Penelitian-penelitian Terdahulu Optimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

untuk pengembangan sampai dengan pelabelan produk organik Indonesia. Untuk mendapatkan label organik diperlukan serangkaian kegiatan sertifikasi organik oleh lembaga sertifikasi yang kredibel. Ada empat jenis sertifikat yang dihasilkan dari kegiatan sertifikasi yaitu : 1 label Biru, untuk produk non pestisida; 2 label Kuning, untuk transisi organik; 3 label Hijau, untuk produk setara dengan SNI organik; dan 4 produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya Organically Grown. Mekanisme di atas juga dilengkapi dengan mekanisme pengawasan produk organik, dimana skema pengawasan produk organik dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Skema Pengawasan Produk Organik Standar Nasional Indonesia Tahun 2002 Sumber : Pakpahan, 2002

2.7. Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Lembaga Pertanian Sehat belum pernah dilakukan sebelumnya. Studi terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian adalah sebagai berikut. Competent Authority Harmonisasi dengan lembaga internasional Lembaga pelatihan organik Harmonisasi dengan Negara mitra Lembaga sertifikasi organik Pelaku agribisnis SNI organik • Label Biru • Label Kuning • Label Hijau • Organically Grown Inspektor organik Pasilitator organik Penelitian Agoesfiansyah tahun 1999 mengenai optimalisasi risiko portofolio pemasaran buah-buahan pada PT Moena Putra Nusantara. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio yang merupakan penyempurnaan dari model Full Variance-Covariance Markowitz, alokasi modal dari kegiatan pemasaran kelompok komoditi yang dilakukan perusahaan belum optimal dalam menekan risiko penerimaan. Kombinasi alokasi modal yang optimal dalam periode analisis adalah masing-masing sebesar 35,7 persen untuk kelompok komoditas melon, 14,9 persen untuk kelompok komoditas semangka, 3,2 persen untuk kelompok komoditas pepaya, 17,1 persen untuk kelompok komoditas nenas, dan 29,1 persen untuk kelompok komoditas lokal. Dengan alokasi modal demikian perusahaan akan mampu menekan risiko penerimaan sebesar 19 persen dengan rata-rata penerimaan aktual perusahaan meningkat hingga Rp 93.873.159 atau naik sebesar 1,27 persen dari rata-rata penerimaan aktual per bulannya. Dalam periode analisis diketahui ada beberapa biaya-biaya yang masih bisa dihemat oleh perusahaan, seperti biaya pengepakan, biaya transportasi pemasaran, biaya pemasaran lain, dan biaya administrasi umum. Selain itu perusahaan juga dapat menaikkan tingkat gross margin untuk masing-masing komoditas. Penelitian Johan tahun 2000 mengenai optimalisasi risiko portofolio pemasaran produk turunan susu pada PT Yummy Food Utama. Penelitian ini menganalisis tiga kelompok komoditi yang dipasarkan, yaitu yoghurt, krim, dan keju. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa alokasi modal selama periode analisis belum optimal. Alokasi modal pada tingkat risiko aktual diperoleh 19,12 persen untuk yoghurt, 62,65 untuk krim, dan 18,23 untuk keju. Pada tingkat optimal alokasi modal untuk masing-masing komoditi adalah sebesar, 19,10 persen, 63,40 persen, dan 17,50 persen. Selain itu juga terjadi penambahan alokasi modal untuk krim dan pengurangan alokasi modal untuk yoghurt dan keju. Tingkat risiko dan penerimaan pada tingkat aktual masing-masing adalah Rp 81.416.284 dan Rp 4.085.562.153. Dengan kombinasi alokasi modal, tingkat risiko optimal perusahaan menjadi Rp 82.117.055 dan Rp 4.086.689.404. Perusahaan juga masih bisa melakukan penghematan biaya tenaga kerja langsung dan biaya kemasan, dimana penghematan ini mampu meningkatkan gross margin sebesar Rp 1.127.251. Penelitian Widodo tahun 2003 mengenai optimalisasi pendapatan dengan minimisasi risiko portofolio produk-produk herbisida studi kasus PT Branita Sandhini. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa alokasi modal perusahaan belum optimal. Kombinasi alokasi modal optimal untuk memberikan pendapatan yang optimal dari keenam produk herbisida adalah 3,90 persen untuk Eagle, 65,48 persen untuk roundup, 23,12 persen untuk Polaris, 3,70 persen untuk Spark, 0,40 persen untuk Roundup-WSG, dan 3,40 persen untuk Polado. Kombinasi ini dapat menekan risiko hingga 19,90 persen dari tingkat risiko aktual, mengurangi kerugian dari fluktuasi penerimaan sebesar Rp 505.765.000, dan dapat meningkatkan tingkat penerimaan sebesar 6,65 persen dari tingkat penerimaan aktual. Penelitian Wahyu tahun 2004 mengenai optimalisasi risiko portofolio pemasaran produk sari mengkudu pada CV Morinda House Bogor. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran perusahaan belum optimal. Kombinasi alokasi modal optimal untuk menekan tingkat risiko portofolio dan meningkatkan keuntungan adalah masing-masing sebesar 10,61 persen untuk kelompok produk Raos Nusaena, 32,44 persen untuk kelompok produk Morinda Bogor, dan 29,3 persen untuk kelompok produk Morinda Kapsul. Sedangkan kelompok produk Mengkudu Juice alokasi modal sudah optimal untuk menekan tingkat risiko portofolio perusahaan. Penelitian Sulistyawati tahun 2005 mengenai analisis pendapatan dan risiko diversifikasi usahatani sayur-sayuran pada perusahaan Pacet Segar. Penelitian ini menganalisis tingkat pendapatan dan risiko, tingkat keamanan, dan menentukan alternatif diversifikasi antar komoditas yang diusahakan. Berdasarkan model analisis pendapatan, diperoleh nilai RC rasio lebih dari satu RC 1, usahatani daun bawang besar dan jagung acar lebih efisien dibandingkan komoditas yang lain, dimana nilai RC rasio rata-ratanya sebesar 1,50 dan 1,51. Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi rata-rata positif kecuali kombinasi wortel-sawi putih -0,01 dan kombinasi brokoli-sawi putih -0,01. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komoditas jagung acar memiliki rasio total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh komoditas lain. Selain itu jika dilihat dari optimalisasi pendapatan dan risiko, komoditas daun bawang besar, bunga kol, wortel baby, dan wortel besar memiliki tingkat risiko lebih rendah dibandingkan tingkat risiko yang dihadapi komoditas lain. Penelitian Trangjiwani tahun 2008 mengenai manajemen risiko operasional CV Bimandiri. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat dalam perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah aproksimaksi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi risiko sistem, proses, SDM, dan risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dengan keempat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and minitor yang dilakukan untuk : 1 risiko sistem, SDM, proses, dan eksternal pada tomat, 2 risiko sistem dan eksternal pada kol, 3 risiko sistem, proses, dan eksternal pada lettuce head, dan 4 risiko sistem, proses, dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, yaitu : 1 risiko sistem dan SDM pada kentang, 2 risiko proses dan SDM pada kol, 3 risiko SDM pada lettuce head, dan 4 risiko SDM pada cabai merah. Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan Agoesfiansyah, Johan, Widodo, dan Wahyu adalah sama-sama menganalisis optimalisasi risiko portofolio pemasaran dan metode analisis yang digunakan yaitu Single-Index Portofolio, tetapi ada juga perbedaan dalam komoditas yang diteliti dan lokasi penelitian. Perbedaan dengan penelitian Sulistiyawati adalah menganalisis pendapatan dan risiko diversifikasi, model analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan, serta komoditas dan lokasi yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian Trangjiwani adalah menganalisis manajemen risiko operasional, model analisis yang digunakan yaitu aproksimaksi, matrik, dan signifikasi, serta komoditas dan lokasi yang diteliti. Daftar studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Dony Agoesfiasyah 1999 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Buah-buahan pada PT. Moena Putra Nusantara Jakarta Analisis Single- Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Irni Rahmayani Johan 2000 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Turunan Susu pada PT. Yummy Food Utama Jakarta Analisis Single- Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Titis Priyo Widodo 2003 Optimalisasi Pendapatan dengan Minimisasi Risiko Portofolio Produk-produk Herbisida Studi Kasus PT. Branita Sandhini, Riau Analisis Single- Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Dani Dwi Wahyu 2004 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Sari Mengkudu pada CV. Morinda House Bogor Analisis Single- Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Sulistyawati 2005 Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur- sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Analisis Pendapatan dan Analisis Risiko Wukir Trangjiwani 2008 Manajemen Risiko Operasional CV. Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Analisis Aproksimaksi, Analisis Matrik Frekuensi dan Analisis Signifikasi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko