Kebijakan Industri Hilir dan Peningkatan Nilai Tambah Kelapa Sawit

30 Pembentukan harga minyak goreng sawit dipengaruhi secara signifikan oleh harga domestik CPO PDCPO dengan tingkat kepercayaan 95 persen, harga CPO dunia PWCPO 80 persen, pajak ekspor PE 75 persen, dan harga pada tahun sebelumnya PMGS1 dengan tingkat kepercayaan 85 persen. Hanya variabel nilai tukar ER yang belum memberikan hasil yang signifikan. Selain itu, model yang dibangun dapat menjelaskan keragaman dari harga MGS sebesar 56.86 persen dimana sekitar 43.14 persen dijelaskan oleh variabel-variabel diluar model dengan tingkat kepercayaan sebesar 90 persen. Berdasarkan simulasi pada kenaikan harga CPO dunia PWCPO sebesar sepuluh persen, kenaikan tersebut berdampak pada peningkatanseluruh variabel. Perubahan terbesar ada pada variabel harga minyak goreng sawit, dimana kenaikan harga CPO dunia sebesar sepuluh persen akan mengakibatkan naiknya harga minyak goreng sawit sebesar 3.364 persen. Presentasi perubahan terendah ada pada variabel XCPO, dimana perubahannya sebesar 0.189 persen. Peningkatan PE sebesar satu persen ternyata mengakibatkan semua veriabel mengalami penurunan. Perubahan terbesar terjadi pada variabel PMGS, dimana peningkatan sebesar satu persen dari PEakan mengakibatkan penurunan PMGS sebesar 0.335 persen. Hasil ini dapat menggambarkan bahwa kebijakan PE ternyata memang memilikidampak terhadap penurunan PMGS. Namun, kenaikan PE ini ternyata juga mengakibatkan penurunan dari sisi produksi dan konsumsi MGS.

2.7. Keterbaruan Penelitian

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dibandingkan dengan penelitian Suharyono 1996, Bone 2008, dan Novindra 2011. Penelitian 31 Novindra 2011, yaitu dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen minyak sawit di Indonesia. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model ekonometrika persamaan simultan diduga dengan Two Stages Laeast Square 2SLS. Perbedaan penelitian Novindra 2011 dengan penelitian ini adalah pada tujuan dari penelitian ini. Penelitian Novindra 2011 memiliki tujuan untuk melihat dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen minyak sawit di Indonesia, sedangkan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produk turunan minyak sawit di Indonesia dan hanya melihat dampak kebijakan suku bunga terhadap produksi produk turunan kelapa sawit. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Suharyono 1996 adalah pada perumusan model berupa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produk turunan kelapa sawit untuk komoditas minyak goreng sawit, margarin, dan sabun. Perbedaannya dengan penelitian Suharyono 2008 adalah pada model ekonometrika yang digunakan, pada penelitian Suharyono 2008, menggunakan model ekonometrika persamaan simultan yang diduga dengan metode pangkat dua terkecil tiga tahap Linier Three Stages Least Square LTSLS. Penelitian ini menggunakan model ekonometrika persamaan simultan diduga dengan Two Stages Laeast Square 2SLS. Selain itu ruang lingkup dan komoditas yang diteliti dalam penelitian ini juga berbeda, pada penelitian Suharyono 1996, ikut melihat dampak kebijakan ekonomi terhadap kelapa sawit dan produk turunannya, kemudian komoditas yang diteliti adalah minyak sawit,