Perkembangan Produksi dan Konsumsi Sabun di Indonesia
29 analisis Two Stages Least Square 2SLS. Adapun model yang dirumuskan terdiri
dari empat persamaan struktural dan satu persamaan indentitas. Hasil analisis menunjukkan ekspor CPO Indonesia secara signifikan
dipengaruhi oleh produksi CPO QCPO pada tingkat kepercayaan 85 persen, harga domestic CPO PDCPO 75 persen, pajak ekspor PE 90 persen, dan nilai
tukat ER dengan tingkat kepercayaan 80 persen.secara ekonomi, terdapat satu variabel yang memiliki perbedaan interpretasi dengan hipotesis yang telah
ditetapkan sebelumnya, yaitu harga CPO domestik PDCPO. Model yang dibangun dapat menjelaskan keragaman dari ekspor CPO sebesar 9.20 persen.
Peubah produksi MGS secara signifikan dipengaruhi oleh harga MGS PMGS, jumlah CPO yang diserap industri MGS CCPO, dan ekspor CPO satu
tahun yang lalu XCPO1 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Variabel produksi minyak goreng satu tahun lalu QMGS1 pun menghasilkan nilai yang
signifikan dengan tingkat kepercayaan 90 persen. Terdapat dua variabel yang tidak signifikan yaitu harga domestic CPO dan impor CPO MCPO. Model dapat
menjelaskan keragaman produksi MGS sebesar 79.4 persen dengan 20.6 persen sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model. Nilai F-hit menunjukkan
signifikansi model pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Prilaku konsumen MGS domestik dipengaruhi secara signifikan oleh
pendapatan nasional bruto GNP dengan tingkat kepercayaan 90 persen, nilai tukar ER sebesar 95 persen,dan konsumsi MGS sebelumnya CMGS1 sebesar
89 persen, hanya variabel harga MGS yang memberikan hasil yang tidak signifikan. Secara umum, model dapat menjelaskan keragaman konsumsi MGS
87,89 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
30 Pembentukan harga minyak goreng sawit dipengaruhi secara signifikan
oleh harga domestik CPO PDCPO dengan tingkat kepercayaan 95 persen, harga CPO dunia PWCPO 80 persen, pajak ekspor PE 75 persen, dan harga pada
tahun sebelumnya PMGS1 dengan tingkat kepercayaan 85 persen. Hanya variabel nilai tukar ER yang belum memberikan hasil yang signifikan. Selain
itu, model yang dibangun dapat menjelaskan keragaman dari harga MGS sebesar 56.86 persen dimana sekitar 43.14 persen dijelaskan oleh variabel-variabel diluar
model dengan tingkat kepercayaan sebesar 90 persen. Berdasarkan simulasi pada kenaikan harga CPO dunia PWCPO sebesar
sepuluh persen, kenaikan tersebut berdampak pada peningkatanseluruh variabel. Perubahan terbesar ada pada variabel harga minyak goreng sawit, dimana
kenaikan harga CPO dunia sebesar sepuluh persen akan mengakibatkan naiknya harga minyak goreng sawit sebesar 3.364 persen. Presentasi perubahan terendah
ada pada variabel XCPO, dimana perubahannya sebesar 0.189 persen. Peningkatan PE sebesar satu persen ternyata mengakibatkan semua
veriabel mengalami penurunan. Perubahan terbesar terjadi pada variabel PMGS, dimana peningkatan sebesar satu persen dari PEakan mengakibatkan penurunan
PMGS sebesar 0.335 persen. Hasil ini dapat menggambarkan bahwa kebijakan PE ternyata memang memilikidampak terhadap penurunan PMGS. Namun, kenaikan
PE ini ternyata juga mengakibatkan penurunan dari sisi produksi dan konsumsi MGS.