Optimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

(1)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

SKRIPSI

MARIA MONTESORI H34066077

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

MARIA MONTESORI. H34066077. 2009. Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Revitalisasi pertanian yang menjadi program pemerintah telah turut mendorong bergeraknya sektor pertanian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian sebesar 1,3 dari 6.5 persen total Produk Domestik Bruto tahun 2007 (BPS, 2007). Berbagai program Departemen Pertanian terlihat berlomba serius dalam mencapai tujuan revitalisasi pertanian, salah satunya gerakan “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (ecoagribusiness), apalagi adanya perubahan preferensi masyarakat terhadap pola hidup sehat (back to nature) juga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan.

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertanian ramah lingkungan, Jenis-jenis produk yang telah dipasarkan oleh LPS sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut : beras SAE (sehat, aman dan enak; beras bebas pestisida ), OFER (organik fertilizer) dan Top Soil, PASTI (insektisida nabati) dan Bio Mentari (pupuk organik cair), dan VIR (Vitura dan Virexi). Melalui modal yang terbatas, LPS mengalokasikan modal yang tersedia untuk kegiatan diversifikasi/portofolio pemasaran produknya. Portofolio pemasaran produk yang dilakukan LPS meningkatkan penerimaan, dan yang utama untuk menekan fluktuasi/risiko penerimaan. Pengalokasian modal yang tidak optimal dapat meningkatkan risiko portofolio pemasaran, oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan usaha, LPS perlu melakukan optimalisasi untuk menganalisis kebijakan diversifikasi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah proporsi alokasi modal yang telah dilakukan dalam portofolio pemasaran sudah optimal dan apakah mampu meminimumkan risiko portofolio pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran produk LPS dengan pendekatan single-index portofolio dan menentukan proporsi alokasi modal optimal dari produk-produk yang dipasarkan yang memberikan risiko minimum. Data yang digunakan adalah data penerimaan penjualan dan beban-beban pemasaran perbulan pada tahun 2008. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Kelurahan Harja Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui preferensi LPS terhadap risiko. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis korelasi antara produk, menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran, dan menganalisis proporsi alokasi modal tingkat optimal yang mampu meminimum tingkat risiko portofolio.

Berdasarkan hasil analisis korelasi, diketahui bahwa kelompok produk yang paling layak untuk dikombinasikan terhadap tiga kelompok produk yang lain adalah kelompok produk beras SAE, karena memiliki koefisien korelasi yang


(3)

negatif terhadap dua dari tiga kelompok produk, yaitu - 0,116 terhadap OFER dan Top Soil, dan - 0,054 terhadap VIR (Vitura dan Virexi), serta 0,454 terhadap PASTI dan Bio Mentari. Kombinasi diversifikasi terbaik adalah produk yang memiliki nilai koefisien korelasi negatif terkecil. Dengan demikian urutan kombinasi diversifikasi terbaik adalah: beras SAE dan VIR (Vitura dan Virexi), dan beras SAE dan OFER dan Top Soil. Untuk benih PASTI dan Bio Mentari masih bisa dijadikan pasangan kombinasi diversifikasi karena koefisien korelasi bernilai positif kecil, walaupun hasil kombinasi tidak sebaik produk yang memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif.

Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh bahwa kelompok produk beras SAE memiliki risiko portofolio tertinggi, yaitu 0,991 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran, dan tingkat risiko terendah diperoleh pada kelompok produk OFER dan Top Soil yaitu sebesar -0,105 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Tingkat risiko kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) masing-masing adalah sebesar 0,401 dan 0,023 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Pada kelompok produk SAE dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien portofolio maka semakin tinggi pula penerimaan rata-ratanya, hal ini menunjukkan semakin tinggi penerimaan suatu produk maka semakin tinggi pula risiko yang diakibatkannya. Namun tidak demikian pada kelompok produk lain. Pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari walaupun memiliki nilai koefisien portofolio yang tertinggi kedua setelah beras SAE, justru memiliki rata-rata penerimaan yang terendah diantara keempat kelompok produk lainnya. Begitu pula pada kelompok produk OFER dan Top Soil walaupun memiliki nilai koefisien portofolio terendah justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan kelompok produk VIR (Vitura dan Virexi) dan PASTI dan Bio Mentari. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor kekhasan masing-masing kelompok produk dan faktor risiko non sistemik, lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat risiko secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil optimalisasi, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara proporsi alokasi modal aktual dengan proporsi alokasi modal optimal. Pada kelompok produk beras SAE mengalami penyesuaian dari sebesar 92.61 persen menjadi 88,62 persen atau turun sebesar 3,99 persen dari kondisi aktualnya. Kelompok produk OFER dan Top Soil mengalami penyesuaian dari sebesar 5,11 persen menjadi 11,38 persen atau naik sebesar 6,27 persen dari kondisi aktualnya. Sementara pada kelompok produk PASTI dan Bio mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) alokasi modal sudah optimal.

Implementasi hasil optimalisasi pada proporsi alokasi modal optimal dapat memberikan manfaat ganda yaitu, menekan tingkat risiko hingga sebesar 5.5 persen dari tingkat risiko aktualnya (jika dikonversi ke dalam rupiah dapat mengurangi kemungkinan kerugian akibat fluktuasi penerimaan sebesar Rp 53.598.200) dan dapat meningkat keuntungan sebesar 18.84 persen dari keuntungan aktualnya (jika dikonversi ke dalam rupiah, dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp 30.671.156). Selain itu perusahaan juga masih dapat menghemat beban administrasi dan umum yang dikeluarkan selama setahun sebesar Rp 6.319.992.


(4)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

MARIA MONTESORI H 3406677

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

Nama : Maria Montesori

Nomor Registrasi Pokok : H3406677

Disetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP 19630228 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Maria Montesori H3406677


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Kemala, Sumatera Selatan pada tanggal 27 September 1980 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara keluarga Bapak M Ikhsan dan Ibu Nursaniah.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Tanjung Kemala, Lubai 1993. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 1996 di SMP Negeri 2 Muara Kuang, Ogan Ilir. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SMK Negeri 1 Gelumbang, Prabumulih. Pada tahun 1999, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain Kepala Biro Kerohanian dan Kepala Biro Pendidikan IMASMAKERTAN 1999-2001, Bendahara TALASETA 2001-2002, Kepala Biro Syiar MT Al-Bustan 2001-2002, anggota Biro Humas, Kepala Biro Kajian Strategis Pertanian, dan Kepala Departemen Keputrian L-SIMA 2006-2009, dan sebagai Manajer Marketing IPBSharia Business Community 2008-sekarang.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb Penguasa awal dan akhir, Pemegang jiwa dan tempat bergantungnya manusia. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarganya, dan para sahabat serta orang-orang yang mengikuti risalah-Nya hingga akhir zaman.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pamasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio dari kegiatan pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat dengan pendekatan single-index portofolio, menentukan kombinasi proporsi alokasi modal yang optimal, yang mampu meminimumkan risiko dan sekaligus meningkatkan pendapatan portofolio pemasaran, dan menganalisis kemungkinan rekomendasi hasil optimalisasi terhadap kondisi perusahaan.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik institusi maupun pihak lain yang terkait, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan yang telah didedikasikan.

Penulis berupaya melakukan secara optimal agar memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis tetap mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2009 Maria Montesori


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, pertolongan, dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan manusia Rasulullah Muhammad SAW atas nikmat islam dan risalahnya.

Penulis menyadari proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Burhanuddin, MM., atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan proposal penelitian.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si, selaku dosen penguji sidang penulis, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan sidang penulis, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Ebak, Emak, Kakak, Ayuk, dan adik-adik tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang kepada penulis.

6. Ir. Samsuddin, M.Si. selaku Direktur Lembaga Pertanian Sehat, Amir Mutaqin, SP selaku Manajer Produksi dan Bisnis, dan seluruh staf LPS yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas waktu, kesempatan, informasi, dan bantuan yang telah diberikan.

7. Seluruh staf sekretariat ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 8. Desty Mariana Harahap, atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar

hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan skripsi ini.


(10)

9. Teman terbaik, saudara seperjuangan di Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi (L-SIMA), di Komunitas Gaul Sehat (KOGASE), di IPB Sharia Business Community, dan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sungguh pertemuan kita adalah haq, perjuangan dan cita-cita kita adalah benar, semoga Allah senantiasa menyatukan kita.

10. Teman-teman MAMI Agribisnis angkatan I, atas motivasi dan semangat yang diberikan.

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, September 2009


(11)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

SKRIPSI

MARIA MONTESORI H34066077

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

MARIA MONTESORI. H34066077. 2009. Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Revitalisasi pertanian yang menjadi program pemerintah telah turut mendorong bergeraknya sektor pertanian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian sebesar 1,3 dari 6.5 persen total Produk Domestik Bruto tahun 2007 (BPS, 2007). Berbagai program Departemen Pertanian terlihat berlomba serius dalam mencapai tujuan revitalisasi pertanian, salah satunya gerakan “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (ecoagribusiness), apalagi adanya perubahan preferensi masyarakat terhadap pola hidup sehat (back to nature) juga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan.

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertanian ramah lingkungan, Jenis-jenis produk yang telah dipasarkan oleh LPS sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut : beras SAE (sehat, aman dan enak; beras bebas pestisida ), OFER (organik fertilizer) dan Top Soil, PASTI (insektisida nabati) dan Bio Mentari (pupuk organik cair), dan VIR (Vitura dan Virexi). Melalui modal yang terbatas, LPS mengalokasikan modal yang tersedia untuk kegiatan diversifikasi/portofolio pemasaran produknya. Portofolio pemasaran produk yang dilakukan LPS meningkatkan penerimaan, dan yang utama untuk menekan fluktuasi/risiko penerimaan. Pengalokasian modal yang tidak optimal dapat meningkatkan risiko portofolio pemasaran, oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan usaha, LPS perlu melakukan optimalisasi untuk menganalisis kebijakan diversifikasi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah proporsi alokasi modal yang telah dilakukan dalam portofolio pemasaran sudah optimal dan apakah mampu meminimumkan risiko portofolio pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran produk LPS dengan pendekatan single-index portofolio dan menentukan proporsi alokasi modal optimal dari produk-produk yang dipasarkan yang memberikan risiko minimum. Data yang digunakan adalah data penerimaan penjualan dan beban-beban pemasaran perbulan pada tahun 2008. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Kelurahan Harja Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui preferensi LPS terhadap risiko. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis korelasi antara produk, menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran, dan menganalisis proporsi alokasi modal tingkat optimal yang mampu meminimum tingkat risiko portofolio.

Berdasarkan hasil analisis korelasi, diketahui bahwa kelompok produk yang paling layak untuk dikombinasikan terhadap tiga kelompok produk yang lain adalah kelompok produk beras SAE, karena memiliki koefisien korelasi yang


(13)

negatif terhadap dua dari tiga kelompok produk, yaitu - 0,116 terhadap OFER dan Top Soil, dan - 0,054 terhadap VIR (Vitura dan Virexi), serta 0,454 terhadap PASTI dan Bio Mentari. Kombinasi diversifikasi terbaik adalah produk yang memiliki nilai koefisien korelasi negatif terkecil. Dengan demikian urutan kombinasi diversifikasi terbaik adalah: beras SAE dan VIR (Vitura dan Virexi), dan beras SAE dan OFER dan Top Soil. Untuk benih PASTI dan Bio Mentari masih bisa dijadikan pasangan kombinasi diversifikasi karena koefisien korelasi bernilai positif kecil, walaupun hasil kombinasi tidak sebaik produk yang memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif.

Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh bahwa kelompok produk beras SAE memiliki risiko portofolio tertinggi, yaitu 0,991 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran, dan tingkat risiko terendah diperoleh pada kelompok produk OFER dan Top Soil yaitu sebesar -0,105 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Tingkat risiko kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) masing-masing adalah sebesar 0,401 dan 0,023 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Pada kelompok produk SAE dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien portofolio maka semakin tinggi pula penerimaan rata-ratanya, hal ini menunjukkan semakin tinggi penerimaan suatu produk maka semakin tinggi pula risiko yang diakibatkannya. Namun tidak demikian pada kelompok produk lain. Pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari walaupun memiliki nilai koefisien portofolio yang tertinggi kedua setelah beras SAE, justru memiliki rata-rata penerimaan yang terendah diantara keempat kelompok produk lainnya. Begitu pula pada kelompok produk OFER dan Top Soil walaupun memiliki nilai koefisien portofolio terendah justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan kelompok produk VIR (Vitura dan Virexi) dan PASTI dan Bio Mentari. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor kekhasan masing-masing kelompok produk dan faktor risiko non sistemik, lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat risiko secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil optimalisasi, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara proporsi alokasi modal aktual dengan proporsi alokasi modal optimal. Pada kelompok produk beras SAE mengalami penyesuaian dari sebesar 92.61 persen menjadi 88,62 persen atau turun sebesar 3,99 persen dari kondisi aktualnya. Kelompok produk OFER dan Top Soil mengalami penyesuaian dari sebesar 5,11 persen menjadi 11,38 persen atau naik sebesar 6,27 persen dari kondisi aktualnya. Sementara pada kelompok produk PASTI dan Bio mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) alokasi modal sudah optimal.

Implementasi hasil optimalisasi pada proporsi alokasi modal optimal dapat memberikan manfaat ganda yaitu, menekan tingkat risiko hingga sebesar 5.5 persen dari tingkat risiko aktualnya (jika dikonversi ke dalam rupiah dapat mengurangi kemungkinan kerugian akibat fluktuasi penerimaan sebesar Rp 53.598.200) dan dapat meningkat keuntungan sebesar 18.84 persen dari keuntungan aktualnya (jika dikonversi ke dalam rupiah, dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp 30.671.156). Selain itu perusahaan juga masih dapat menghemat beban administrasi dan umum yang dikeluarkan selama setahun sebesar Rp 6.319.992.


(14)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

MARIA MONTESORI H 3406677

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

Judul Skripsi : Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

Nama : Maria Montesori

Nomor Registrasi Pokok : H3406677

Disetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP 19630228 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Maria Montesori H3406677


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Kemala, Sumatera Selatan pada tanggal 27 September 1980 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara keluarga Bapak M Ikhsan dan Ibu Nursaniah.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Tanjung Kemala, Lubai 1993. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 1996 di SMP Negeri 2 Muara Kuang, Ogan Ilir. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SMK Negeri 1 Gelumbang, Prabumulih. Pada tahun 1999, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain Kepala Biro Kerohanian dan Kepala Biro Pendidikan IMASMAKERTAN 1999-2001, Bendahara TALASETA 2001-2002, Kepala Biro Syiar MT Al-Bustan 2001-2002, anggota Biro Humas, Kepala Biro Kajian Strategis Pertanian, dan Kepala Departemen Keputrian L-SIMA 2006-2009, dan sebagai Manajer Marketing IPBSharia Business Community 2008-sekarang.


(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb Penguasa awal dan akhir, Pemegang jiwa dan tempat bergantungnya manusia. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarganya, dan para sahabat serta orang-orang yang mengikuti risalah-Nya hingga akhir zaman.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pamasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio dari kegiatan pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat dengan pendekatan single-index portofolio, menentukan kombinasi proporsi alokasi modal yang optimal, yang mampu meminimumkan risiko dan sekaligus meningkatkan pendapatan portofolio pemasaran, dan menganalisis kemungkinan rekomendasi hasil optimalisasi terhadap kondisi perusahaan.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik institusi maupun pihak lain yang terkait, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan yang telah didedikasikan.

Penulis berupaya melakukan secara optimal agar memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis tetap mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2009 Maria Montesori


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, pertolongan, dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan manusia Rasulullah Muhammad SAW atas nikmat islam dan risalahnya.

Penulis menyadari proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Burhanuddin, MM., atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan proposal penelitian.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si, selaku dosen penguji sidang penulis, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan sidang penulis, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Ebak, Emak, Kakak, Ayuk, dan adik-adik tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan kasih sayang kepada penulis.

6. Ir. Samsuddin, M.Si. selaku Direktur Lembaga Pertanian Sehat, Amir Mutaqin, SP selaku Manajer Produksi dan Bisnis, dan seluruh staf LPS yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas waktu, kesempatan, informasi, dan bantuan yang telah diberikan.

7. Seluruh staf sekretariat ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis. 8. Desty Mariana Harahap, atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar

hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan skripsi ini.


(20)

9. Teman terbaik, saudara seperjuangan di Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi (L-SIMA), di Komunitas Gaul Sehat (KOGASE), di IPB Sharia Business Community, dan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sungguh pertemuan kita adalah haq, perjuangan dan cita-cita kita adalah benar, semoga Allah senantiasa menyatukan kita.

10. Teman-teman MAMI Agribisnis angkatan I, atas motivasi dan semangat yang diberikan.

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, September 2009


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Definisi Optimalisasi ... 9

2.2. Definisi Risiko ... 9

2.3. Definisi Portofolio ... 10

2.4. Manajemen Risiko ... 10

2.5. Definisi Pertanian Organik ... 11

2.6. Produk Pertanian Organik ... 12

2.7. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1. Konsep Risiko ... 18

3.1.2 Konsep Portofolio ... 18

3.1.3. Preferensi Investor Terhadap Risiko ... 19

3.1.4. Penurunan Risiko Karena Diversifikasi ... 22

3.1.5 Korelasi dan Koefisien Korelasi ... 23

3.1.6.Single-Index Portofolio ... 24

3.1.7 Optimalisasi danLinear Programming ... 27

3.1.8. Analisis Dual dan Analisis Primal ... 29

3.1.9. Analisis Kepekaan ... 30

3.2. Hipotesis Penelitian ... 30

3.3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV. METODE PENELITIAN ... 33

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 33

4.3. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 33

4.3.1. Analisis Koefisien Korelasi ... 34

4.3.2. Analisis Risiko dengan Model Single-Index Portofolio .... 35


(22)

4.3.3.1. Fungsi Tujuan ... 37 4.3.3.2. Kegiatan/Aktivitas ... 37 4.3.3.3. Fungsi Kendala ... 38 4.3.4. Analisis Sumberdaya dengan Analisis Dual dan Primal... 39 4.3.5. Analisis Kepekaan ... 39 4.3.6. Rekomendasi Hasil Optimalisasi Terhadap

Kondisi Perusahaan ... 40 4.4. Definisi Operasional ... 40

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41 5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 41 5.2. Aktivitas Lembaga Pertanian Sehat ... 42 5.3. Lokasi Perusahaan ... 44 5.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 44 5.5. Sistem Ketenagakerjaan ... 45 5.6. Fasilitas Produksi ... 46 5.7. Deskripsi produk ... 47 5.7.1. Beras SAE ... 47 5.7.2. OFER dan Top Soil ... 47 5.7.3. PASTI dan Bio Mentari ... 48 5.7.4. VIR (Vitura dan Virexi) ... 49 5.8. Proses Produksi ... 49 5.9. Pemasaran Produk ... 50

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54 6.1. Analisis koefisien Korelasi ... 54 6.2. Analisis Risiko dengan ModelSingle-Index Portofolio ... 55 6.3. Tingkat Risiko dan Keutungan Optimal ... 59 6.4. Analisis Penggunaan Sumberdaya ... 61 6.5. Analisis Kepekaan ... 62 6.6. Rekomendasi Hasil Optimalisasi Terhadap Kondisi Perusahaan 64

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 7.1. Kesimpulan ... 66 7.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ... 70


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kontribusi Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut

Lapangan Usaha (Persentase) ... 1 2. Perubahan Proporsi Alokasi Modal Untuk Keempat Produk

Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2007 dan 2008 ... 6 3. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 17 4. Enam Bidang Aktivitas Pokok Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2005 ... 43 5. Rekapitulasi Karyawan Lembaga Pertanian Sehat Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2008 ... 46 6. Daftar Harga Beras SAE Berdasarkan Jenis Kemasan Tahun 2008 .. 47 7. Daftar Harga OFER dan Top Soil Berdasarkan Jenis Kemasan

Tahun 2008 ... 48 8. Daftar Harga PASTI dan Bio Mentari Berdasarkan Jenis

Kemasan Tahun 2008 ... 49 9. Daftar Harga VIR (Vitura dan Virexi) Tahun 2008 ... 49 10. Penerimaan Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat

Periode Januari – Desember Tahun 2008 ... 52 11. Produksi, Biaya, Modal, Penerimaan, danGross Margin Lembaga

Pertanian Sehat Berdasarkan Produk Tahun 2008 ... 52 12. Beban, Nilai Penjualan, danGross Margin Per Satuan Produk

Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2008 ... 53 13. Koefisien Korelasi Antara Dua Jenis Produk Lembaga

Pertanian Sehat Perioede Januari – Desember 2008 ... 54 14. Hasil DugaanSingle-Index Portofolio untuk Masing-masing

Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008 . 57 15. Perbandingan Alokasi Modal pada Tingkat Risiko Kondisi

Optimal dengan Alokasi Modal pada Tingkat Risiko

Aktual dalam Persen ... 60 16. Perbandingan Tingkat Risiko dan Keuntungan pada Kondisi

Optimal dengan Tingkat Risiko dan Keuntungan Aktual

dalam Rupiah ... 61 17. Nilai Konversi Nilai Slack/Surplus dan Dual dari Model

Optimalisasi Risiko ... 62 18. Nilai Konversi Selang Kepercayaan Kendala pada Model


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian

Sehat Periode Januari – Desember 2008 ... 5 2. Grafik Penerimaan Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat

Periode Januari – Desember 2008 ... 5 3. Skema Pengawasan Produk Organik ... 13 4. Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko ... 21 5. KurvaIndifference bagi Investor yangRisk Averse ... 22 6. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi ... 22 7. Pengaruh Portofolio Terhadap Tingkat Pengembalian pada

Investasi yang Memiliki Koefisien Korelasi Negatif ... 24 8. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32 9. Struktur Organisasi Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009 ... 45 10. Jaringan Penjualan dan Distribusi Lembaga Pertanian


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian

Sehat Periode Januari – Desember 2008 ... 71 2. Penerimaan Penjualan Masing-masing Produk Lembaga

Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008 ... 72 3. Denah Lokasi Kantor Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009 ... 74 4. Alur Proses Pembuatan OFER Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2009 ... 75 5. Alur Proses Pembuatan PASTI Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2009 ... 76 6. Alur Proses Pembuatan Bio-Pestisida VIR Lembaga Pertanian

Sehat Tahun 2009 ... 77 7. Gambar Produk-produk Lembaga Pertanian Sehat ... 78 8. Hasil Analisis Koefisien Korelasi Produk Lembaga Pertanian

Sehat Tahun 2009 ... 79 9. Hasil Uji Normalitas Produk Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2009 ... 80 10. Hasil Uji Regresi ... 83 11. Output Optimalisasi LINDO ... 87 12. Rekapitulasi Biaya Administrasi dan Umum Lembaga


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah turut membantu perkembangan sektor pertanian di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat pertumbuhan ekonomi tahun 2007 mencapai 6,5 persen, yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sumbangan tertinggi pertumbuhan ekonomi dicapai oleh sektor pertanian yaitu sebesar 1,3 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Tabel 1 menunjukkan kontributor beberapa lapangan usaha terhadap laju pertumbuhan PDB sepanjang tahun 2007.

Tabel 1. Kontribusi Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha (Persentase) Tahun 2007

Lapangan Usaha Persentase Kontributor Terhadap PDB 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.3

2 Pertambangan dan Pengendalian 0.2

3 Industri Pengolahan 1.2

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.1

5 Konstruksi 0.5

6 Perdagangan, Hoteln dan Restoran 1.2

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.8

8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 0.7

9 Jasa-Jasa 0.5

PDB 6.5

PDB Tanpa Migas 6.4

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (Diolah)

Lebih lanjut program revitalisasi pertanian semakin diperhatikan oleh pemerintah, hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya program kebijakan ketahanan dan kedaulatan pangan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Departemen Pertanian, dengan mengeluarkan program yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (ecoagribusiness) yaitu gerakan “Go Organic 2010”, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat dengan visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar dunia pada tahun 2010. Program ini seolah menemukan jalan mulus dengan terjadinya perubahan preferensi masyarakat terhadap pola hidup sehat


(27)

(back to nature), sehingga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan (LPS, 2009).

Pertanian Organik dipandang sebagai alternatif pengelolaan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan memperhatikan aspek pemeliharaan tanah dan kesehatan. Salah satu tujuan dari pengembangan pertanian organik adalah untuk menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan. Citra produk pertanian organik sebagai produk sehat dan ramah lingkungan mendorong hasil pertanian organik dihargai lebih tinggi oleh konsumen (premium price). Studi Departemen Sosial Ekonomi Institut Pertanian Bogor (2006) menunjukkan bahwa setelah beberapa musim, pertanian model organik dan input luar rendah (LEISA) lebih menguntungkan daripada pertanian konvensional1.

Menurut staf senior Departemen Pertanian, permintaan produk organik nasional meningkat hingga 600 persen dalam tiga tahun terakhir. Ini mulai ditandai dengan pertambahan jumlah pedagang danoutlet/swalayan yang menjual produk organik. Hal ini dikuatkan oleh Amani Masta, salah satu trader organik besar di Jakarta, dimana mereka menyatakan pertumbuhan permintaan terus meningkat untuk produk pertanian organik2.

Keunggulan dari produk pertanian organik3, yaitu (1) mampu menjaga kesehatan, dengan mengonsumsi pangan organik, tubuh akan menciptakan zat antibodi yang dapat melawan segala macam penyakit, contohnya beras, konsumsi nasi (beras) berkisar 60 - 70 persen dari total yang kita makan setiap hari, sehingga nasi sangatlah berpengaruh bagi kesehatan; (2) rasa produk organik lebih enak, misalnya beras organik dinilai memiliki kelebihan seperti: beras tidak berbau, bersih, licin, putih, rasanya gurih, tidak cepat basi dalam 48 jam, dan kualitas lebih baik dari beras impor; (3) produk organik sebagai terapi penyakit, karena produk ini banyak mengandung antioksidan sehingga dapat menghilangkan toksin dalam tubuh; (4) menghemat biaya untuk ke dokter; dan (5)

1

www.satudunia-oneworld.net. Beras Organik, Beras Ideologis. Diakses 8 Maret 2009

2

www.organic-rice.blogspot.com. Bisnis Makanan Organik Malilea. Diakses 6 Maret 2009

3

www.kabarindonesia.com. 50 Tahun Lagi, Bali Baru Produksi Beras Organik. Diakses 6 Maret 2009


(28)

bila di konsumsi akan lebih cepat kenyang. Selain keunggulan yang dimilikinya, ada beberapa alasan mengapa harus bertani organik :

1. Melindungi kualitas air, udara dan tanah. Pertanian organik akan membantu pemulihan ekosistem yang telah rusak serta berperan serta secara aktif menjaga keseimbangan alam.

2. Melindungi kesehatan pekerja pertanian.

3. Meningkatkan taraf hidup petani. Misal, padi organik dihargai lebih mahal, “Harga beras dari bibit organik mencapai Rp 6.500,00 per kilogram sedangkan beras biasa hanya Rp 4.000,00 per kilogram.

Pasar pertanian organik di Indonesia masih sangat potensial, tahun 2005 pasar produk pertanian organik masih terkonsentrasi di Jabotabek Surabaya dan Denpasar. Di Jakarta terdapat 12 supermarket, dua restoran, duaoutlet khusus dan enam pedagang/distributor produk organik. Produsen produk pertanian organik terdapat di Bogor, Sukabumi, Malang, Bandung, dan Bali (sayur dan buah), Sragen, Boyolali, Klaten, Jogjakarta, Mojokerto (beras), Bandung (susu), Lampung hingga Riau (rempah-rempah), Aceh (kopi), dan Flores (Kacang Mete). Sebagian besar produk organik di Jawa masih didistribusikan melalui jalur alternatif, seperti model keagenan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Sarana Bakti (BSB) di Bogor, pesan antar oleh MBI di Malang, SAHANI di Jogjakarta, ELSPPAT di Bogor, dan Konphalindo di Jakarta), atau juga melaluioutlet khusus seperti yang dilakukan oleh ELSPPAT, SAHANI, BSB, dan Pasar Tani di Boyolali . Umumnya produk organik yang dipasarkan masih belum disertifikasi, kecuali produk BSB yang disertifikasi oleh PT NASAA, dan produkBionic Farm dan PT Surya Ciptani Wangunharja yang disertifikasi oleh BIOCert4.

1.2. Perumusan Masalah

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertanian ramah lingkungan. LPS pertama kali didirikan tahun 1999 di Desa Cibanteng Kelurahan Darmaga Kabupaten Bogor. LPS bergerak dalam kegiatan produksi dan pemasaran hasil produksi pertanian dan sarana produksi pertanian (saprotan).

4


(29)

Lembaga Pertanian Sehat memasarkan produknya ke kota-kota seperti Bogor, Jakarta, Depok, dan Bekasi. Walaupun tergolong baru dalam industri ini, LPS telah mampu memproduksi dan memasarkan produk, berupa produk pertanian dan saprotan yang sehat, tepat guna, menggunakan bahan baku lokal, mudah diperoleh, dan berdaya saing. Produk-produk tersebut diproduksi secara ramah lingkungan, dengan standar mutu, tenaga ahli, dan pengawasan ketat baik dari proses pengadaan bahan baku, produksi (atau pembelian dengan perjanjian kualitas, pada produk tertentu) hingga kegiatan pemasaran.

Dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya, LPS sebagai salah satu produsen produk pertanian ramah lingkungan dihadapkan pada masalah. Bertambahnya jumlah perusahaan yang masuk ke dalam industri ini serta risiko perubahan preferensi konsumen ke produk perusahaan lain, menyebabkan munculnya persaingan, apalagi pada produk tertentu penjualan masih terkendala karena aspek legalitas, sehingga kondisi tersebut bisa menurunkan penerimaan perusahaan.

Berdasarkan laporan manajemen LPS, pada tahun 2008 terjadi penurunan penerimaan penjualan pada produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan Virexi), dimana penurunan masing-masing adalah sebesar Rp 3.717.00 dan Rp 9.819.500. Penurunan ini disebabkan oleh tidak tercapainya target pemasaran, dimana dari target penjualan, LPS hanya mampu menjual beras SAE sebesar 41 persen, OFER dan top Soil 31 persen, PASTI dan Bio Mentari 17 persen, dan VIR (Vitura dan Virexi) 17 persen, kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan rincian target dan realisasi penjualan LPS tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 1.


(30)

0.00 50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 Beras SAE (Kg)

OFER dan Top Soil (Kg) PASTI dan Bio Mentari (Btl) VIR (Vitura dan Virexi) (Dus) Produk Vol ume Penjua lan 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 Realisasi Target Persen (%)

Gambar 1. Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari - Desember 2008

Gambar 1, mengindikasikan bahwa terdapat kendala/gangguan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai penjualan perusahaan. Kendala ini dapat menimbulkan kerugian (risiko) bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh fluktuasi penerimaan penjualan produk (dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan penerimaan penjualan masing-masing produk dapat di lihat pada Lampiran 1), sehingga dapat dikatakan secara agregat dapat mengakibatkan penurunan penerimaan bersih perusahaan.

0 20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000 140000000 160000000 180000000 200000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan J u ml a h Pe ne rima a n (R p )

Gambar 2. Grafik Penerimaan Penjualan Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008

Selain itu penurunan penerimaan yang terjadi, diduga karena adanya perubahan proporsi alokasi modal untuk keempat produk yang dipasarkan. Pada


(31)

tahun 2008 untuk produk beras SAE terjadi penambahan alokasi modal sebesar 3,1 persen, sedangkan pada produk OFER dan Top Soil, PASTI dan Bio Mentari, dan VIR (Vitura dan Virexi), terjadi pengurangan alokasi modal masing-masing sebesar: 1,77 persen, 0,64 persen, dan 0,69 persen (dapat dilihat pada Tabel 2), kebijakan proporsi alokasi modal tersebut menyebabkan LPS menderita kerugian karena mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan kemampuan laba hingga 82,76 dari kemampuan laba tahun sebelumnya.

Tabel 2. Perubahan Proporsi Alokasi Modal Untuk Keempat Produk Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2007 dan 2008

2007 2008 N o Produk Alokasi Modal (Rp) % Penerimaa n (Rp) Alokasi Modal (Rp) %

Penerimaa n (Rp) % Perubah an 1 Beras SAE 536.793.45 0 89,51 608.612.60 0

841.990.790 92,61 964.339.00 0

3,1 2 OFER

dan Top Soil

41.252.268 6,88 52.573.100 46.496.744 5,11 67.162.500 1,77

3 PASTI dan Bio Mentari

6.397.089 1,07 12.686.500 3.862.336 0,43 8.969.500 0,64

4 VIR (Vitura dan Virexi)

15.219.500 2,54 41.312.500 16.856.974 1,85 31.493.000 0,69

Total 599.661.80 7

100 715.184.70 0

909.206.844 100 1.071.964.0 0

Total Penerimaan Bersih (Rp)

82.591.843 14.241.741 82,76

Keterangan : Ditambah sebesar, dikurangi sebesar

Berdasarkan Tabel 2, kebijakan proporsi alokasi modal LPS untuk keempat produknya dinilai mengandung risiko. Menurut Husnan (2003) investasi yang berisiko tidak hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan tetapi juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko yang dihadapi, karena terdapat asumsi semakin besar tingkat keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi. Sehingga dengan demikian LPS perlu memperhatikan kebijakan investasi yang dilakukan dan melakukan evaluasi kinerja kebijakan investasi tersebut.

Menurut pihak manajemen LPS, diversifikasi atau portofolio yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dan sekaligus untuk menekan fluktuasi /risiko penerimaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam rencana portofolio pemasaran, LPS perlu memperhatikan dan mengevaluasi


(32)

kebijakan alokasi modal, karena penentuan alokasi modal yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko yang dihadapi. Sehingga LPS perlu menganalisis apakah proporsi alokasi modal yang telah dilakukan untuk memasarkan berbagai produknya mampu menekan risiko dan sekaligus meningkatkan penerimaannya.

Berdasarkan teori portofolio, meminimumkan risiko portofolio, berarti mengurangi fluktuasi tingkat keuntungan portofolio tersebut dari waktu ke waktu, untuk itu perlu untuk memilih kombinasi alokasi modal yang mempunyai koefisien korelasi yang rendah (akan lebih baik lagi jika negatif), karena akan lebih efektif mengurangi fluktuasi. Dengan demikian efektivitas pengurangan risiko sangat ditentukan oleh jumlah modal yang dimiliki, penentuan berapa proporsi alokasi modal yang digunakan untuk masing-masing produk/portofolio optimal, dan koefisien korelasi antar tingkat penerimaan masing-masing produk (Husnan, 2003).

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat risiko portofolio dari kegiatan pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat dengan pendekatansingle-index portofolio. 2. Menentukan kombinasi proporsi alokasi modal yang optimal, yang mampu

meminimumkan risiko dan sekaligus meningkatkan pendapatan dari portofolio pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat.

3. Menganalisis kemungkinan rekomendasi hasil optimalisasi yang telah dilakukan berdasarkan kondisi perusahaan saat ini.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi pihak manajemen LPS sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait strategi diversifikasi pemasaran produknya dengan mempertimbangkan tingkat risiko dan penerimaan perusahaan. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih kemampuan analisis dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sekaligus menambah pengalaman dan wawasan baru. Sedangkan bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.


(33)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada optimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko. Produk yang analisis dalam penelitian dibatasi hanya pada empat produk, yaitu beras SAE, OFER dan Top Soil, PASTI dan Bio Mentari, dan VIR (Vitura dan Virexi). Fokus kajian meliputi analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan kombinasi optimal dari produk yang dipasarkan LPS. Analisis-analisis yang dilakukan antara lain adalah Analisis-analisis koefisien korelasi, Analisis-analisis risiko, analisis optimalisasi, analisis sumberdaya, analisis kepekaan, dan analisis hasil penelitian terhadap kondisi aktual perusahaan. Model-model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah modelsingle-index portofolio, modellinear programming, dan model analisis deskriptif.

ModelSingle-Index Portofolio untuk menganalisis tingkat risiko portofolio yang dihadapi perusahaan, model linear programminguntuk menganalisis kondisi optimalisasi, sedangkan analisis deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi bagaimana sikap/kebijakan LPS terkait dengan risiko portofolio pemasaran produk.

Analisis-analisis ini dilakukan terhadap data-data yang menyangkut biaya-biaya operasional dan data penerimaan serta kebijakan-kebijakan perusahaan dalam memasarkan produk-produknya. Fungsi tujuan yang ingin dicapai adalah meminimumkan tingkat risiko keseluruhan yang masing-masing produk diwakili oleh besarnya nilaiSingle-Index portofolio. Pencapaian fungsi tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan menjadi kendala dalam meminimumkan tingkat risiko dalam penelitian ini, meliputi biaya yang dikeluarkan perusahaan dan penyesuaian alokasi modal.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Optimalisasi

Secara umum optimalisasi adalah pencapaian suatu keadaan yang terbaik. Dengan kata lain optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi adalah metode Linear Programming ( Soekartawi, 1992).

2.2. Definisi Risiko

Menurut Philippatos (1991) risiko didefinisikan sebagai standar deviasi dari tingkat pengembalian yang ditawarkan suatu investasi. Sementara Koewn, et al (1999) mendefenisikan risiko sebagai prospek suatu hasil yang tidak disukai. Konsep ini telah diukur secara operasional sebagai standar deviasi atau beta, yaitu akar rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian terhadap pengembalian yang diharapkan. Lebih lanjut Basyaib (2007) mendefenisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.

Tampubolon (2004) menjelaskan bahwa munculnya risiko dapat diprediksi, tetapi sulit dihindari. Risiko dapat menyebabkan kerugian finansial secara nyata, menimbulkan kesulitan yang signifikan, seperti menambah volume pekerjaan, tenaga kerja dan lain-lain. Selain itu risiko dapat menimbulkan kehilangan kepercayaan dari konsumen, kepercayaan konsumen merupakan faktor penting dalam dunia usaha, karena sulit untuk mengembalikan kepercayaan dari konsumen, yang artinya usaha akan kesulitan dalam memasarkan produk atau jasa perusahaan.

Menurut Kadarsan (1995), risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hasil itu adalah, bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui.


(35)

2.3. Definisi Portofolio

Menurut Kadarsan (1995), portofolio didefinisikan sebagai kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori ini yang menerangkan penyaluran modal ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan resiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin.

Menurut Husnan (1999), portofolio secara harfiah didefinisikan sebagai sekumpulan surat-surat. Teori portofolio didasarkan pada kenyataan bahwa umumnya para investor tidak menginvestasikan seluruh dana mereka pada satu jenis surat berharga, tapi membagi-baginya ke dalam berbagai jenis surat berharga. Dengan kata lain perusahaan melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang harus mereka tanggung. Diversifikasi adalah penggabungan berbagai investasi yang komplementer dengan maksud menurunkan risiko dan sekaligus memenuhi tujuan penghasilan investor (Kertonegoro, 1995).

Portofolio dapat diartikan sekumpulan investasi (Husnan, 2003), hampir semua investasi mengandung unsur risiko, para investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Dalam keadaan ini dikatakan investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila investor mengarapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Dikaitkan dengan pemasaran, portofolio dapat diartikan diversifikasi produk-produk yang dipasarkan, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing produk.

2.4. Manajemen Risiko

Menurut Salim (1998) manajemen risiko berhubungan erat dengan fungsi keuangan, fungsi akutansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, fungsi personalia, fungsi teknik, dan fungsi pemeliharaan. Fungsi-fungsi tersebut mengandung banyak risiko dalam pengelolaannya. Tujuan dari manajemen risiko adalah mencegah perusahaan mengalami kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikan keuntungan perusahaan, dan menekan biaya produksi. Risiko hubungannya dengan pemasaran merupakan kerugian yang mungkin terjadi dalam pemasaran yaitu kerugian yang timbul karena penjualan.


(36)

Lebih lanjut manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai proses yang terarah dan bersifat proaktif, yang ditujukan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu, atau sebagian dari transaksi atau instrumen (Tampubolon, 2004).

2.5. Definisi Pertanian Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintesis (Karama, 2002). Oleh sebab itu sistem pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem produksi secara menyeluruh yang mendorong keberlanjutan agroekosistem yang meliputi keanekaragaman hayati secara fungsi-fungsi biologis dalam sistem (Partohardjono, 2002).

Menurut Pracaya (2006), terdapat perbedaan antara pertanian organik dan pertanian konvensional, perbedaan tersebut secara teknis adalah sebagai berikut : 1. Persiapan benih ; benih pertanian organik berasal dari pertumbuhan tanaman

secara alami, sedangkan pertanian konvensional berasal dari rekayasa genetika.

2. Pengolahan tanah ; pertanian organik memperkecil kerusakan tanah oleh traktor serta pengolahan tanah yang minimum agar perkembangan organisme tanah dan aerasi tanah tetap terjaga. Sedangkan pertanian konvensional pengolahan tanah maksimum yang menyebabkan pemadatan tanah dan matinya beberapa organisme tanah.

3. Persemaian ; pertanian organik pertumbuhan bibit secara alami, sedangkan pada pertanian konvensional bibit dikembangkan menggunakan bahan sintetik.

4. Penanaman ; pertanian organik menerapkan rotasi tanaman secara bertahap dan melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan. Sedangkan pada pertanian konvensional rotasi secara bertahap tidak dilakukan dan tidak melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan tanam.

5. Pengairan dan penyiraman tanaman ; pada pertanian organik air dibutuhkan untuk keperluan pengairan sehingga air harus bebas dari bahan kimia sintetis, sedangkan pada pertanian konvensional air yang digunakan dapat berasal dari sumber air mana saja.


(37)

6. Pemupukan ; pertanian organik hanya menggunakan pupuk organik sedangkan pada pertanian konvensional penggunaan pupuk kimia lebih dominan.

7. Pengendalian hama penyakit, dan gulma ; pertanian organik kunci pengendalian hama dan penyakit berdasarkan keseimbangan alami, sedangkan pertanian konvensional penggunaan pestisida kimia lebih dominan.

8. Panen dan pasca panen ; hasil pertanian organik adalah bahan yang sehat bagi konsumen dan tidak diberi perlakuan dengan bahan kimia, sedangkan hasil panen pertanian konvensional mengandung residu bahan kimia sintetis serta penanganan pasca panen diberi perlakuan dengan bahan kimia.

2.6. Produk Pertanian Organik

Menurut Pakpahan (2002), kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan mendorong untuk mengkonsumsi produk organik, hal ini mengakibatkan terjadinya over demand pangan organik di Indonesia, kondisi ini ditunjukkan dengan lebih besarnya permintaan daripada penawaran yang tersedia. Sehingga harga pangan organik rata-rata lebih tinggi daripada produk pangan yang dihasilkan dari pertanian konvensional. Penghargaan konsumen terhadap produk organik ini antara lain dinilai dari sisi pemeliharaan ekosistem dan kelestarian lingkungan, sehingga dapat menghasilkan produk yang bebas dari bahan kimia termasuk pestisida dan pupuk, serta sesuai dengan mutu yang diharapkan yaitu aman dikonsumsi.

Lebih lanjut, secara umumnya masih terdapat kekeliruan dalam mendefinisikan pangan organik, apabila sudah tidak diproduksi dengan bahan kimia sintetis, termasuk pupuk atau pestisida, maka produk tersebut dapat dijual dengan label “oganik’. Pengertian ini salah, karena apabila lahan pernah digunakan untuk pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia, tanah tersebut perlu masa konversi untuk mendegredasikan bahan kimia yang tersisa dalam tanah. Pada masa konversi ini produk biasanya dikatakan sebagai “transisi organik” atau bisa disebut “Go-Organic”. Setelah melalui masa konversi, produk hasil dari lahan tersebut yang diproduksi dengan sistem pertanian organik baru dapat dilabel “organik”.

Saat ini Indonesia telah memiliki Standar Nasional Indonesia Sistem Pangan Organik (SNI No. 01-6729-2002). Standar ini digunakan sebagai acuan


(38)

untuk pengembangan sampai dengan pelabelan produk organik Indonesia. Untuk mendapatkan label organik diperlukan serangkaian kegiatan sertifikasi organik oleh lembaga sertifikasi yang kredibel. Ada empat jenis sertifikat yang dihasilkan dari kegiatan sertifikasi yaitu : 1) label Biru, untuk produk non pestisida; 2) label Kuning, untuk transisi organik; 3) label Hijau, untuk produk setara dengan SNI organik; dan 4) produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya (Organically Grown). Mekanisme di atas juga dilengkapi dengan mekanisme pengawasan produk organik, dimana skema pengawasan produk organik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema Pengawasan Produk Organik Standar Nasional Indonesia Tahun 2002

Sumber : Pakpahan, 2002

2.7. Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Lembaga Pertanian Sehat belum pernah dilakukan sebelumnya. Studi terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian adalah sebagai berikut.

Competent Authority

Harmonisasi dengan lembaga internasional

Lembaga pelatihan organik

Harmonisasi dengan Negara mitra

Lembaga sertifikasi organik

Pelaku agribisnis

SNI organik

• Label Biru

• Label Kuning

• Label Hijau

Organically Grown Inspektor

organik Pasilitator


(39)

Penelitian Agoesfiansyah tahun 1999 mengenai optimalisasi risiko portofolio pemasaran buah-buahan pada PT Moena Putra Nusantara. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio (yang merupakan penyempurnaan dari model Full Variance-Covariance Markowitz), alokasi modal dari kegiatan pemasaran kelompok komoditi yang dilakukan perusahaan belum optimal dalam menekan risiko penerimaan. Kombinasi alokasi modal yang optimal dalam periode analisis adalah masing-masing sebesar 35,7 persen untuk kelompok komoditas melon, 14,9 persen untuk kelompok komoditas semangka, 3,2 persen untuk kelompok komoditas pepaya, 17,1 persen untuk kelompok komoditas nenas, dan 29,1 persen untuk kelompok komoditas lokal. Dengan alokasi modal demikian perusahaan akan mampu menekan risiko penerimaan sebesar 19 persen dengan rata-rata penerimaan aktual perusahaan meningkat hingga Rp 93.873.159 atau naik sebesar 1,27 persen dari rata-rata penerimaan aktual per bulannya. Dalam periode analisis diketahui ada beberapa biaya-biaya yang masih bisa dihemat oleh perusahaan, seperti biaya pengepakan, biaya transportasi pemasaran, biaya pemasaran lain, dan biaya administrasi umum. Selain itu perusahaan juga dapat menaikkan tingkatgross margin untuk masing-masing komoditas.

Penelitian Johan tahun 2000 mengenai optimalisasi risiko portofolio pemasaran produk turunan susu pada PT Yummy Food Utama. Penelitian ini menganalisis tiga kelompok komoditi yang dipasarkan, yaitu yoghurt, krim, dan keju. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa alokasi modal selama periode analisis belum optimal. Alokasi modal pada tingkat risiko aktual diperoleh 19,12 persen untuk yoghurt, 62,65 untuk krim, dan 18,23 untuk keju. Pada tingkat optimal alokasi modal untuk masing-masing komoditi adalah sebesar, 19,10 persen, 63,40 persen, dan 17,50 persen. Selain itu juga terjadi penambahan alokasi modal untuk krim dan pengurangan alokasi modal untuk yoghurt dan keju. Tingkat risiko dan penerimaan pada tingkat aktual masing-masing adalah Rp 81.416.284 dan Rp 4.085.562.153. Dengan kombinasi alokasi modal, tingkat risiko optimal perusahaan menjadi Rp 82.117.055 dan Rp 4.086.689.404. Perusahaan juga masih bisa melakukan penghematan biaya tenaga kerja langsung dan biaya kemasan, dimana penghematan ini mampu meningkatkangross margin sebesar Rp 1.127.251.


(40)

Penelitian Widodo tahun 2003 mengenai optimalisasi pendapatan dengan minimisasi risiko portofolio produk-produk herbisida studi kasus PT Branita Sandhini. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa alokasi modal perusahaan belum optimal. Kombinasi alokasi modal optimal untuk memberikan pendapatan yang optimal dari keenam produk herbisida adalah 3,90 persen untuk Eagle, 65,48 persen untuk roundup, 23,12 persen untuk Polaris, 3,70 persen untuk Spark, 0,40 persen untuk Roundup-WSG, dan 3,40 persen untuk Polado. Kombinasi ini dapat menekan risiko hingga 19,90 persen dari tingkat risiko aktual, mengurangi kerugian dari fluktuasi penerimaan sebesar Rp 505.765.000, dan dapat meningkatkan tingkat penerimaan sebesar 6,65 persen dari tingkat penerimaan aktual.

Penelitian Wahyu tahun 2004 mengenai optimalisasi risiko portofolio pemasaran produk sari mengkudu pada CV Morinda House Bogor. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran perusahaan belum optimal. Kombinasi alokasi modal optimal untuk menekan tingkat risiko portofolio dan meningkatkan keuntungan adalah masing-masing sebesar 10,61 persen untuk kelompok produk Raos Nusaena, 32,44 persen untuk kelompok produk Morinda Bogor, dan 29,3 persen untuk kelompok produk Morinda Kapsul. Sedangkan kelompok produk Mengkudu Juice alokasi modal sudah optimal untuk menekan tingkat risiko portofolio perusahaan.

Penelitian Sulistyawati tahun 2005 mengenai analisis pendapatan dan risiko diversifikasi usahatani sayur-sayuran pada perusahaan Pacet Segar. Penelitian ini menganalisis tingkat pendapatan dan risiko, tingkat keamanan, dan menentukan alternatif diversifikasi antar komoditas yang diusahakan. Berdasarkan model analisis pendapatan, diperoleh nilai R/C rasio lebih dari satu (R/C >1), usahatani daun bawang besar dan jagung acar lebih efisien dibandingkan komoditas yang lain, dimana nilai R/C rasio rata-ratanya sebesar 1,50 dan 1,51. Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi rata-rata positif kecuali kombinasi wortel-sawi putih (-0,01) dan kombinasi brokoli-sawi putih (-0,01). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komoditas jagung acar memiliki rasio total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh komoditas lain. Selain itu jika dilihat dari optimalisasi pendapatan


(41)

dan risiko, komoditas daun bawang besar, bunga kol, wortel baby, dan wortel besar memiliki tingkat risiko lebih rendah dibandingkan tingkat risiko yang dihadapi komoditas lain.

Penelitian Trangjiwani tahun 2008 mengenai manajemen risiko operasional CV Bimandiri. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat dalam perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah aproksimaksi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi risiko sistem, proses, SDM, dan risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dengan keempat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and minitor yang dilakukan untuk : 1) risiko sistem, SDM, proses, dan eksternal pada tomat, 2) risiko sistem dan eksternal pada kol, 3) risiko sistem, proses, dan eksternal padalettuce head, dan 4) risiko sistem, proses, dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, yaitu : 1) risiko sistem dan SDM pada kentang, 2) risiko proses dan SDM pada kol, 3) risiko SDM padalettuce head, dan 4) risiko SDM pada cabai merah.

Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan Agoesfiansyah, Johan, Widodo, dan Wahyu adalah sama-sama menganalisis optimalisasi risiko portofolio pemasaran dan metode analisis yang digunakan yaitu Single-Index Portofolio, tetapi ada juga perbedaan dalam komoditas yang diteliti dan lokasi penelitian. Perbedaan dengan penelitian Sulistiyawati adalah menganalisis pendapatan dan risiko diversifikasi, model analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan, serta komoditas dan lokasi yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian Trangjiwani adalah menganalisis manajemen risiko operasional, model analisis yang digunakan yaitu aproksimaksi, matrik, dan signifikasi, serta komoditas dan lokasi yang diteliti. Daftar studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.


(42)

Tabel 3. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama

Penulis

Tahun Judul Metode Analisis

Dony

Agoesfiasyah

1999 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Buah-buahan pada PT. Moena Putra Nusantara Jakarta Analisis Single-Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Irni Rahmayani Johan

2000 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Turunan Susu pada PT. Yummy Food Utama Jakarta Analisis Single-Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Titis Priyo Widodo

2003 Optimalisasi Pendapatan dengan Minimisasi Risiko Portofolio Produk-produk Herbisida (Studi Kasus PT. Branita Sandhini, Riau) Analisis Single-Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Dani Dwi Wahyu

2004 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Sari Mengkudu pada CV. Morinda House Bogor Analisis Single-Index Portofolio dan Analisis Model OptimalisasiLine ar Programming Sulistyawati 2005 Analisis Pendapatan dan Risiko

Diversifikasi Usahatani Sayur-sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Analisis

Pendapatan dan Analisis Risiko

Wukir Trangjiwani

2008 Manajemen Risiko Operasional CV. Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Analisis Aproksimaksi, Analisis Matrik Frekuensi dan Analisis Signifikasi


(43)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Risiko

Pengambilan keputusan dari perencanaan finansial suatu perusahaan akan menimbulkan tingkat risiko dan tingkat pendapatan tertentu, sehingga keputusan finansial yang diambil haruslah dengan mempertimbangkan pendugaan terhadap tingkat risiko dan pendugaan tingkat pendapatan dari kegiatan tersebut terhadap perusahaan.

Menurut Kadarsan (1995), risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hasil itu adalah, bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui.

Lebih lanjut, risiko perusahaan terjadi karena adanya berbagai alternatif penyaluran modal atau investasi yang mengakibatkan perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi. Perbedaan tingkat pendapatan ini disebabkan karena setiap unit usaha memiliki sifat dan kegiatan produksi sendiri.

Di bidang pertanian dikenal ada dua macam risiko, yaitu risiko perusahaan dan risiko keuangan. Risiko perusahaan berhubungan dengan bermacam-macam tingkat pendapatan yang diterima akibat bermacam-macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan agribisnis. Risiko keuangan berhubungan dengan pelaksanaan keputusan-keputusan di bidang keuangan dan pembiayaan. Sekurang-kurangnya ada lima sebab utama terjadinya suatu risiko, yakni ketidakpastian produksi, tingkat harga, perkembangan teknologi, tindakan-tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain, dan karena sakit, kecelakaan atau kematian (Kadarsan, 1995)

3.1.2. Konsep Portofolio

Menurut Kadarsan (1995), portofolio didefinisikan sebagai kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio ini menerangkan penyaluran


(44)

modal ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori ini menjelaskan bagaimana memilih alternatif investasi dari berbagai portofolio yang optimum, yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi dari suatu tingkat resiko tertentu.

Lebih lanjut, toeri ini dibangun atas asumsi bahwa para investor tidak menginvestasikan seluruh dananya hanya untuk satu jenis investasi dan investor cenderung menghindari resiko, dimana jika memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien maka yang dipilih portofolio yang paling optimal, sehingga harapannya bahwa dengan diversifikasi investasi, fluktuasi tingkat keuntungan akan semakin berkurang karena saling menghilangkan.

Koewn (1999) menjelaskan ada dua motif suatu perusahaan melakukan portofolio, yaitu motif internal dan motif eksternal. Motif internal berasal dari sikap dan tindakan-tindakan dalam manajemen perusahaan, sedangkan motif eksternal berasal dari pertimbangan kecenderungan industri dalam jangka panjang, siklus fluktuasi bisnis, inflasi, dan risiko tingkat harga. Dalam implementasinya portofolio dibatasi oleh dua alasan berikut, 1) modal yang dapat digunakan investor relatif kecil, sehingga portofolio dalam banyak jenis akan mengakibatkan nilai yang sangat kecil pada setiap jenisnya; 2) secara individu akan sulit dan mahal untuk mengawasi perkembangan banyak produk.

Lebih lanjut, perusahaan bisa memilih portofolio jika mencapai portofolio yang efisien. Dalam toeri portofolio, portofolio yang efisien disebut sebagai efficient frontier, yaitu kombinasi aset yang menghasilkan pengembalian yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu, sehingga setiap portofolio yang terletak padaefficient frontiermerupakan portofolio yang efisien.

3.1.3. Preferensi Investor Terhadap Risiko

Menurut Husnan (2003), pemilihan salah satu dari berbagai alternatif portofolio sangat tergantung kepada preferensi investor terhadap risiko. Kesulitan dalam merumuskan preferensi risiko bisa dibantu dengan menggunakan model utilitas yang diharapkan (expected utility model), yaitu suatu model yang mendasari pemilihan portofolio dalam konteks mean-variance model. Model ini menyatakan bahwa para investor akan memilih suatu kesempatan investasi yang


(45)

memberikan utilitas yang diharapkan tertinggi. Utilitas yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi. Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma tentang perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi. Aksioma-aksioma tersebut adalah;

1. Para investor mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun peringkat dari alternatif-alternatif tersebut sehingga bisa diambil keputusan.

2. Setiap peringkat alternatif-alternatif tersebut bersifat transitif. Artinya, jika investasi A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A tentu lebih disukai daripada C.

3. Para investor akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan, dan tidak memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut. Misalnya, investor tidak akan mempertimbangkan apakah suatu kesempatan investasi lebih padat modal ataukah lebih padat karya.

4. Para investor mampu menentukancertainty equivalent dari setiap investasi yang tidak pasti. certainty equivalent suatu investasi menunjukkan nilai pasti yang ekuivalen dengan nilai pengharapan dari suatu investasi.

Keempat aksioma tersebut bisa digunakan untuk menyusun fungsi utilitas dari investor. Fungsi utilitas ini, kemudian bisa digunakan sebagai basis untuk menentukan model sikap investor terhadap risiko, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Model utilitas yang diharapkan menggunakan asumsi bahwa sikap investor terhadap risiko dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sikap investor yang tidak menyukai risiko (risk averse), netral terhadap risiko (risk nuetral), dan sikap yang menyukai risiko (risk seeker). Sikap risk averse berarti bahwa investor akan menolak taruhan yang fair. Sikap risk nuetral berarti bahwa investor bersikap indifference terhadap taruhan yang fair. Sedangkan sikap risk seeker berarti bahwa investor akan memilih taruhan yang fair.

Investor yang risk averse bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang makin berkurang. Untuk investor yangrisk nuetral, bentuk kurvanya akan berupa garis lurus, dan investor yang risk seeker


(46)

bentuk kurvanya akan melengkung dengan peningkatan yang makin meningkat. Keadaan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Sumber : Husnan, 2003

Secara umum, dalam analisis portofolio diasumsikan bahwa para investor adalah risk averse. Jika dikaitkan dengan aksioma di atas, risk avertion berarti bahwa nilai certainty equivalent akan selalu lebih kecil dari nilai pengharapan (expected value). Pada risk averse diagram fungsi utilitas bisa dirubah menjadi diagram dengan sumbu datar risiko ( ) dan sumbu tegak tingkat keuntungan yang diharapkan (E[R]). Perubahan ini perlu, karena analisis portofolio selalu digambarkan dalam diagram seperti itu. Dengan diagram seperti itu, maka fungsi utilitas akan digambarkan sebagai garis lengkung yang meningkat dengan tingkat yang makin tinggi. Karekteristik ini sesuai dengan ciri yang menjelaskan bahwa investor yang risk averse menghargai unitwealth yang pertama lebih tinggi dari unit wealth berikutnya. Juga berarti bahwa investor harus dikompensir dengan tambahan tingkat keuntungan yang makin tinggi kalau mereka diharuskan menanggung tambahan unit risiko yang sama. Keadaan tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.

Indeks Utilitas

Risk Neutral Risk Sekker Risk Averter


(47)

Gambar 5. KurvaIndifference bagi Investor yangRisk Averse Sumber : Husnan, 2003

3.1.4. Penurunan Risiko Karena Diversifikasi

Menurut Husnan (2003), diversifikasi akan mengurangi risiko, tetapi selama investasi-investasi tersebut mempunyai koefisien korelasi antara tingkat keuntungan yang negatif sempurna, maka portofolio yang dilakukan tidak akan bisa menghilangkan fluktuasi tingkat keuntungan. Dengan kata lain, semakin menambah jumlah investasi dalam suatu portofolio, semakin kecil fluktuasi tingkat keuntungan (yang diukur dari standar deviasi, meskipun tidak sampai mencapai nol). Ringkasnya, meskipun kita menambah jumlah jenis investasi yang membentuk portofolio, kita selalu dihadapkan pada suatu risiko tertentu. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut risiko unsistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut risiko total. Keadaan semacam ini ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi Sumber : Husnan, 2003

Jumlah Investasi Risiko unsistemik

Risiko sistemik Tingkat

Risiko Risiko Total Return (E[R])

Risk )

B

C

A D


(48)

3.1.5. Korelasi dan Koefisien Korelasi

Menurut Husnan (2003), risiko portofolio dapat diukur dengan menentukan standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio. Standar deviasi tidaklah cukup dalam mengukur sebuah aset yang sedang dievaluasi sebagai tambahan potensial bagi portofolio, tetapi perlu juga mengukur tingkat hubungan dengan koefisien korelasi, sehingga dapat melihat tingkat hubungan antara tingkat pengembalian aset dan tingkat pengembalian portofolio.

Lebih lanjut, korelasi menunjukkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Nilai koefisien berkisar antara -1 sampai +1. Secara umum, korelasi yang lebih besar dari 0 (positif) berarti dua variabel cenderung bergerak pada arah yang sama, korelasi yang kurang dari 0 (negatif) berarti dua variabel cenderung bergerak pada arah yang berlawanan, dan korelasi yang sama dengan 0 berarti kecenderungan khusus searah atau berlawanan. Portofolio akan lebih baik dilakukan jika nilai koefisien korelasi bartanda negatif, karena kerugian dari salah satu investasi akan ditutupi oleh keuntungan dari investasi yang lain. Semakin kecil koefisien antar tingkat keuntungan, maka semakin efektif penurunan fluaktuasi tingkat keuntungan portofolio

Alwi (1989) menjelaskan bahwa menentukan besarnya risiko aset suatu kelompok (portofolio of asset) sangat penting karena aset secara individual dipandang tidak bebas dengan aset lainnya, sehingga terdapat beberapa korelasi antara aset satu dengan aset lainnya. korelasi bisa bersifat positif juga bersifat negatif, kombinasi sifat keduanya akan menghasilkan tingkat risiko portofolio yang lebih rendah daripada risiko individualnya , hubungan kedua korelasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.


(49)

Gambar 7. Pengaruh Portofolio Terhadap Tingkat Pengembalian pada Investasi yang Memiliki Koefisien Korelasi Negatif

Sumber : Alwi, 1989

Berdasarkan gambar di atas, investasi A dan investasi B menunjukkan pola tingkat pengembalian yang berbeda, artinya kedua aset berkorelasi negatif. Pola tingkat pengembalian yang tajam menunjukkan dua aset mempunyai risiko yang tinggi. Jika kedua investasi diportofoliokan (portofolio AB) akan menghasilkan pola pengembalian yang tidak tajam atau memperkecil variasi tingkat pengembalian (memperkecil risiko portofolio keseluruhan), dimana jika terjadi kerugian pada investasi A, maka akan dapat ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari investasi B.

Apabila kombinasi portofolio merupakan dua aset yang memiliki hubungan positif kecil, portofolio juga dapat memperkecil tingkat risiko walaupun tidak sebaik portofolio yang memiliki hubungan negatif. Memportofoliokan dua aset yang tidak memiliki hubungan juga dapat memperkecil tingkat risiko tapi tidak sebaik jika dua aset yang memiliki hubungan positif kecil. Namun jika memportofoliokan dua aset yang memiliki hubungan positif sempurna, maka tidak akan dapat memperkecil tingkat risiko, bahkan perusahaan tidak akan mendapatkan manfaat dari portofolio yang dilakukan.

3.1.6.Single-Index Portofolio

Munurut Husnan (2003), model Single-Index Portofolio dapat digunakan untuk mengukur risiko multi produk perusahaan dengan menghitung varians dan kovariannya. Sehingga model ini dapat mengukur risiko aset dari portofolio

Investasi A Investasi AB

Waktu

Waktu Waktu

Investasi B


(50)

perusahaan. Model ini juga merupakan alat pengukuran risiko yang lebih umum digunakan dibandingkan dengan varian tradisional dan korelasi variasi.

Model ini lebih mudah digunakan dibandingkan denganrisk programming yang lain. Dalam model ini parameter yang digunakan lebih sedikit dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dengan hasil mendekati full variance-covariance. Selain itu jika model ini digunakan terhadap data yang telah lalu (historic data), maka memiliki akurasi pengukuran risiko di masa yang akan datang lebih tinggi daripada menggunakanfull variance-covariance matrix.

Konsep model single index tunggal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan dari suatu investasi berkorelasi dengan perubahan pasar. Jika perubahan pasar dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan dari investasi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Ri = ai + iRm ...(1)

Dimana :

Ri = Penerimaan dari kegiatan i.

ai = Bagian dari tingkat keuntungan investasi i yang tidak dipengaruhi oleh

perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel acak.

Rm = Tingkat keuntungan indeks pasar. Variabel ini merupakan variabel acak. i = Parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Rijika terjadi

perubahan Rm.

Persamaan di atas memecah tingkat keuntungan investasi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang bebas dari perubahan pasar (Rm) atau variabel

independen dan bagian yang dipengaruhi perubahan pasar (Ri) atau variabel

dependen. i menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu investasi terhadap

tingkat keuntungan indeks pasar. Parameter ai menunjukkan komponen tingkat

keuntungan yang tidak dipengaruhi oleh indeks pasar. Misal, Jika i sebesar 2

berarti jika terjadi kenaikan (penurunan) tingkat keuntungan indeks pasar sebesar 10 persen maka akan terjadi kenaikan (penurunan) Ri sebesar 20 persen.

Parameter ai bisa dipecah menjadi dua, yaitu i yang menunjukkan nilai

pengharapan (Expected Value) dari ai,dan iyang menunjukkan elemen acak dari

ai.Dengan demikian maka ai= i+ i, dan imempunyai nilai pengharapan sebesar

0. Sehingga persamaan tingkat keuntungan dapat dinyatakan sebagai berikut :

E(Ri) = ai + iRm+ i...(2)


(1)

a. Predictors: (Constant), Port b. Dependent Variable: SAE

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.124E16 1 1.124E16 571.999 .000a

Residual 1.966E14 10 1.966E13

1

Total 1.144E16 11

a. Predictors: (Constant), Port b. Dependent Variable: SAE

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Consta

nt) 1.237E6 3.547E6 .349 .735

1

Port 3.481 .146 .991 23.916 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: SAE

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index (Constant) Port

1 1.933 1.000 .03 .03

1

2 .067 5.356 .97 .97


(2)

Lampiran 10. Lanjutan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .105a .011 -.088 1.43422E6 1.880

a. Predictors: (Constant), Portf b. Dependent Variable: OFER

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2.293E11 1 2.293E11 .111 .745a

Residual 2.057E13 10 2.057E12

1

Total 2.080E13 11

a. Predictors: (Constant), Portf b. Dependent Variable: OFER

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Con

stant) 5.954E6 1.147E6 5.189 .000

1

Portf -.016 .047 -.105 -.334 .745 1.000 1.000

a. Dependent Variable: OFER

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index (Constant) Portf

1 1.933 1.000 .03 .03

1

2 .067 5.356 .97 .97


(3)

1 .401a .161 .077 920.37635 1.142 a. Predictors: (Constant), Portf

b. Dependent Variable: PASTI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1619689.628 1 1619689.628 1.912 .197a

Residual 8470926.200 10 847092.620

1

Total 1.009E7 11

a. Predictors: (Constant), Portf b. Dependent Variable: PASTI

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Con

stant) 278.093 736.366 .378 .714

1

Portf 4.178E-5 .000 .401 1.383 .197 1.000 1.000

a. Dependent Variable: PASTI

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index (Constant) Portf

1 1.933 1.000 .03 .03

1

2 .067 5.356 .97 .97


(4)

Lampiran 10. Lanjutan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .023a .001 -.099 2511.80642 2.518

a. Predictors: (Constant), Portf b. Dependent Variable: VIR

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 32381.714 1 32381.714 .005 .944a

Residual 6.309E7 10 6309171.488

1

Total 6.312E7 11

a. Predictors: (Constant), Portf b. Dependent Variable: VIR

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Consta

nt) 1593.297 2009.623 .793 .446

1

Portf 5.908E-6 .000 .023 .072 .944 1.000 1.000

a. Dependent Variable: VIR

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index (Constant) Portf

1 1.933 1.000 .03 .03

1

2 .067 5.356 .97 .97


(5)

0.97x1+1.23x3+1.98x3+1.59x4<=1

0.27x1+4.87x2+58.85x3+13.48x4<=1

End

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 4

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.8663054

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X1 0.886228 0.000000

X2 0.113772 0.000000

X3 0.000000 3.728371

X4 0.000000 1.683401

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

2) 0.000000 -1.522593

3) 0.000000 0.656287

4) 0.140359 0.000000

5) 0.206647 0.000000

NO. ITERATIONS= 4

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X1 0.991000 INFINITY 1.025294

X2 -0.105000 0.695861 INFINITY

X3 0.401000 INFINITY 3.728371

X4 0.023000 INFINITY 1.683401

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 1.000000 0.097439 0.105371

3 1.000000 0.075022 0.190000

4 1.000000 INFINITY 0.140359


(6)

Lampiran 12. Rekapitulasi Biaya Administrasi dan Umum Lembaga

Pertanian Sehat Tahun 2007 dan 2008

No

Uraian Beban

2007

2008

1 Beban

Gaji

14.514.500

61.734.000

2 Beban perlengkapan kantor

100.900

1.412600

3 Beban

listrik

-

505.550

4 Beban

telepon

532.750

1.196.900

5 Beban

PDAM

19.950

165.150

6 Beban

Gas

-

240.400

7 Beban

administrasi

41.000

344.200

8 Beban penjamuan dan rapat

-

60.000

9 Beban akomodasi umum

227.000

1.988.000

10 Beban lain-lain

42.000

67.000