luas wilayah jelajah Gajah asia yaitu 32,4 km² -
166,9 km². Wilayah jelajah gajah di hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan sekunder.
Sub spesies Gajah asia lainnya seperti di India memiliki ukuran wilayah jelajah yang sangat bervariasi. Luas wilayah jelajah gajah di India Selatan untuk
kelompok betina yaitu 600 km² dan kelompok jantan 350 km² Baskaran et al. 1995 diacu dalam Dephut 2007.
Luas wilayah jelajah gajah di India Utara untuk kelompok betina 184 km² - 320 km² dan kelompok jantan 188 km² - 408 km²
Williams et al. 2001 diacu dalam Dephut 2007. Gajah jantan hidup secara sendiri soliter atau bergabung dengan jantan
lainnya membentuk kelompok jantan. Kelompok jantan memiliki daerah jelajah yang tumpang tindih atau bersinggungan dengan daerah jelajah kelompok betina
atau jantan lainnya. f. Keamanan dan kenyamanan
Gajah membutuhkan suasana yang aman dan nyaman agar perilaku kawin breeding tidak terganggu dan proses reproduksinya dapat berjalan dengan
baik. Gajah termasuk satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian sehingga aktivitas pengusahaan yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat dalam
penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPH Hak Pengusahaan Hutan dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan gajah.
2.1.5. Perilaku