V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi dan Potensi Daya Saing Subsektor Tanaman Bahan Makanan
di Kabupaten Majalengka Terkini
Kondisi dan potensi daya saing subsektor tanaman bahan makanan yang akan disajikan dalam hasil dan pembahasan ini adalah kondisi dan potensi daya
saing subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Majalengka berdasarkan hasil analisis dari data Tahun 2009. Pembahasan mengenai kondisi dan potensi
daya saing subsektor tanaman bahan makanan terkini penting untuk disajikan karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi terbaru dari subsektor tanaman
bahan makanan di Kabupaten Majalengka sehingga dapat menentukan strategi dan arahan bagi pengembangan wilayah Kabupaten Majalengka yang berbasis
pertanian.
5.1.1. Potensi Daya Saing Subsektor Tanaman Bahan Makanan Kab.
Majalengka di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Kemampuan suatu wilayah dalam memacu pertumbuhan ekonomi, salah satunya sangat tergantung dari keunggulan dan daya saing sektor-sektor ekonomi
di wilayahnya. Kemampuan setiap sektor ekonomi dalam memacu pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah berbeda-beda. Sejalan dengan hal diatas maka dalam
suatu perencangan pengembangan wilayah perlu kiranya diketahui sektor-sektor yang mampu menjadi penggerak perekonomian prime mover di suatu wilayah.
Menurut Rustiadi et al. 2009, sektor ekonomi suatu wilayah terbagi dalam dua golongan. Pertama, sektor basis yaitu sektor dengan kegiatan ekonomi
yang mampu menghasilkan barang dan jasa baik untuk keperluan pasar domestik daerah maupun pasar luar daerah. Dalam sektor basis, terjadi kelebihan dalam
pemenuhan kebutuhan untuk wilayahnya sendiri sehingga memungkinkan untuk terjadinya mekanisme ekspor. Kedua, sektor non basis yaitu sektor dengan
kegiatan ekonomi yang hanya mampu melayani pasar di wilayahnya sendiri sehingga kapasitas ekspor daerah belum berkembang.
Salah satu sasaran pembangunan ekonomi wilayah dalam jangka panjang adalah terjadinya pergeseran struktur ekonomi wilayah yang terjadi sebagai akibat
dari kemajuan pembangunan yang dicapai oleh suatu wilayah. Tidak semua sektor ekonomi memiliki kemampuan tumbuh yang sama. Oleh karena itu dalam
perencanaan pembangunan suatu wilayah diantaranya harus dapat memanfaatkan keberadaan sektor-sektor basis yang dianggap bisa menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi
aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan non basis adalah melalui metode Location Quotient LQ. Metode ini merupakan perbandingan
relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang cakupannya lebih luas dalam suatu wilayah sehingga metode LQ juga dapat menunjukkan
keunggulan komparatif suatu aktivitas di suatu wilayah. Variabel yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan potensi aktivitas ekonomi sektor pertanian di
Kabupaten Majalengka dalam analisis LQ adalah nilai PDRB sektoral Kabupaten Majalengka Tahun 2009 dengan wilayah referensi Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil analisis LQ dapat diketahui bahwa terdapat 8 sektor dari 13 sektor yang dianalisis, yang menjadi sektor basis di Kabupaten Majalengka.
Kedelapan sektor tersebut adalah sektor pertanian tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, pertambangan dan
penggalian, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat
pemusatan aktivitas ekonomi pada kedelapan sektor tersebut di Kabupaten Majalengka sehingga sektor-sektor tersebut memiliki potensi dan daya saing yang
lebih baik dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lainnya atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif
di wilayah Jawa Barat. Sektor yang menjadi sektor non basis di Kabupaten Majalengka ada 5
sektor yaitu kehutanan, perikanan, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih serta perdagangan hotel dan restoran. Hasil analisis LQ secara lengkap disajikan
pada Tabel 19.
Tabel 19. Nilai LQ Sektor Ekonomi Kabupaten Majalengka
Sektor Nilai LQ
Keterangan Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan 2,74
Sektor Basis b. Tanaman Perkebunan
1,20 Sektor Basis
c. Peternakan dan Hasil-Hasilnya 1,50
Sektor Basis d. Kehutanan
0,81 Sektor Non Basis
e. Perikanan 0,60
Sektor Non Basis Pertambangan dan Penggalian
1,41 Sektor Basis
Industri Pengolahan 0,41
Sektor Non Basis Listrik, Gas dan Air Bersih
0,30 Sektor Non Basis
Bangunan 1,45
Sektor Basis Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,91 Sektor Non Basis
Pengangkutan dan Komunikasi 1,25
Sektor Basis Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1,70 Sektor Basis
Jasa-jasa 1,94
Sektor Basis
Sumber : Diolah dari BPS Jabar 2010
Selain menggunakan metode LQ, kondisi dan potensi daya saing aktivitas ekonomi di suatu wilayah juga dapat diketahui dengan metode Shift Share
Analysis SSA. Analisis SSA merupakan teknik analisis yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keunggulan kompetitif. Analisis ini juga dapat digunakan
untuk menganalisis pergeseran kinerja suatu sektor di suatu wilayah yang dipilah berdasarkan sumber-sumber penyebab pergeseran. Ada tiga sumber penyebab
pergeseran yaitu : komponen regional share komponen laju pertumbuhan total, komponen proportional shift komponen pergeseran proporsional dan Komponen
differential shift komponen pergeseran diferensial. Untuk mengetahui posisi, daya saing dan kinerja subsektor tanaman bahan
makanan di Kabupaten Majalengka dibandingkan dengan sektor lain di wilayah Provinsi Jawa Barat digunakan metode SSA. Analisis SSA yang dimaksud dalam
pembahasan ini hanya ditinjau dari komponen differential shift. Hal ini dilakukan karena ingin mengetahui pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di kabupaten
Majalengka yang hanya dipengaruhi oleh pertumbuhanpergeseran aktivitas sektor-sektor tersebut di wilayah Kabupaten Majalengka itu sendiri apabila
dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, bukan karena pengaruh pertumbuhan proporsional proportional shift maupun pertumbuhan total
regional share. Apabila komponen differential shift bernilai positif maka suatu wilayah dapat dikatakan memiliki keunggulan kompetitif karena pada dasarnya
masih memiliki potensi untuk terus tumbuh dan berkembang meskipun faktor- faktor eksternal komponen proportional shift dan regional share tidak
mendukung. Variabel yang digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif ini adalah nilai PDRB sedangkan rentang waktu yang digunakan untuk melihat
pergeseran adalah 5 tahun sehingga data PDRB yang digunakan adalah data PDRB Tahun 2005 dan 2009.
Hasil analisis SSA menunjukkan ada 7 sektor yang memiliki nilai differential shift yang positif yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.
Berdasarkan hal tersebut maka keenam sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lebih tinggi daripada sektor lainnya sehingga keenam
sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif untuk wilayah Kabupaten Majalengka. Hasil analisis SSA secara lengkap disajikan pada
Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Analisis Shift Share Sektor Perekonomian di Kabupaten Majalengka Tahun 2005 - 2009
Sektor Nilai
Differential Shift Keunggulan
Kompetitif Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan 0,009
Positif b. Tanaman Perkebunan
0,327 Positif
c. Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0,062
Positif d. Kehutanan
-0,070 Negatif
e. Perikanan -0,081
Negatif Pertambangan dan Penggalian
0,040 Positif
Industri Pengolahan 0,005
Positif Listrik, Gas dan Air Bersih
-0,043 Negatif
Bangunan -0,007
Negatif Perdagangan, Hotel dan Restoran