Perilaku Tinjauan Umum Gajah Sumatera

lingkungannya ketika cuaca panas. Tempat yang sering digunakan sebagai naungan pada siang hari yaitu vegetasi hutan yang lebat. e. Ruang atau wilayah jelajah home range Wilayah jelajah adalah areal penjelajahan normal sebagai aktivitas rutinnya Jewell 1966 diacu dalam Widowati 1985. Luasan wilayah jelajah akan bervariasi tergantung dari ketersediaan pakan, cover dan tempat berkembangbiak. Luas wilayah jelajah untuk Gajah sumatera belum diketahui secara pasti namun Santiapillai 2001 menyebutkan luas wilayah jelajah Gajah asia yaitu 32,4 km² - 166,9 km². Wilayah jelajah gajah di hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan sekunder. Sub spesies Gajah asia lainnya seperti di India memiliki ukuran wilayah jelajah yang sangat bervariasi. Luas wilayah jelajah gajah di India Selatan untuk kelompok betina yaitu 600 km² dan kelompok jantan 350 km² Baskaran et al. 1995 diacu dalam Dephut 2007. Luas wilayah jelajah gajah di India Utara untuk kelompok betina 184 km² - 320 km² dan kelompok jantan 188 km² - 408 km² Williams et al. 2001 diacu dalam Dephut 2007. Gajah jantan hidup secara sendiri soliter atau bergabung dengan jantan lainnya membentuk kelompok jantan. Kelompok jantan memiliki daerah jelajah yang tumpang tindih atau bersinggungan dengan daerah jelajah kelompok betina atau jantan lainnya. f. Keamanan dan kenyamanan Gajah membutuhkan suasana yang aman dan nyaman agar perilaku kawin breeding tidak terganggu dan proses reproduksinya dapat berjalan dengan baik. Gajah termasuk satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian sehingga aktivitas pengusahaan yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat dalam penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPH Hak Pengusahaan Hutan dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan gajah.

2.1.5. Perilaku

1 Perilaku Sosial a. Hidup berkelompok Gajah hidup dengan pola matriarchal yaitu hidup berkelompok yang dipimpin oleh betina dewasa dengan ikatan sosial yang kuat. Perilaku berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok dipengaruhi oleh musim dan kondisi sumber daya di habitatnya terutama pakan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Kelompok gajah di hutan hujan Malaysia dan Sumatera umumnya 5 - 6 ekor Olivier 1978 diacu dalam Hariady 1992. Studi di India menunjukkan satu populasi gajah dapat terbentuk dari beberapa klan kelompok dan memiliki pergerakan musiman berkelompok dalam jumlah 50 - 200 ekor Sukumar 1989 diacu dalam Dephut 2007. Gajah melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan pakan, air dan sumber mineral garam. Pergerakan kelompok gajah ini dipimpin oleh gajah betina tua dan diikuti oleh betina lainnya serta anak-anaknya. Gajah jantan mengikuti dari belakang dengan jarak beberapa puluh meter dari kelompoknya Lekagul dan Mc Neely 1977. Gajah jantan dewasa hanya bergabung pada periode tertentu untuk kawin dengan beberapa betina dalam kelompok tersebut. Gajah jantan tua akan hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya dan gajah jantan muda yang sudah beranjak dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain. Gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai bibi pengasuh pada kelompok taman kanak-kanak atau kindergartens. b. Menjelajah Gajah melakukan penjelajahan secara berkelompok mengikuti jalur yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah mencapai 7 km per hari dan mampu mencapai 15 km per hari ketika musim kering atau musim buah- buahan. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan untuk jarak pendek dan di rawa melebihi kecepatan manusia di medan yang sama. Gajah juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya sebagai snorkel atau pipa pernapasan. c. Kawin Masa kopulasi dan konsepsi gajah terjadi sepanjang tahun. Frekuensi perkawinan mencapai puncaknya pada bulan-bulan tertentu umumnya bersamaan dengan musim hujan di daerah tersebut. Usia aktif reproduksi gajah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, ketersediaan sumber daya pakan dan faktor ekologinya misalnya kepadatan populasi. Gajah jantan dewasa jarang yang betina baik liar ataupun jinak mendapat gangguan kegilaan maniac secara periodik yang disebut musht. Gajah mempunyai temperamen jelek seperti berkelahi dengan jantan lain pada masa musth Hariady 1992. Hasil sekresi berupa minyak akan terlihat keluar dari kelenjar yang terletak di tengah-tengah antara mata dan saluran telinga sebelum memasuki masa musht. Minyak ini berwarna hitam dan berbau merangsang. Gejala seperti ini datang setiap tahun atau dapat tertunda beberapa waktu. Musht terjadi 3 - 5 bulan sekali selama 1 - 4 minggu saat musim panas atau musim kering. Perilaku musht sering dihubungkan dengan musim birahi namun tidak ada bukti penunjang Altevogt dan Kurt 1975. 2 Perilaku Individu a. Makan Gajah dewasa menghabiskan waktu 18 - 24 jam dalam satu hari untuk mencari pakan Altevogt dan Kurt 1975. Aktivitas makan dilakukan dengan gerak berpindah tempat untuk mencapai sumber pakan. Gajah sumatera melakukan aktivitas makan pada pagi hari pukul 4.10 WIB - 11.55 WIB dan sore hari 15.00 WIB - 2.00 WIB Abdullah 2008. Gajah bukan satwa yang hemat terhadap pakan sehingga cenderung meninggalkan banyak sisa pakan apabila terdapat pakan yang lebih baik. Banyak bagian pakan yang telah direnggut oleh belalainya tidak dimasukkan ke mulut tapi hanya ditebarkan ke tempat lain atau ditaburkan ke punggungnya sendiri. Perilaku pakan seperti ini mengakibatkan kerusakan pada habitat di sekitarnya. b. Minum Aktivitas minum dilakukan siang dan malam hari ketika gajah menjumpai rawa atau sungai dalam pengembaraannya mencari sumber pakan. Gajah menggunakan belalainya untuk menghisap air dan menuangkan ke mulutnya. Gajah mampu menghisap air mencapai 9 liter dalam satu kali hisapan. Gajah akan menggunakan mulutnya untuk minum ketika berendam di sungai atau rawa dan melakukan penggalian air sedalam 50 - 100 cm di dasar-dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan belalainya ketika sumber- sumber air mengalami kekeringan. c. Berkubang Gajah umumnya berkubang di lumpur pada waktu siang atau sore hari saat mencari minum. Gajah juga melakukan aktivitas berkubang di kolam-kolam sampai air menjadi keruh. Perilaku berkubang merupakan suatu cara untuk mendinginkan suhu tubuh dan melindungi kulit dari gigitan serangga dan ekto parasit. d. Mengasin salt licking Gajah mencari garam mineral saat makan ketika hari hujan atau setelah hujan turun. Gajah melakukan penggalian pada lantai hutan yang keras dengan gading dan atau kaki depannya kemudian dihisap dengan belalai. Gajah kadang- kadang mengeruhkan sumber air dengan cara berguling-guling atau meruntuhkan tebing agar garam mineral larut dalam air kemudian di minum dengan mulutnya. Gajah juga sering melukai bagian tubuhnya sehingga dapat menjilat darahnya yang mengandung garam. e. Beristirahat Gajah tidak tahan terhadap kondisi panas sehingga pada siang hari gajah umumnya dijumpai di tempat yang teduh Lekagul dan Mc Neely 1977. Gajah tidur dua kali sehari yaitu malam dan siang hari. Malam hari gajah tidur dengan merebahkan diri kesamping tubuhnya dengan menggunakan bantal yang terbuat dari tumpukan rumput, jika sudah sangat lelah terdengar bunyi dengkuran yang keras. Siang hari gajah tidur dengan berdiri di bawah pohon yang rindang. Perbedaan perilaku ini diperkirakan berkaitan dengan kondisi keamanan lingkungan. Gajah akan memilih tidur berdiri dalam kondisi lingkungan yang kurang aman untuk menyiapkan diri jika terjadi gangguan.

2.2. Konflik Manusia dan Gajah KMG

Dokumen yang terkait

Strategi Pengendalian Konflik Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Provinsi Aceh

9 73 183

Helminthes Parasite at feces of Sumatran Rhinoceros (Dicerorhino sumatrensis) and Sumatran Elephant (Elephas maximus sumatranus) in way Kambas National Park Lampung ( Semi Insitu )

0 6 1

Preference and estiamtion ofo natural feed productivity of sumatran elephants (elephas maximus sumatranus Temmick 1847) in seblat training center for elephants north Bengkulu

0 6 9

The Behaviour and characteristics potential of habitat of mosquitoes Anopheles spp. in Riau Village Riau Silip Subdistrict Bangka District Bangka Belitung Province

0 3 200

Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa Ragunan

0 9 32

The Behaviour and characteristics potential of habitat of mosquitoes Anopheles spp. in Riau Village Riau Silip Subdistrict Bangka District Bangka Belitung Province

0 4 123

this PDF file A Study of Elephant Care Condition (Elephas Maximus Sumatranus) at Saree Elephant Conservation Center, Aceh Besar | Novitri | Jurnal Biologi Edukasi 1 PB

0 0 9

ZINC PHOSPIDE AS MAIN KILLER AGEN AT SUMATERA ELEPHANT DEATH (Elephas Maximus Sumatranus): CASE IN RIAU Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 8

Selection of Sumatra Elephants (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) Toward Habitat Types and Resources in Wildlife Sanctuary of Padang Sugihan, South Sumatra Province

0 0 8

JENIS PAKAN MEMPENGARUHI PRODUKSI BIOGAS DARI FESES GAJAH, STUDI KASUS GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

0 0 7