Pola Usahatani Terhadap Gangguan Gajah

5.3.5. Pola Usahatani Terhadap Gangguan Gajah

Berdirinya perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur dan PT. Musi Mas Tahun 1987 - 1998 mengakibatkan berubahnyan mata pencaharian masyarakat dari petani karet dan pencari ikan menjadi petani kelapa sawit. Sistem KKPA Koperasi Kredit Primer Anggota yang berinduk pada PT. Inti Indosawit Subur meningkatkan perluasan lahan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan. Kondisi ini memicu terjadinya gangguan gajah pada areal perkebunan kelapa sawit milik perusahaan. Tahun 1993 HPHTI PT. RAPP Sektor Ukui dibangun dan mengakibatkan berpindahnya pemukiman masyarakat LKB ke kanan dan kiri jalan poros RAPP. Pada masa ini masyarakat mulai membudidayakan kelapa sawit dan membuka kawasan hutan untuk dijadikan lahan kelapa sawit. Masyarakat juga mengganti jenis komoditas tanaman pertanian menjadi kelapa sawit yang pada awalnya berupa tanaman pangan dan karet. Kondisi ini menyebabkan gangguan gajah semakin terbuka dan memasuki areal pertanian dan pemukiman masyarakat. Pada Tahun 2003 ketika pemegang konsesi HPH menelantarkan areal konsesinya, aktivitas perambahan meningkat dan masyarakat melakukan kegiatan perladangan berpindah. Perladangan berpindah dilakukan masyarakat untuk menanam tanaman pangan yang mereka butuhkan seperti padi dan ubi kayu. Penetapan sebagian dari kawasan Hutan Tesso Nilo sebagai taman nasional menghentikan aktivitas perladangan berpindah dan masyarakat mulai bertani secara menetap dengan komoditas utamanya kelapa sawit. Perubahan pola usahatani masyarakat merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik manusia dan gajah di Lubuk Kembang Bunga. Masyarakat yang memiliki lahan pertanian dekat dengan hutan dan menempati jalur pergerakan wilayah jelajah gajah menderita kerugian akibat keberadaan gajah di lahan pertaniannya Tabel 15. Tabel 15 Kerugian masyarakat Desa Lubuk Kembang Bunga akibat konflik dengan gajah Tahun 1997 - 2006 Periode Tahun Kerugian Masyarakat Rp 1997 - 2000 95.730.000 2000 - Juli 2003 657.400.000 Januari 2005 - Juli 2005 32.770.000 Juli 2005 - Juli 2006 80.000.000 Sumber : WWF Indonesia-Program Riau

5.3.6. Respon Masyarakat Terhadap Gangguan Gajah

Dokumen yang terkait

Strategi Pengendalian Konflik Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Provinsi Aceh

9 73 183

Helminthes Parasite at feces of Sumatran Rhinoceros (Dicerorhino sumatrensis) and Sumatran Elephant (Elephas maximus sumatranus) in way Kambas National Park Lampung ( Semi Insitu )

0 6 1

Preference and estiamtion ofo natural feed productivity of sumatran elephants (elephas maximus sumatranus Temmick 1847) in seblat training center for elephants north Bengkulu

0 6 9

The Behaviour and characteristics potential of habitat of mosquitoes Anopheles spp. in Riau Village Riau Silip Subdistrict Bangka District Bangka Belitung Province

0 3 200

Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa Ragunan

0 9 32

The Behaviour and characteristics potential of habitat of mosquitoes Anopheles spp. in Riau Village Riau Silip Subdistrict Bangka District Bangka Belitung Province

0 4 123

this PDF file A Study of Elephant Care Condition (Elephas Maximus Sumatranus) at Saree Elephant Conservation Center, Aceh Besar | Novitri | Jurnal Biologi Edukasi 1 PB

0 0 9

ZINC PHOSPIDE AS MAIN KILLER AGEN AT SUMATERA ELEPHANT DEATH (Elephas Maximus Sumatranus): CASE IN RIAU Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 8

Selection of Sumatra Elephants (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) Toward Habitat Types and Resources in Wildlife Sanctuary of Padang Sugihan, South Sumatra Province

0 0 8

JENIS PAKAN MEMPENGARUHI PRODUKSI BIOGAS DARI FESES GAJAH, STUDI KASUS GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

0 0 7