2.3. Definisi Portofolio
Menurut Kadarsan 1995, portofolio didefinisikan sebagai kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori ini yang menerangkan penyaluran modal
ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan resiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin.
Menurut Husnan 1999, portofolio secara harfiah didefinisikan sebagai sekumpulan surat-surat. Teori portofolio didasarkan pada kenyataan bahwa
umumnya para investor tidak menginvestasikan seluruh dana mereka pada satu jenis surat berharga, tapi membagi-baginya ke dalam berbagai jenis surat
berharga. Dengan kata lain perusahaan melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang harus mereka tanggung. Diversifikasi adalah penggabungan berbagai
investasi yang komplementer dengan maksud menurunkan risiko dan sekaligus memenuhi tujuan penghasilan investor Kertonegoro, 1995.
Portofolio dapat diartikan sekumpulan investasi Husnan, 2003, hampir semua investasi mengandung unsur risiko, para investor tidak tahu dengan pasti
hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Dalam keadaan ini dikatakan investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko, pilihan
investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila investor mengarapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan
yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Dikaitkan dengan pemasaran, portofolio dapat diartikan diversifikasi produk-
produk yang dipasarkan, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing produk.
2.4. Manajemen Risiko
Menurut Salim 1998 manajemen risiko berhubungan erat dengan fungsi keuangan, fungsi akutansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, fungsi personalia,
fungsi teknik, dan fungsi pemeliharaan. Fungsi-fungsi tersebut mengandung banyak risiko dalam pengelolaannya. Tujuan dari manajemen risiko adalah
mencegah perusahaan mengalami kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikan keuntungan perusahaan, dan menekan biaya produksi. Risiko hubungannya
dengan pemasaran merupakan kerugian yang mungkin terjadi dalam pemasaran yaitu kerugian yang timbul karena penjualan.
Lebih lanjut manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai proses yang terarah dan bersifat proaktif, yang ditujukan untuk mengakomodasi kemungkinan
gagal pada salah satu, atau sebagian dari transaksi atau instrumen Tampubolon, 2004.
2.5. Definisi Pertanian Organik
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintesis Karama, 2002.
Oleh sebab itu sistem pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem produksi secara menyeluruh yang mendorong keberlanjutan agroekosistem yang
meliputi keanekaragaman hayati secara fungsi-fungsi biologis dalam sistem Partohardjono, 2002.
Menurut Pracaya 2006, terdapat perbedaan antara pertanian organik dan pertanian konvensional, perbedaan tersebut secara teknis adalah sebagai berikut :
1. Persiapan benih ; benih pertanian organik berasal dari pertumbuhan tanaman secara alami, sedangkan pertanian konvensional berasal dari rekayasa
genetika. 2. Pengolahan tanah ; pertanian organik memperkecil kerusakan tanah oleh
traktor serta pengolahan tanah yang minimum agar perkembangan organisme tanah dan aerasi tanah tetap terjaga. Sedangkan pertanian konvensional
pengolahan tanah maksimum yang menyebabkan pemadatan tanah dan matinya beberapa organisme tanah.
3. Persemaian ; pertanian organik pertumbuhan bibit secara alami, sedangkan pada pertanian konvensional bibit dikembangkan menggunakan bahan
sintetik. 4. Penanaman ; pertanian organik menerapkan rotasi tanaman secara bertahap
dan melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan. Sedangkan pada pertanian konvensional rotasi secara bertahap tidak dilakukan dan tidak
melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan tanam. 5. Pengairan dan penyiraman tanaman ; pada pertanian organik air dibutuhkan
untuk keperluan pengairan sehingga air harus bebas dari bahan kimia sintetis, sedangkan pada pertanian konvensional air yang digunakan dapat berasal dari
sumber air mana saja.
6. Pemupukan ; pertanian organik hanya menggunakan pupuk organik sedangkan pada pertanian konvensional penggunaan pupuk kimia lebih dominan.
7. Pengendalian hama penyakit, dan gulma ; pertanian organik kunci pengendalian hama dan penyakit berdasarkan keseimbangan alami, sedangkan
pertanian konvensional penggunaan pestisida kimia lebih dominan. 8. Panen dan pasca panen ; hasil pertanian organik adalah bahan yang sehat bagi
konsumen dan tidak diberi perlakuan dengan bahan kimia, sedangkan hasil panen pertanian konvensional mengandung residu bahan kimia sintetis serta
penanganan pasca panen diberi perlakuan dengan bahan kimia.
2.6. Produk Pertanian Organik