Uji Statistik-F Uji Statistik-t

62

3. Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik

Pada penelitian ini penawaran minyak goreng sawit domestik merupakan selisih produksi minyak goreng sawit domestik dengan ekspor minyak goreng sawit Indonesia. Secara matematis konsep tersebut disajikan pada persamaan berikut. SMGSDt = PMGSDt – EXMGSDt

4. Harga Minyak Goreng Sawit Domestik

Persamaan harga minyak goreng sawit domestik dari model yang telah diduga ditentukan oleh excess permintaan minyak goreng sawit domestik, trend dan harga minyak goreng sawit domestik tahun sebelumnya. Dari hasil estimasi persamaan tersebut dapat dilihat bahwa semua tanda telah sesuai dengan hipotesis. Tabel 16. Hasil Estimasi Harga Minyak Goreng Sawit Domestik Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob |T| Variabel Label SR LR Intercept 1922.985 0.0137 EXDMGSD 0.10031 -0.01079 -0.01768 0.3047 Excess Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik T 39.11683 0.2092 Tren LHRMGSD 0.38982 0.0503 HRMGSD t-1 R-squared 0.2546 Prob|F| 0.1838 Durbin-h stat 0.003517 Keterangan: Nyata pada taraf α 5 Sumber: Data Diolah 2012 Pada Tabel 16 dapat dilihat kelebihan permintaan minyak goreng domestik tidak berpengaruh nyata terhadap harga minyak goreng sawit domestik, hal ini dapat mengindikasikan bahwa harga minyak goreng sawit domestik tidak hanya ditentukan oleh mekanisme pasar. Campur tangan pemerintah dalam mengendalikan harga minyak goreng domestik terutama dilakukan melalui operasi pasar Badan Logistik Bulog dengan mengatur pasokan minyak goreng di 63 dalam negeri. Pemerintah juga menentukan harga dasar tertinggi dalam rangka menjamin pemerataan distribusi minyak goreng untuk konsumsi dalam negeri. Dengan tidak adanya kebebasan penuh bagi produsen minyak goreng sawit domestik dalam mengatur harga, maka perubahan permintaan dan penawaran minyak goreng sawit di pasar domestik tidak berpengaruh signifikan terhadap harga minyak goreng sawit domestik. Keadaan di atas semakin memperkuat pendapat Hasibuan 1993 dalam Suharyono 1996 bahwa harga domestik merupakan harga yang tidak merefleksikan keadaan pasar, melainkan ditetapkan oleh pemerintah. Harga administratif adalah harga–harga yang ditetapkan secara administrasi, bukan melalui mekanisme pasar. Tingkat harga ini relatif tetap atau naik dalam periode tertentu. Hasil estimasi pada Tabel 18 juga menunjukkan bahwa tren tidak berpengaruh nyata terhadap harga minyak goreng sawit domestik. Campur tangan pemerintah dalam penentuan harga minyak goreng sawit domestik menyebabkan terbatasnya fluktuasi harga atau kekakuan harga. Akibatnya laju pertumbuhan harga minyak goreng sawit domestik hanya sebesar 4.14 persen selama kurun waktu 1990-2012. Kekakuan dari harga minyak goreng sawit domestik juga dapat dilihat dari pengaruh harga minyak goreng domestik tahun lalu yang berpengaruh nyata yang mana setiap kenaikan harga minyak goreng sawit domestik tahun lalu sebesar satu rupiah per kilogram akan meningkatkan harga domestik tahun ini hanya sebesar 0.38982 rupiah per ton dalam periode 1990- 2010.