5.8. Proses Produksi
Beras SAE merupakan beras bebas pestisida yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan oleh kader petani sehat yang ikut serta dalam
Program Pemberdayaan Petani Sehat P3S yang dibina oleh LPS. Khususnya beras SAE produk ini tidak langsung diproduksi oleh LPS, melainkan membeli
produk dari petani dengan perjanjian kualitas. Produk yang dibeli kemudian dikemas dan dipasarkan oleh LPS.
OFER merupakan pupuk kompos Organic Fertilizer yang terbuat dari limbah kotoran sapi, jeramihijauan dan arang sekam dan diolah dengan proses
fermentasi dan bisa dijadikan media tumbuh. Top soil menggunakan bahan baku yang relatif sama dengan OFER, pada Top Soil ada komposisi tambahan dan pada
saat finishing ditambah perlakuan yakni pemberian tanah kering dan sekam. Alur proses pembuatan OFER dapat dilihat pada Lampiran 4.
PASTI merupakan pestisida nabati yang terbuat dari biji nimba yang diekstraksi dan dicampur dengan bahan-bahan lain. Alur proses pembuatan
PASTI dapat dilihat pada Lampiran 5. Vitura merupakan bioinsektisida yang terbuat dari virus Spodoptera litura
nuclear polyheddrosis SI-NPV generasi X, yang diekstraksi menjadi VIR X setengah jadi, kemudian ekstraksi dibuat menjadi adonan yang kemudian
dikeringkan sampai menghasilkan produk akhir berupa granul Vitura yang siap kemas. Proses pembuatan Virexi relatif sama dengan pembuatan Vitura, hanya
saja pada Virexi bahan yang digunakan adalah virus Spodoptera exigua nuclear polyheddrosis Se-NPV generasi L yang diekstraksi menjadi VIR L. Alur proses
pembuatan Bio-Insektisida VIR dapat dilihat pada Lampiran 6.
5.9. Pemasaran Produk
Pemasaran dilakukan melalui agen lama dan pembentukan agen baru. Kunjungan rutin kepada agen lama sekaligus mendatangi calon konsumen baru
sepanjang jalur kunjungan dan jalur distribusi. Upaya penetrasi pasar dan promosi dilakukan melalui iklan di koran, iklan di website
www.pertaniansehat.or.id , juga
melalui promosi dengan model diskon penjualan dalam jumlah tertentu, ini juga diberikan kepada calon agen yang tertarik memasarkan produk LPS. Selain itu
LPS juga menggunakan ajang pameran untuk promosi dengan tujuan untuk
memperkenalkan produk dan meningkatkan hubungan emosional dengan konsumen dan masyarakat. Sampai saat ini LPS telah mampu memasarkan
produk-produknya ke kota-kota lain diluar Bogor, seperti Jakarta, Depok, dan Bekasi.
Strategi yang ditempuh LPS dalam upaya meningkatkan hasil penjualan, adalah sebagai berikut : 1 Mengembangkan satu atau lebih produk untuk
ditawarkan ke pasar, 2 Menetapkan pricing, packaging dan positioning produk secara unuk, 3 Menempatkan produk dalam satu atau lebih jalur distribusi yang
paling baik jangkauannya kepada konsumen, dan 4 Mempromosikan produk kepeda konsumen sasaran.
Tahun 2008 produk yang dipasarkan oleh LPS adalah produk saprotan dan produk hasil panen, yaitu : beras SAE, OFER, dan Top Soil, PASTI dan Bio
Mentari, dan VIR Vitura dan Virexi, gambar masing-masing produk dapat dilihat pada Lampian 6.
Penetapan harga dilakukan oleh divisi pemasaran didasarkan pada pertimbangan dan ditentukan melalui mekanisme rapat. Dasar yana digunakan
adalah harga pokok pembelian dan harga pokok produksi. Sampai saat ini jenis kemasan, bentuk dan metode kemasan disesuaikan dengan kebutuhan dan usulan
dari konsumen. Teknik
penjualan menggunakan
metode direct selling kepada konsumen. Khusus untuk Vitura dan Virexi dijual kepada PT NASSA, dimana kemudian
perusahaan yang bersangkutan menjual produk tersebut melalui metode multi level marketing MLM. Divisi pemasaran dikelola oleh tiga orang sales dan satu
orang koordinator. Pola distribusi bersifat langsung dari gudang ke agen atau langsung ke konsumen. Hal ini karena distributor belum terbentuk, keadaan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Jaringan Penjualan dan Distribusi Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2008
Sumber : Laporan Tahunan Lembaga Pertanian Sehat, Tahun 2008
Selama periode 10 Januari hingga 28 Desember 2008, total nilai transaksi penjualan mencapai sebesar Rp 1.071.964.000. Dari total nilai penjualan
kelompok produk beras SAE merupakan kelompok produk kontributor tertinggi terhadap penerimaan penjualan LPS. Penerimaan penjualan selama periode
analisis dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 10. Penerimaan Penjualan Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari -
Desember 2008
Bulan Beras SAE
OFER dan Top Soil
PASTI dan Bio
Mentari VIR Vitura
dan Virexi Rata-rata
1 45.611.000 5.641.000
0 12.813.000 2
56.996.500 3.108.000 610.000
190.000 15.226.125 3
50.288.000 6.985.000 455.000 1.080.000 14.702.000
4 61.778.500 5.842.000
731.000 10.000.000 19.587.875 5
63.552.500 5.380.100 270.000
0 17.300.650 6
81.119.500 6.321.100 230.000
20.000 21.922.650 7
69.495.000 7.470.000 138.000 10.014.000 21.779.250
8 90.321.000 6.884.200
722.000 145.000 24.518.050
9 156.877.500 4.677.100 216.000
0 45.182.900 10 66.522.500 4.547.500
0 17.767.500 11 107.184.000 3.647.000
2.063.500 10.000.000 30.723.625 12 114.593.000 6.659.500
3.534.000 44.000 31.207.625
Total 964.339.000 67.162.500 8.969.500 31.493.000
Rata-rata 80.361.583 5.596.875
747.458 2.624.417
Dalam melakukan aktivitas pemasaran, LPS mengeluarkan biaya-biaya yang nantinya menjadi beban bagi perusahaan dan menjadi pertimbangan
sekaligus kendala dalam proses optimalisasi. Rincian tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Produksi, Biaya, Modal, Penerimaan, dan Gross Margin Lembaga Pertanian Sehat Berdasarkan Produk Tahun 2008
LPS Agen
Agen Agen
Konsumen Konsumen
Konsumen Konsumen
Konsumen
Beras SAE OFER dan
Top Soil PASTI dan
Bio Mentari VIR Vitura
dan Virexi Nilai Total
Produksi 134.398
kg 88.582 kg
508 btl
1.875 dus
Penjualan 136.283
kg 70.371 kg
438 btl
3234 dus
Beban bagian penjualan Rp
77.147.934 5.368.453 720.367 2.521.286
85.758.041
BebanAdm dan Umum Rp
11.285.700 11.285.700 11.285.700 11.285.700 45.142.800
HPP Rp 841.990.790 46.496.744 3.862.336 16.856.974
909.206.844
Modal 92,61
5,11 0,43
1,85 100
Penerimaan Rp 964.339.000 67.162.500 8.969.500 31.493.000
1.071.964.000
Gross Margin Rp 122.348.210 20.665.756 5.107.164 14.636.026
162.757.156
Gross Margin 14,53
44,44 132,22
86,82 278,01
Berdasarkan Tabel 11, beban bagian penjualan yang dibebankan kepada kelompok produk beras SAE paling besar dibandingkan kelompok produk
lainnya, yang kemudian diikuti oleh kelompok produk OFER dan Top Soil, VIR Vitura dan Virexi, benih cap PETANI, dan kelompok produk PASTI dan Bio
Mentari. Perhitungan analisis optimalisasi dengan model linear programming tidak
membutuhkan data sebagaimana yang terdapat pada Tabel 10, namun membutuhkan data dalam per satuan produk, data-data tersebut diperlukan untuk
menentukan koefisien teknologis yang nantinya akan menjadi koefisien masing- masing kendala. Sehingga data pada Tabel 10 perlu diekstrak kedalam bentuk data
beban-beban, nilai penjualan, dan gross margin per satuan produk. Data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Beban-beban, Nilai Penjualan, dan Gross Margin Per Satuan Produk Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2008
Beras SAE Rpkg
OFER dan Top Soil Rpkg
PASTI dan Bio Mentari
Rp500 ml VIR Vitura dan
Virexi Rpdus
Nilai Total
Beban bagian penjualan
574 61
1.418 1.345
BebanAdm dan Umum
84 127
22.216 6.019
HPP 6.265
525 7.603
8.990
Nilai Penjualan 7.175
758 17.656
16.796
Gross Margin 910
233 10.053
7.806
Gross Margin 14,53
44,44 132,22
86,82 278,01
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. 1. Analisis Koefisien Korelasi
Analisis korelasi dilakukan terhadap masing-masing data penerimaan yang terdiri dari 12 unit data dua kelompok produk. Nilai koefisien korelasi
menunjukkan arah pergerakan serta sifat diantara kelompok-kelompok produk yang dianalisis. Apabila korelasi antara dua kelompok produk positif berarti kedua
kelompok produk bersifat saling melengkapi komplementer dan apabila koefisien korelasi bernilai negatif maka dapat dikatakan kedua kelompok produk
tersebut bersifat saling menggantikan subtitusi. Secara umum dalam perencanaan diversifikasi, koefisien korelasi yang
harapkan adalah kelompok produk yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang bernilai negatif. Hal ini dikarenakan hubungan dua produk yang bersifat negatif
diduga mempunyai peluang yang lebih baik untuk dikombinasikan guna mendapatkan portofolio yang efisien. Atau dengan kata lain diduga hubungan dua
produk tersebut bersifat saling menggantikan, sehingga asumsinya apabila terjadi penurunan penerimaan pada salah satu produk maka akan dapat dieliminir oleh
peningkatan penerimaan dari produk lainnya. Nilai koefisien antar produk juga mengindikasikan kecenderungan
konsumen dalam memilih suatu produk di saat terjadi perubahan nilai penerimaan produk yang terkait, sehingga dapat digunakan oleh pihak manajemen LPS dalam
merencanakan strategi pemasaran produk tersebut. Dalam penelitian koefisien korelasi dihitung menggunakan software SPSS 16 output analisis SPSS dapat
dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai koefisien korelasi sebagaimana terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Koefisien Korelasi Antara Dua Jenis Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008
Beras SAE
OFER dan
Top Soil PASTI dan
Bio Mentari VIR Vitura
dan Virexi Beras SAE
1
OFER dan Top Soil
-0,116 1
PASTI dan Bio Mentari
0,454 0,000
1
VIR Vitura dan Virexi
-0,054 0,084
0,267 1
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa kelompok produk yang paling layak untuk dikombinasikan terhadap tiga kelompok produk yang lain adalah
kelompok produk beras SAE, karena memiliki koefisien korelasi yang negatif terhadap dua dari tiga kelompok produk, yaitu - 0,116 terhadap OFER dan Top
Soil, dan - 0,054 terhadap VIR Vitura dan Virexi, serta 0,454 terhadap PASTI dan Bio Mentari. Kombinasi diversifikasi terbaik adalah produk yang memiliki
nilai koefisien korelasi negatif terkecil. Sehingga urutan kombinasi diversifikasi terbaik adalah: beras SAE dan VIR Vitura dan Virexi, dan beras SAE dan OFER
dan Top Soil. Sedangkan untuk benih PASTI dan Bio Mentari masih bisa dijadikan pasangan kombinasi diversifikasi karena koefisien korelasi bernilai
positif kecil, walaupun hasil kombinasi tidak sebaik produk yang memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif.
Berdasarkan uraian di atas, kelompok produk beras SAE akan lebih baik dipilih oleh LPS sebagai pasangan kombinasi dalam menyusun rencana
diversifikasi pemasaran produk, karena kombinasi tersebut mempunyai peluang yang sangat besar memperoleh kondisi portofolio yang efisien.
6. 2. Analisis Risiko dengan Model Single-Index Portofolio
Analisis Single-Index Portofolio digunakan untuk menduga nilai risiko yang ditunjukkan oleh nilai beta portofolio masing-masing produk yang
dipasarkan oleh LPS. Menurut Husnan 2003 nilai beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Estimasi nilai beta suatu produk didapatkan dengan
cara meregresikan penerimaan produk sebagai variabel dependen dan penerimaan keseluruhan produk sebagai variabel independen. Karena data yang digunakan
adalah data time series, koefisien nilai beta diasumsikan stabil. Secara umum dalam analisis ini ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi
agar analisis tersebut dapat dilanjutkan. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah bahwa data menyebar normal dan tidak terjadi autokorelasi pada data yang
digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan uji yang terkait dengan asumsi-asumsi tersebut.
Data penerimaan yang terdiri dari 12 unit data diregresikan dengan model analisis indeks tunggal. Berdasarkan hasil analisis, secara grafis memperlihat
bahwa untuk produk beras SAE, OFER dan Top Soil, PASTI dan Bio Mentari,
dan VIR Vitura dan Virexi menunjukkan data tersebar secara normal Lampiran 9. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh pola sebaran yang cenderung mengikuti
garis regresi dan diperkuat dengan Kolmogorov-Smirnov dengan nilai Asimp. Sig 2-tailed 0.15 level of significant , dan uji aotokorelasi dengan uji Durbin-
Watson yang memperlihatkan tidak adanya masalah autokorelasi dengan nilai statistik yang mendekati atau di sekitar angka 2 Lampiran 10 yang
mengindikasikan nilai tersebut terletak pada daerah No Autocorrelation, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier terbebas dari asumsi klasik statistik
autokorelasi. Nugroho, 2005. Dengan demikian, berdasarkan uji-uji di atas dapat dinyatakan bahwa asumsi-asumsi dapat dipenuhi sehingga analisis dapat
dilanjutkan Nilai koefisien determinasi Rsq merupakan nilai yang menyatakan
seberapa besar peubah-peubah bebas yang digunakan mampu menerangkan keragaman data. Dengan kata lain dalam kasus portofolio nilai tersebut dapat
menjelaskan variasi penerimaan masing-masing produk, yang juga berarti bahwa rata-rata penerimaan portofolio secara umum masing-masing produk dapat
menjelaskan variasi penerimaan produk dalam portofolio perusahaan. Berdasarkan Tabel 14, hasil regresi penerimaan masing-masing produk
LPS dengan rata-rata penerimaan portofolio dan trend data sebagai peubah bebas, menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi berkisar antara satu 1 persen
sampai 98,3 persen. Nilai koefisien determinasi terendah diperoleh oleh produk VIR Vitura dan Virexi dan nilai koefisien determinasi tertinggi diperoleh oleh
produk beras SAE. Sedangkan nilai koefisien determinasi produk OFER dan Top Soil serta PASTI dan Bio Mentari masing-masing adalah 11 persen dan 16,1
persen. Berdasarkan nilai koefisien determinasi, penerimaan pemasaran untuk
produk VIR Vitura dan Virexi hanya satu 1 persen saja dapat dijelaskan oleh rata-rata penerimaan portofolio pemasaran, untuk produk OFER dan top soil
hanya 11 persen saja dapat dijelaskan oleh rata-rata penerimaan portofolio pemasaran, demikian pula untuk produk PASTI dan Bio Mentari hanya 16,1
persen saja dapat dijelaskan oleh rata-rata penerimaan portofolio pemasaran. Sedangkan untuk produk beras SAE nilai penerimaannya sudah cukup baik
dijelaskan oleh rata-rata penerimaan protofolio pemasaran dengan nilai mencapai 98,3 persen. Berdasarkan distribusi nilai koefisien determinasi dapat dikatakan
bahwa rata-rata penerimaan portofolio belum dapat menjelaskan variasi penerimaan masing-masing produk dalam portofolio pemasaran. Hal ini diduga
terjadi karena produk OFER dan top Soil, PASTI dan Bio Mentari, dan VIR Vitura dan Virexi memiliki karakteristik produk yang berbeda dengan beras
SAE. Kelompok produk OFER dan Top Soil memiliki kontribusi gross margin
yang rendah dan mengandung beban operasional yang cukup tinggi, hal ini berdampak pada tingginya nilai Harga Pokok Penjualan HPP, sehingga
memberikan kontribusi negatif terhadap nilai penerimaan penjualan. Pada periode analisis untuk kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR Vitura dan
Virexi terjadi penurunan volume penjualan, hal ini disebabkan karena kelompok produk PASTI dan Bio Mentari tergolong produk baru, sedangkan kelompok
produk VIR Vitura dan Virexi merupakan produk yang bersifat demand by project, sehingga volume penjualan sangat tergantung kepada permintaan dari PT
NASSA yang sampai saat ini masih mempermasalahkan legalitas produk. Untuk mengatasi kendala-kendala di atas, LPS telah membentuk
support workertechnical support, dan mengusahakan legalitas produk.
Tabel 14. Hasil Dugaan Single-Index Portofolio untuk Masing-masing Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008
Produk Estimasi Koefisien T
hitung
R
sq
F
stat
Penerimaan total
Penerimaan rata-rata
Beras SAE
Rm
0,991 23,92
98,3 571,99 964.339.000
80.361.583 OFER
dan Top
Soil
Rm
-0,105 -0,33
11,0 0,11 67.162.500 5.596.875
PASTI dan Bio
Mentari
Rm
0,401 1,38 16,1
1,91 8.969.500 747.458
VIR Vitura
dan Virexi
Rm
0,023 0,072
1,0 0,005 31.493.000
2.624.417
Keterangan : pada taraf uji 10 persen Beta portofolio merupakan nilai yang menunjukkan hubungan antara arus
kas penerimaan kelompok produk dengan arus penerimaan portofolio secara
umum. Nilai dugaan beta portofolio menunjukkan signifikasi yang bersifat berbeda nyata, bila hasil perbandingan t-hitung nilai p-value atau pada kolom
sig level of significant sig 0,10. Berdasarkan Tabel 14, hasil dugaan nilai beta portofolio yang berbeda
nyata pada taraf 90 persen hanya diperoleh oleh produk beras SAE. Sedangkan tiga produk yang lain tidak berbeda nyata pada taraf , sehingga hal ini
menunjukkan bahwa arus penerimaan semua kelompok produk secara umum tidak signifikannyata dipengaruhi oleh arus penerimaan portofolio secara umum.
Berdasarkan hasil analisis risiko dengan metode regresi single index yang terlihat pada Tabel 14, diperoleh bahwa kelompok produk beras SAE memiliki
risiko portofolio tertinggi, yaitu 0,991 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran, dan tingkat risiko terendah diperoleh pada kelompok produk OFER dan Top Soil
yaitu sebesar -0,105 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Sedangkan tingkat risiko kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR Vitura dan Virexi
masing-masing adalah sebesar 0,401 dan 0,023 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran.
Berdasarkan pada Tabel 14, pada kelompok produk SAE dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien portofolio maka semakin tinggi pula
penerimaan rata-ratanya, hal ini menunjukkan semakin tinggi penerimaan suatu produk maka semakin tinggi pula fluktuasirisiko yang diakibatkannya. Namun
tidak demikian pada kelompok produk lain. Pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari walaupun memiliki nilai koefisien portofolio yang tertinggi kedua
setelah beras SAE, namun justru memiliki rata-rata penerimaan yang terendah diantara keempat kelompok produk lainnya. Begitu pula pada kelompok produk
OFER dan Top Soil walaupun memiliki nilai koefisien portofolio terendah justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan kelompok produk VIR
Vitura dan Virexi dan PASTI dan Bio Mentari. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor kekhasan masing-masing kelompok produk dan faktor
risiko non sistemik seperti sifat koefisien korelasi antar produk, keputusan penambahan dan pengurangan alokasi modal, dan kinerja pemasaran, lebih
dominan dalam mempengaruhi tingkat risiko secara keseluruhan..
Selain hal di atas dalam praktiknya, tingkat penerimaan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan pemasaran sangat ditentukan oleh sikap manajemen
dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan bersikap menghindari risiko risk averse, maka perusahaan akan menginvestasikan sebagian besar modalnya pada
produk-produk yang memiliki koefisien portofolio beta yang kecil, karena risiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah. Sebaliknya jika perusahaan berani
mengambil risiko risk seeker, maka perusahaan akan menginvestasikan sebagian modalnya pada produk-produk yang memiliki koefisien portofolio beta yang
tinggi.
6. 3. Tingkat Risiko dan Keuntungan Optimal
Optimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran dilakukan dengan cara menganalisis bagaimana pengalokasian modal yang dimiliki perusahaan untuk
masing-masing produk agar memiliki risiko minimum. Minimisasi risiko berarti minimisasi dari total nilai beta portofolio masing-
masing produk yang diperoleh lihat Tabel 14. Optimalisasi dilakukan dengan menggunakan linear programming metode LINDO 61 output optimalisasi
LINDO dapat dilihat pada Lampiran 11. Fungsi tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana mengoptimalkan
alokasi modal yang selama ini dilakukan LPS dengan pendekatan minimisasi risiko, sehingga nilai koefisien fungsi tujuan dari masing-masing produk diwakili
oleh nilai beta portofolio masing-masing produk. Dengan demikian model optimalisasi portofolio dari penelitian ini secara lengkap adalah sebagai berikut:
Minimum Z : 0,991 X1 – 0,105 X2 + 0,401 X3 + 0,023 X4 1 X1 + X2 + X3 + X4 1
2 0,81 X1 + 2,48 X2 + 7,39 X3 + 4,85 X4 1 3 0,97 X1 +1,23 X2 + 1,98 X3 + 1,59 X4 1
4 0,27 X1 + 4, 87 X2 + 58,85 X3 + 13,48 X4 1 Berdasarkan Tabel 15, hasil optimalisasi alokasi modal menunjukkan
bahwa terjadi perbedaan antara alokasi modal aktual dengan alokasi modal pada kondisi optimal. Alokasi optimal merupakan alokasi modal yang dapat
meminimumkan risiko portofolio, sehingga LPS harus menyesuaikan alokasi modal pada keempat kelompok produknya berdasarkan kondisi tersebut.
Dengan demikian, alokasi aktual kelompok produk beras SAE sebesar 92.61 persen akan mengalami penyesuaian menjadi 88,62 persen dengan
penurunan sebesar 3,99 persen dari kondisi aktualnya, yang jika dikonversi ke dalam rupiah terjadi penurunan sebesar Rp 33.595.432 dari kondisi aktualnya
sebesar Rp 841.990.790. Pada kelompok produk OFER dan Top Soil alokasi modal aktual sebesar 5,11 persen akan mengalami penyesuaian menjadi 11,38
persen dengan kenaikan alokasi sebesar 6,27 persen atau jika dikonversi ke dalam rupiah terjadi kenaikan sebesar Rp 2.915.346 dari kondisi aktualnya sebesar Rp
46.496.744. Sementara pada kelompok produk PASTI dan Bio mentari dan VIR Vitura dan Virexi alokasi modal sudah optimal, hal ini terlihat dari tidak adanya
perbedaan nilai antara kondisi aktual dengan kondisi optimal. Namun peningkatan alokasi modal untuk kelompok produk VIR Vitura dan Virexi masih
memungkinkan, karena jika ditinjau dari nilai koefisien korelasinya yang bernilai negatif terkecil, kombinasi produk ini dengan beras SAE dapat menekan risiko
portofolio pemasaran perusahaan secara lebih baik. Tabel 15. Perbandingan Alokasi Modal pada Tingkat Risiko Kondisi Optimal
dengan Alokasi Modal pada tingkat Risiko Aktual dalam Persen
Alokasi Kelompok Komoditas
Aktual Optimal
Persen
Beras SAE 92,61
88,62 3,99
OFER dan Top Soil 5,11
11,38 6,27
PASTI dan Bio Mentari 0,43
0,43 VIR Vitura dan Virexi
1,85 1,85
Keterangan : Turun sebesar,
Naik sebesar Penyesuaian alokasi modal yang dilakukan, perlu juga diikuti upaya-
upaya untuk mengantisipasi dampak penyesuaian ini, upaya-upaya yang bisa dilakukan LPS dalam hal ini adalah meningkatkan apresiasi konsumen terhadap
produk-produk LPS dan meningkatkan volume penjualan yakni dengan cara meningkatkan kegiatan promosi. Upaya promosi menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan permintaan konsumen, karena selama ini usaha promosi yang telah dilakukan dinilai masih kurang dan diduga menjadi salah satu faktor
penyebab rendahnya tingkat penjualan perusahaan.
Selanjutnya berdasarkan Tabel 16, dari hasil analisis menunjukkan bahwa pada tingkat optimal terjadi penurunan risiko perusahaan dari Rp 975.487.240
menjadi Rp 921.889.040 atau terjadi penurunan risiko sebesar 5,5 persen. Penurunan risiko ini juga diikuti dengan peningkatan tingkat keuntungan gross
margin yaitu dari Rp 162.757.156 menjadi Rp 193.428.242 atau terjadi peningkatan keuntungan sebesar 18,84 persen. Dengan demikian dinilai bahwa
optimalisasi yang dilakukan perusahaan akan memperoleh keuntungan ganda yaitu menurunkan nilai risiko dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Tabel 16. Perbandingan Tingkat Risiko dan Keuntungan pada Kondisi Optimal dengan Tingkat Risiko dan Keuntungan Aktual dalam Rupiah
Total Aktual Optimal Selisih
Persen
Tingkat Risiko 975.487.240 921.889.040
53.598.200 5,5
Keuntungan 162.757.156 193.428.242
30.671.156 18,84
6. 4. Analisis Penggunaan Sumberdaya
Berdasarkan hasil optimalisasi terhadap penggunaan sumberdaya yang digunakan LPS pada tingkat risiko kondisi optimal, menunjukkan bahwa alokasi
modal untuk kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR Vitura dan Virexi telah habis terpakai. Pada kelompok produk beras SAE alokasi modal
harus dikurangi 3,99 persen dari nilai aktualnya atau dikurangi sebesar Rp 33.595.432, pengurangan diduga dilakukan karena alokasi modal pada kelompok
produk ini memberikan gross margin yang negatif terhadap arus penerimaan penjualan perusahaan. Sedangkan pada kelompok produk OFER dan Top Soil
harus ditambah 6,27 persen dari nilai aktualnya atau ditambah sebesar Rp 5.286.679. Beban bagian operasional penjualan telah habis digunakan yang
sekaligus merupakan pembatas yang bersifat aktif karena ketersediannya akan membatasi penurunan fungsi tujuan.
Pada kondisi aktual alokasi beban administrasi dan umum secara mayoritas mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, kenaikan sebesar 92,86
persen untuk perlengkapan kantor, 55,49 persen untuk telepon, 88,08 persen untuk administrasi, dan 88,58 persen untuk akomodasi umum. Kenaikan tersebut rata-
rata di atas 50 persen, kondisi ini menggambarkan terjadi pemborosan dapat dilihat pada Lampiran 12. Ketika dianalisis pemborosan ini terjadi karena LPS
masih dalam proses transisi perpindahan dan penataan kantor yang baru. Dengan demikian masih ada peluang untuk melakukan penghematan setelah masa
tersebut. Berdasarkan hasil optimalisasi, pada kondisi optimal ternyata untuk
komponen beban administrasi dan umum masih dapat ditekan. Penghematan biaya ini dapat dilakukan sebesar Rp 6.319.992 atau sebesar 14 persen dari nilai
aktualnya. Pengalihan alokasi modal dari kelompok produk beras SAE kepada
kelompok produk OFER dan Top Soil, menyebabkan terjadinya penurunan komponen biaya dan juga menurunan harga pokok penjualan, yang akhirnya
memberikan kontribusi positif terhadap keuntungan. Selain itu peningkatan keuntungan juga diduga disebabkan oleh adanya penghematan beban administrasi
dan umum. Hasil analisis terhadap penggunaan sumberdaya secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Nilai Konversi Nilai SlackSurplus dan Dual dari Model Optimalisasi Risiko
Minimum Portofolio Beta Rp Jenis Kendala Rp
SlackSurplus Dual
Gross Margin -1,50
Beban Bagian Penjualan 0,66
Beban Bagian Adm dan Umum 6.319.9920
Alokasi Modal Beras SAE 33.595.432
Alokasi Modal OFER dan Top Soil 2.915.346
Alokasi Modal PASTI dan Bio Mentari 3,73
Alokasi Modal VIR Vitura dan Virexi 1,68
6. 5. Analisis Kepekaan
Kondisi optimal dapat berubah sebagai akibat dari perubahan nilai-nilai yang terdapat dalam model yang digunakan. Namun dalam analisis model
optimalisasi risiko ini, perubahan yang dilakukan hanya terbatas pada nilai ruas kanan kendala saja. Hal ini dilakukan mengingat koefisien fungsi tujuan
merupakan nilai estimasi terhadap penerimaan perusahaan sehingga perubahan pada nilai fungsi tujuan tidak dapat dilakukan.
Pengaruh perubahan nilai ruas kanan kendala terhadap kondisi optimal dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika perubahan yang terjadi masih berada dalam
batas selang kepercayaan, maka hasil pemecahan optimal tidak akan mengalami perubahan. Selang kepercayaan tersebut terdiri dari batas minimal atau batas
penurunan allowable decrease dan batas maksimal atau batas kenaikan allowable increase. Batas minimal menunjukkan besarnya batas penurunan nilai
ruas kanan kendala yang diperbolehkan agar alokasi modal yang optimal tidak berubah. Sedangkan batas maksimal menunjukkan besarnya kenaikan nilai ruas
kanan kendala yang diperbolehkan tanpa merubah alokasi modal optimal. Selama perubahan yang terjadi masih berada pada dalam selang kepercayaan, maka hasil
pemecahan optimal tidak akan mengalami perubahan. Namun Jika perubahan ruas kanan kendala berada di luar selang kepercayaan tersebut, maka kondisi
pemecahan optimal akan berubah. Tabel 18. Nilai Konversi Selang Kepercayaan Kendala pada Model Optimalisasi
Risiko
Minimum Portofolio Beta Rp Jenis Kendala Rp
Aktual Maksimum Minimum
Penggunaan Modal 909.206.844 929.482.157
850.653.923 Gross Margin
162.757.156 193.428.242 infinity
Beban Bagian Penjualan 85.758.041 85.818.072 85.672.283
Beban Bagian Adm dan Umum 45.142.800
infinity 38.822.808 Alokasi Modal Beras SAE
841.990.790 infinity 833.402.484
Alokasi Modal OFER dan Top Soil 46.496.744 46.817.571
infinity Alokasi
Modal PASTI
dan Bio
Mentari 3.862.336
infinity 3.718.675 Alokasi Modal VIR Vitura dan Virexi
16.856.974 infinity 16.573.777
Berdasarkan Tabel 18, apabila LPS akan tetap mempertahankan risiko pada tingkat optimal dengan asumsi risiko minimum, maka perusahaan hanya
diperbolehkan meningkatkan penggunaan modal hingga sebesar Rp 929.482.157 saja atau hanya naik sebesar Rp 20.275.313, sedangkan
pengurangan penggunaan modal hanya diperbolehkan hingga sebesar Rp 850.653.923 atau turun sebesar Rp 58.522.921.
Selanjutnya LPS juga dapat meningkatkan
gross margin hingga Rp 193.428.242 atau naik sebesar 18,84 persen dari nilai aktualnya. Peningkatan
ini haruslah menjadi pertimbangan perusahaan terhadap daya saing dan citra produk, karena kenaikan
gross margin secara umum dapat
menyebabkan meningkatnya harga jual produk sehingga perusahaan harus bisa mengantisipasi hal ini.
Selain itu pada Tabel 18, beban administrasi dan umum masih dapat diturunkan hingga sebesar Rp 38.822.808 atau turun sebesar Rp 6.319.992.
Sedangkan beban bagian operasional penjualan juga masih dapat ditingkatkan hingga Rp 85.818.072 atau naik sebesar Rp 60.031, dan dapat
diturunkan hingga Rp 85.672.283 atau turun sebesar Rp 85.758. Lebih lanjut, alokasi modal pada kelompok produk beras SAE masih dapat
diturunkan hingga Rp 833.402.484 atau turun sebesar Rp 8.588.306, sedangkan pada kelompok produk OFER dan Top soil alokasi modal masih
dapat ditingkatkan hingga Rp 46.817.571 atau naik sebesar Rp 320.827. Khusus untuk kondisi kisaran selang kepercayaan
infinity, perusahaan masih mempunyai kisaran penambahan atau pengurangan yang bersifat tidak
terbatas, tetapi khusus
gross margin secara logika perusahaan tidak mungkin akan melakukan penguranganpenurunan.
6. 6. Rekomendasi Hasil Optimalisasi Terhadap Kondisi Perusahaan
Pencapaian hasil optimalisasi akan sangat tergantung pada sikap pihak manajemen LPS dalam menghadapi risiko. LPS perlu mengurangi alokasi
modal pada kelompok produk beras SAE, pengurangan diduga dapat menurunkan biaya, apalagi mengingat produk ini memiliki komponen biaya
yang tinggi. Selain itu LPS sebaiknya menambah alokasi modal untuk kelompok produk
OFER dan Top Soil. Penambahan bisa berasal dari pengurangan alokasi untuk beras SAE. Penambahan modal akan mampu mendorong
meningkatnya kinerja pemasaran, yang harapannya berimplikasi kepada meningkatnya preferensi konsumen terhadap produk ini, apalagi mengingat
koefisien korelasinya yang negatif, produk ini berpotensi mendorong meningkatnya
gross margin Begitu pun juga sifat yang dimiliki oleh kelompok produk VIR Vitura dan Virexi.
Lembaga Pertanian Sehat juga sebaiknya melakukan penghematan beban administrasi dan umum, seperti beban perlengkapan kantor, telepon,
administrasi, penjamuan dan rapat, akomodasi umum, dan beban lain-lain. Karena dengan penghematan yang dilakukan dapat memberikan kontribusi
positif terhadap keuntungan perusahaan. Kondisi di atas dapat terwujud jika LPS juga berusaha mengatasi
permasalahan pemasaran, terutama turunnya volume penjualan pada produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR vitura dan Virexi, penjualan
kedua produk ini harus ditingkatkan. Begitu pula pada kelompok produk yang lain. Selain itu, terjadinya peningkatan
gross margin berdampak pada terjadinya kenaikan harga jual produk. Oleh karena itu LPS harus
menyiapkan upaya antisipasi dampak tersebut. LPS perlu meningkatkan daya saing dan citra produk agar apresiasi konsumen terhadap produk LPS
meningkat. Dengan seluruh tindakan yang dilakukan harapannya LPS dapat menekan risiko secara keseluruhan dan meningkatkan keuntungan.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis single index portofolio, diperoleh tingkat
risiko penerimaan dari masing-masing kelompok produk. Besarnya tingkat risiko tersebut adalah sebagai berikut, beras SAE sebesar 0,991, OFER dan
Top Soil sebesar -0,105, PASTI dan Bio Mentari sebesar 0,401, dan VIR Vitura dan Virexi sebesar 0,023.
Berdasarkan kondisi aktual, pada periode Januari – Desember 2008 LPS mengalokasikan 92,61 persen modal pada kelompok produk beras SAE,
5,11 persen modal pada kelompok produk OFER dan Top Soil, 0,43 persen modal pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari, dan 1,85 persen
modal pada kelompok produk VIR Vitura dan Virexi. Setelah melakukan optimalisasi, diperoleh bahwa kombinasi alokasi modal pada kelompok
produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR Vitura dan Virexi sudah optimal,
sedangkan pada kelompok produk lainnya belum optimal. Alokasi modal optimal untuk kelompok produk beras SAE adalah sebesar 88,62 persen atau
turun sebesar 3,99 persen dari alokasi aktualnya, sedangkan untuk kelompok produk OFER dan Top Soil kondisi alokasi optimal tercapai pada
tingkat alokasi modal sebesar 11,38 atau naik sebesar 6,27 persen dari kondisi aktualnya.
Pada kondisi alokasi modal optimal, perusahaan dapat menekan tingkat risiko hingga sebesar 5.5 persen dari tingkat risiko aktualnya, yang
mana apabila dikonversi ke dalam rupiah dapat mengurangi kemungkinan kerugian akibat fluktuasi penerimaan sebesar Rp 53.598.200. Selain itu juga
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar 18.84 persen dari keuntungan aktualnya atau jika dikonversi ke dalam rupiah, maka dapat
meningkatkan keuntungan sebesar Rp 30.671.156. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan penyesuaian alokasi modal pada tingkat optimal,
maka perusahaan akan mendapatkan manfaat ganda, yaitu terjadinya penurunan tingkat risiko dan peningkatan keuntungan perusahaan.
Selain itu dari hasil analisis terhadap penggunaan sumberdaya, perusahaan masih dapat menghemat beban administrasi dan umum yang
dikeluarkan selama setahun hingga sebesar Rp 6.319.992, atau perusahaan dapat melakukan penghematan beban administrasi dan umum sebesar 14
persen. Pencapaian hasil optimalisasi akan sangat tergantung pada sikap pihak
manajemen LPS dalam menghadapi risiko. LPS perlu mengurangi alokasi modal pada kelompok produk beras SAE. Serta perlu menambah alokasi
modal untuk kelompok produk OFER dan Top Soil. Penambahan alokasi pada kelompok produk OFER dan Top Soil dapat mendorong meningkatnya
kinerja pemasaran, meningkatnya preferensi konsumen terhadap produk ini, serta meningkatnya
gross margin. Selain itu LPS perlu melakukan penghematan beban administrasi dan
umum, seperti beban perlengkapan kantor, telepon, administrasi, penjamuan dan rapat, akomodasi umum, dan beban lain-lain. Karena
dengan penghematan dapat memberikan kontribusi positif terhadap keuntungan perusahaan.
Kondisi di atas dapat terwujud jika LPS juga berusaha mengatasi permasalahan pemasaran, terutama turunnya volume penjualan pada
produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR vitura dan Virexi, serta menyiapkan upaya antisipasi dari dampak kenaikan harga jual produk
karena terjadinya peningkatan gross margin
7. 2. Saran
Lembaga Pertanian Sehat perlu melakukan penyesuaian alokasi modal sesuai dengan kondisi optimal. LPS perlu melakukan pengurangan
alokasi modal pada kelompok produk beras SAE dan melakukan penambahan alokasi modal pada kelompok produk OFER dan Top Soil.
Selain itu LPS juga harus melakukan penghematan biaya administrasi dan umum.
LPS harus berupaya meningkatkan daya saing dan citra produk terutama produk VIR Vitura dan Virexi yang masih terkendala karena
aspek legalitas agar apresiasi konsumen terhadap produk LPS meningkat dan juga untuk menekan risiko dari dampak kenaikan harga jual produk
yang muncul akibat terjadinya peningkatan gross margin perusahaan. Selain
itu LPS perlu meningkatkan volume penjualan produknya. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan kegiatan promosi,
meningkatkan keloyalan agen-agen lama, mencari agen-agen barukonsumen baru, dan memperbaiki mekanisme pemesanan, distribusi,
dan pembayaran. Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk-produk LPS.
DAFTAR PUSTAKA
Agoesfiansyah, D. 1999. Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Buah- buahan pada PT. Moena Putra Nusantara Jakarta. Jurusan Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Alwi, S. 1989. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi Offset.
[BPS] 2008. Laporan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal ketiga 2007. Basyaib, F. 2007. Manajemen Risiko. PT Grasindo. Jakarta.
Djarwanto. 1999. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta. BPFE. Husnan, S. 1999. Teori Portofolio dan Implikasinya bagi Manajemen
Keuangan. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta. Husnan, S. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Ketiga. AMP YKPN. Yogyakarta.
Johan, I. 2000. Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Turunan Susu pada PT. Yummy Food Utama Jakarta. Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Karama, A. S. 2002. Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik.
Puslitbang Perkebunan BALITTRO, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta, Masyarakat Pertanian Organik Indonesia
MAPORINI. Jakarta.
Keown, A. J., Scott, D. F., Marthin, J. D., dan Petty, J. W. 1999. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
[LPS – DDR]. 2009
a
. Laporan Tahunan 1429 H. Bogor. [LPS – DDR]. 2005. Profil Organisasi Lembaga Pertanian Sehat. Bogor.
[LPS – DDR]. 2009
b
. Profil Organisasi Lembaga Pertanian Sehat. Bogor. Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS.Edisi ke-1. CVANDI OFFSET. Yogyakarta. Pakpahan, S. 2002. Sertifikasi Bertahap Menuju Pertanian Organik. Buletin
Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan. Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian. Edisi September.
Partohardjono, S. 2002. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dalam Kaitannya dengan Sistem Pertanian Organik. Prosiding
Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Puslitbang Perkebunan BALITTRO, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI
Jakarta, Masyarakat Pertanian Organik Indonesia MAPORINI. Jakarta.
Philippatos, C. G. 1991. Financial Management ; Text and Cases. 2 end edition. Allyn add Bacon. Boston.
Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Cetakan keenam. Jakarta.
Salim, A. 1998. Asuransi dan Manajemen Risiko. Edisi Revisi ke-2. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Soekartawi. 1992. Linear Programming. Teori dan Aplikasinya Khususnya
dalam Bidang Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Sulistyawati. 2005. Analisis pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur-sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Supranto, J. 2005. Teknik Pengambilan Keputusan. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Taha, H. A. 1982. Operations Research An Introduction. Third Edition. Mc Millan Publishing Co, Inc. New York.
Tampubolon, R. 2004. Risk Management. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Trangjiwani, W. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV. Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.
Wahyu, D. D. 2004. Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Sari Mengkudu pada CV. Morinda House Bogor. Skripsi. Departemen
Ilmu-ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Widodo, T. P. 2003. Optimalisasi Pendapatan dengan Minimisasi Risiko Portofolio Produk-produk Herbisida Studi Kasus PT. Branita
Sandhini, Riau. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
71 Lampiran 1. Targer dan Realisasi Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2008
Bulan Beras
SAE Kg
OFERdan Top
Soil Kg PASTI
dan Bio Mentari
Btl
VIR Vitura
dan Virexi Dus
Target Realisasi Target Realisasi
Target Realisasi Target Realisasi
1 15.000 6.757
44 5.000 6.272
125 200
- -
1.000 -
- 2
15.000 8.208 55
10.000 3.700 37 200
33 17 1.000 14
1 3
15.000 7.350 49
10.000 8.433 84 200
26 13 1.000 72
14 4
20.000 8.930 45
15.000 6.858 46 250
27 11 1.000 1.000
100 5
35.000 9.078 26
20.000 6.561 33 250
9 4
1.000 -
- 6
30.000 11.483 38 40.000 6.710 17
250 13
5 2.000
1 7
30.000 8.550 29
15.000 5.194 35 300
7 2
2.000 1.000 50 8
30.000 11.620 39 15.000 6.841 46
300 25
8 2.000
145 7,5
9 40.000 24.731 62
40.000 4.692 12 300
12 4
2.000 -
- 10
30.000 9.310 31
20.000 4.578 23 350
1 2.000
- -
11 30.000 14.958 50
30.000 3.761 13 350
110 31
2.000 1.000 50 12
40.000 15.490 39 10.000 6.771 68
350 175
50 2.000
1
Total 330.000 163.283 41
230.000 70.371 31 3.300
438 13
19.000 3.234 17
Rata- rata
27.500 11.357 19.167 5.864
275 37 1.584 132
Lampiran 2. Grafik Penerimaan Penjualan Masing-masing Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008
Penerimaan Penjualan Beras SAE Periode Januari - Desember 2008
20,000,000 40,000,000
60,000,000 80,000,000
100,000,000 120,000,000
140,000,000 160,000,000
180,000,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan Pen
erim aan
Rp
Beras SAE
Penerimaan Penjualan OFER dan Top Soil Periode Januari - Desember 2008
1,000,000 2,000,000
3,000,000 4,000,000
5,000,000 6,000,000
7,000,000 8,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Pen
erim aa
n R
p
OFER dan Top Soil
Penerimaan Penjualan PASTI dan Bio Mentari Periode Januari - Desember 2008
500,000 1,000,000
1,500,000 2,000,000
2,500,000 3,000,000
3,500,000 4,000,000
1 2
3 4 5
6 7
8 9 10 11 12
Bulan Pen
erim aa
n R
p
PASTI dan Bio Mentari
Lampiran 2. Lanjutan
Penerimaan Penjualan VIR Vitura dan Virexi Periode Januari - Desember 2008
2,000,000 4,000,000
6,000,000 8,000,000
10,000,000 12,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12
Bulan Pen
erim aa
n R
p
VIR Vitura dan Virexi
Lampiran 3. Denah Lokasi Kantor Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009
Lampiran 4. Alur Proses Pembuatan OFER Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009
Lampiran 5. Alur Proses Pembuatan PASTI Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009
Lampiran 6. Alur Proses Pembuatan Bio-Insektisida VIR Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009
Lampiran 7. Gambar Produk-produk Lembaga Pertanian Sehat
Lampiran 8. Hasil Analisis Koefisien Korelasi Produk Lembaga Pertanian Sehat
Correlations SAE
OFER PASTI
VIR Pearson Correlation
1 -.116
.454 -.054
Sig. 2-tailed .719
.138 .867
Sum of Squares and Cross- products
3.132E7 -2.968E9
8.078E6 -2.410E6
Covariance 2.847E6
-2.699E8 7.344E5
-2.191E5
SAE
N 12
12 12
12 Pearson Correlation
-.116 1
.000 .084
Sig. 2-tailed .719
.999 .796
Sum of Squares and Cross- products
-2.968E9 2.080E13
-7.809E6 3.031E9
Covariance -2.699E8
1.891E12 -7.099E5
2.755E8
OFER
N 12
12 12
12 Pearson Correlation
.454 .000
1 .267
Sig. 2-tailed .138
.999 .401
Sum of Squares and Cross- products
8.078E6 -7.809E6
1.009E7 6.746E6
Covariance 7.344E5
-7.099E5 9.173E5
6.133E5
PASTI
N 12
12 12
12 Pearson Correlation
-.054 .084
.267 1
Sig. 2-tailed .867
.796 .401
Sum of Squares and Cross- products
-2.410E6 3.031E9
6.746E6 6.312E7
Covariance -2.191E5
2.755E8 6.133E5
5.739E6
VIR
N 12
12 12
12
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SAE
N
12 Mean
8.0362E7 Normal Parameters
a
Std. Deviation 3.22506E7
Absolute .215
Positive .215
Most Extreme Differences
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z
.746
Asymp. Sig. 2-tailed .634
Sig. .566
c
Lower Bound .559
Monte Carlo Sig. 2-tailed
85 Confidence Interval Upper Bound
.573
a. Test distribution is Normal. c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.